Perjalanan panjang seperti biasanya, sampai akhirnya Aurora tertidur selama perjalanan dimana pria itu membawa dirinya pergi, kondisi juga belum pulih sepenuhnya, jadi dirinya memanfaatkannya untuk beristirahat dengan baik selama perjalanan itu.
Begitu membuat kedua matanya dirinya, hal pertama yang dirinya lihat adalah dirinya yang berada di dalam mobil, dengan dirinya yang di tutupi oleh selimut, apakah pria itu yang memberikan dirinya selimut itu?
Lalu tatapannya teralihkan pada jalanan kota, karena di luar sana sedang hujan jadi kaca mobil sedikit berembun dan sulit membuatnya melihat dengan baik, jadi ini alasan kenapa tubuhnya di berikan selimut, mungkin karena tidak boleh terkena hujan.
"Jika sudah bangun, bisakah kau berhenti bersandar di bahu?" Tanya Julian, pria itu menggerakkan bahunya yang terasa kaku, dia juga merasa wanita itu seharusnya sudah bangun sejak tadi, apakah karena bahu lebarnya dia jadi terasa nyaman.
Aurora mendengar itu sontak tubuhnya menjauh dari pria itu, kenapa juga dia sampai bersandar di bahu pria itu, jika tahu mungkin sejak awal dia sudah bangun.
"Aku pikir bantal, karena rasanya sangat lembek!" Ucap Aurora, dia sengaja menekankan kata terakhir untuk menjelekan pria itu, dia memilih untuk bersandar di dekat jendela.
"Aku bisa mematahkan tanganmu dan menghentikan ucapanmu!" Ucap Julian, padahal dia sudah merelakan dirinya menerima wanita itu bersandar di bahunya hingga membuatnya pegal, dia bahkan tidak mengucapkan rasa terima kasihnya.
Siapa yang memindahkan jika bukan dirinya dari jet pribadi menuju mobil, jika tahu mungkin dia akan memilih membangunkan wanita itu.
Hingga tidak ada pembicaraan lanjutan, Aurora memilih untuk tidak menanggapi ucapan pria itu dan dia sedikit menyentuh perutnya.
'Aku lapar.' Ucap Aurora dalam hatinya, dia sedikit emndengar suara perutnya berbunyi, padahal sebelum berangkat dia sudah makan, kenapa nafsu makanannya malah meningkat saat sakit?
Julian menatap ke arah wanita itu, memperhatikan tingkahnya yang sedikit membuatnya bertanya-tanya apalagi saat dia menyentuh perutnya dan meringkuk di sudut itu.
"Tolong berhenti di depam restoran di sebrang jalan saja, pak." Ucap Julian, dia memang pria yang sangat peka dengan situasi bukan? Dia bisa menebak kenapa wanita itu sampai seperti itu.
"Baik, Tuan." Jawab sang sopir taksi, tanpa menunggu lama lagi dirinya langsung mengikuti apa yang pria itu perintahkan.
Aurora melirik ke arah pria itu, apakah suara perutnya terdengar sampai pada pria itu, ini sungguh memalukan tapi dia harus bersikap biasa saja.
Sampai akhirnya taksi itu berhenti di depan sebuah restoran yang cukup sepi, Julian memberikan payungnya yang memang sudah di sediakan olehnya pada wanita di sampingnya.
"Kau bisa meninggalkan selimut itu dan keluarlah lebih dahulu." Ucap Julian, karena memang masih ada hal harus dirinya katakan pada sang supir.
Aurora menggangguk paham, dia menerima payung itu lalu melepaskan selimut di tubuhnya dan sebelum keluar dia memastikan jika tidak ada pengendara lain.
"Pria aneh, kadang baik kadang menyebalkan!" Ucap Aurora, setelah itu dirinya menutup pintu mobil dan melangkah masuk ke dalam restoran.
"Tolong hantarkan saja barangnya ke alamat ini dan ini bayarnya." Ucap Julian, pria itu memberikan alamat apartemennya lalu dirinya memberikan juga sejumlah dollar pada sang supir.
Setelah selesai Julian menyusul masuk ke dalam restoran, dimana kini pakaian kembali basah. "Aku ingin ruang VVIP." Ucapnya, begitu dirinya berhadapan dengan para pelayan.
Aurora hanya menatap pria itu dengan mulut yang terbuka sedikit, apakah harus sampai memesan ruangan itu? Hanya makan saja, mungkin sekarang sudah memasuki makan malam.
Tanpa mengatakan apapun pelayan mengantarkan kedua orang itu, dimana ruangan yang bukan hanya ada meja makan tapi ada sofa, televisi dan bahkan ranjang? Ini kamar hotel atau bagaimana.
"Aku ingin memesan menu yang terbaik di restoran ini." Ucap Julian, pria itu memberikan black card miliknya pada pelayan di hadapannya, lalu dia langsung terduduk di kursi.
Sedangkan Aurora masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi, apalagi kini di ruangan hanya ada dirinya dan juga pria itu, dimana kini Julian sedang melepaskan jas yang dirinya kenakan.
"Ap—apa yang mau kau lakukan! Aku—sudah curiga sejak kau meminta ke restoran ini!" Ucap Aurora, dia langsung membentengi dirinya untuk berjaga-jaga.
Julian menatap bingung pada wanita yang ada di sudut ruangan, dia melepaskankan jas dan juga dasinya karena mereka sudah basah dan sayang kemeja akan ikut kena jika tidak buru-buru di lepaskan.
"Kau ini aneh! Kau pikir aku akan memanfaatkan kondisi? Aku hanya tidak mau pakaianku basah!" Jawab Julian, pria itu memutuskan untuk meninggalkan wanita itu dan menelpon seseorang.
Aurora hanya bisa terdiam, ada yang aneh dengan pria itu atau memang ada yang salah dengan dirinya? Ini aneh, dia bahkan terlihat tidak normal seperti biasanya.
Saat kesibukan itu beberapa pelayan membawakan pesanan yang sudah mulai jadi, dari aroma tercium jelas jika sangat enak, mencium hal itu Aurora langsung melihatnya penuh dengan terpesona, bahkan dirinya terlihat sangat tidak sabaran.
'Aku harus menahan diri.' Ucap Aurora dalam hatinya, dia mencoba untuk tidak terlihat sedang kelaparan, dia harus terlihat terbiasa tapi makanan yang berkuah itu sangat menggoda.
"Tuan, minuman apa yang anda inginkan?" Tanya sang pelayan.
Julian kembali ke meja makan dan duduk di sana, dia tidak bisa memesan minuman beralkohol untuk wanita itu. "Wine 1948 dan untuk wanita itu, bawakan saja air."
Pelayan mengangguk paham, dirinya memberikan bungkuk hormat lalu akhirnya bersama pelayan lainnya kembali meninggalkan ruangan itu.
Julian menatap bingung pada wanita itu yang tidak sedikitpun meninggalkan tempatnya, apakah dia menahan diri agar tidak terlihat sangat lapar?
"Apakah kau tidak lapar? Apakah dengan berdiri di sana bisa membuatmu kenyang?" Tanya Julian, padahal pria itu sudah mengambil garpu dan juga pisaunya.
Aurora langsung duduk di kursi itu, mengambil jarak yang sedikit menjauh dari pria itu, dia paling tidak bisa menahan diri saat makanan lezat ada di hadapannya.
Julian hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia tahu jika wanita itu memiliki gengsi yang sangat tinggi, itulah terkadang dirinya harus memahami situasinya, padahal Aurora tidak perlu melakukan hal itu dia akan memberikan apa yang wanita itu inginkan.
"Makanlah sesuka hatimu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik." Ucap Julian, dia mengatakan hal itu sebagai tanda kepeduliannya pada partner kerjanya, walau mungkin sedikit di lebihkan.
"Kau mengerikan saat sedang baik." Ucap Aurora, jujur saja dia sungguh takut dengan pria yang ada di hadapannya, sejak bangun sikapnya sangat aneh, apakah ini masih di alam mimpinya.
Julian memilih mengabaikan ucapan wanita itu, soalnya dirinya tidak mengerti kenapa wanita itu mengatakan hal itu.