Chereads / Dangerously in love with mafia / Chapter 26 - Bab 26 - Tie?

Chapter 26 - Bab 26 - Tie?

Keesokan harinya.

Baik Aurora atau Julian sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing, keduanya mulai melakukan pekerjaannya yang sebelumnya sudah di tentukan dalam perjanjian.

Aneh, sangat melihat pakaian yang dirinya kenakan, Qurora merasa seakan ini adalah pakaian kantor, apakah hari ini dirinya akan mengunjungi sebuah perusahaannya?

"Apakah kau masih lama? Kita harus berangkat sepuluh menit lagi." Ucap Julian, pria itu sedang menentukan jas mana yang akan cocok dengan kemeja yang dirinya kenakan, karena memang dia sangat jarang ke kantor.

Apalagi ini kantor ayahnya, hal yang tidak boleh menjadikan dirinya pusat perhatian karena mungkin beberapa orang akan mengetahui identitas dirinya, dia hanya melakukan tugas bulanan dan itulah alasan kenapa dirinya harus mengunjungi kantor.

"Sebentar lagi aku selesai." Ucap Aurora, dia hanya perlu merapikan ikatan di rambutnya dan menggunakan kacamata agar tidak terlalu terlihat mencolok.

Sudah sangat lama sekali dia berdandan untuk pergi ke kantor, karena agen rahasia tentu saja dia jarang sekali ke kantor, itulah kenapa sekarang dia sangat gugup, padahal tugasnya hanya berdiri di samping pria itu.

"Aku menunggu di mobil." Ucap Julian, pria itu memutuskan untuk keluar lebih dahulu, mungkin ayahnya sudah menunggu dan hari ini dia juga akan mengikuti rapat.

Dengan cepat Aurora mengambil tas miliknya dan juga dokumen yang harus dirinya bawa, lalu dengan cepat dia keluar dari kamar, agar bisa turun bersama dengan pria itu.

"Kita—bisa turun bersama." Ucap Aurora, dia berhasil menahan lift itu, dengan cepat dia melangkah masuk lift dan berdiri tepat di samping pria itu.

Setelah itu tangan Julian terulur untuk menekan lantai paling bawah, dia memperhatikan cara wanita itu berpakaian, dia terlihat sangat cocok seakan dirinya adalah seorang asisten atau mungkin sekretaris.

Bisa di katakan dia sangat cocok dan juga cantik? Alisnya terangkat memikirkan kalimat itu, kenapa dia harus memikirkan hal itu? Memangnya wanita itu sama saja dengan yang lain.

'Apa yang kau pikirkan Julian.' Ucapnya, pria itu mencoba mengabaikan isi pikirannya, dia tidak akan terjebak dalam sesuatu yang berhubungan dengan perasaan atau jatuh cinta, hal yang harus menjadi peringatan keras untuknya.

Sampai tidak ada pembicaraan lanjutan dimana lift sudah terbuka dan kedua sudah berada di perjalanan menuju kantor ayah Julian, pria itu sedikit tidak yakin untuk membawa Aurora tapi dia sudah menandatangani, jadi tidak ada hal yang seharusnya dirinya khawatirkan.

Hingga memakan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di sebuah gedung yang tingginya hampir menyentuh langit, gimana benar-benar tinggi dan juga setara dengan gedung-gedung yang ada di sana.

Aurora bisa melihat jelas jika ini bukan sembarang kantor, tapi kenapa pria itu malah lebih suka menjadi seorang mafia daripada bekerja di kantor? Apakah dia kaki tangan dari perusahaan ini? Sayang sekali bukan jika dia malah harus menjadi tangan kotor dari perusahaan besar ini.

"Apakah kau hanya akan berdiri di sana? Banyak hal yang harus aku lakukan sekarang." Ucap Julian, pria itu sudah menunggu wanita itu di depan pintu masuk.

Aurora segera mendekati pria itu dengan memeluk dokumen yang ada di genggamannya, dia hanya berharap jika tidak ada yang dirinya kenal di kota atau perusahaan ini, dia bahkan tidak tahu dirinya ada di sana.

Wanita itu menatap bingung pada pria itu saat lift sedang membawa mereka, seperti ada yang kurang dari pria itu, dimana dia yakin jika itu bagian yang penting, tapi apa?

"Kenapa?"

"Apa?" Tanya Aurora dengan bingung.

"Kenapa menatapku sampai seperti itu?" Tanya Julian, dia sadar jika saat masuk lift wanita itu terus menatapnya, mungkin ada alasan kenapa dia sampai menatap dirinya seperti ini.

"Tidak ada." Ucap Aurora, dia memilih menatap ke arah lain, dia memutuskan untuk mengabaikan apa yang kurang dari pria itu.

Dan lift itu membawa mereka sampai di lantai sepuluh, keduanya melangkah secara bersamaan, dimana hanya ada beberapa ruangan saja dan tidak terlalu sampai, mungkin ini lantai khusus petinggi dari perusahaan ini.

Aurora memilih melangkah di belakang pria itu, dia sangat takut jika harus menghadapi sisi gelap dari perusahaan ini, dia benar-benar merusak citra dari semua yang ada di dalam pekerjaannya.

Dengan kata lain dirinya berpihak pada masuk.

Julian membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam dimana sangat ayah sudah duduk di kursi kerjanya, melihat kedatangannya.tentu saja hal yang sangat dirinya tunggu.

"Akhirnya putraku datang." Ucapnya, pria tua itu meninggalkan kursi yang dirinya duduki, melangkah mendekati putranya dan memberikan pelukan hangat sebagai sambutan.

Putra? Tatapan Aurora langsung terangkat ke atas, why? Mereka punya hubungan? Tapi—kenapa? Semua hal ini membuatnya sangat terkejut dan tidak tahu harus memberikan reaksi apa.

"Ayah, jangan bersikap berlebihan." Ucap Julian, pria itu dengan terburu-buru langsung memutuskan untuk melepaskan pelukan yang ayahnya lakukan, dia hanya merasa tidak pantas hal itu terjadi apalagi ada Aurora saat ini.

"Ini asistenku, namanya Aurora." Ucap Julian, pria itu menarik wanita itu untuk berdiri di sampingnya, lalu tangannya terulur untuk merangkul pinggangnya.

Ayahnya Julian terlihat terkejut saat putranya membawa seorang wanita, dia langsung membalas uluran tangan dari wanita itu dan dia kagum dengan kecantikan wanita yang bersama putranya.

"Julian, kenapa kau tidak mengenakan dasi?" Tanya ayahnya, sejak awal dia sudah menyadari hal itu, kenapa putranya sampai melewatkan hal itu?

"Dasi?" Julian langsung menyentuh area kerah kemejanya, bagaimana dia bisa lupa untuk mengambil tadi? Hal itu juga langsung membuat Aurora ingat jika pria itu tidak mengenakan dasi.

Ayahnya melangkah sedikit menjauh dari tempat, dia membuka laci meja kerjanya dan mengambil dasi yang dirinya selalu disimpan sebagai cadangan jika dirinya membutuhkan, dia membawanya dan memberikan pada Aurora?

"Kau bantulah Julian mengenakannya." Ucapnya, dia menyerahkan dasi itu pada Aurora.

Aurora terlihat sangat bingung, dia tahu cara memakaikan dasi tapi? Apakah harus dirinya, dengan senyuman canggung dirinya menerima itu.

"Aku akan menunggumu di ruang rapat." Ucapnya, pria itu segera bergegas keluar dari ruangan itu dengan membawa dokumen.

Aurora melihat ke arah pria itu, kenapa harus memakaikan?

"Sebenarnya aku tidak tahu cara memakainya." Ucap Julian, biasanya dia selalu di bantu.

Aurora hanya bisa menghela nafas, dia mendekati pria itu, lalu mulai memasangkan dasi di area lehernya, dia hanya tidak mau mengulur waktu dan memfokuskan tujuan adalah membantu pria itu, dia sudah terbiasa berada di dekat pria itu.

Julian diam-diam memperhatikan wanita itu, bagaimana dia memakaikan dasi pada dirinya, menjelaskan jika pengetahuannya lebih luas dari dirinya, dia sungguh tidak tahu akan menemukan dalam situasi yang benar-benar berbeda.