Chereads / Dangerously in love with mafia / Chapter 23 - Bab 23 - Aurora sick

Chapter 23 - Bab 23 - Aurora sick

Keesokan harinya.

Aurora terbaring lemas di atas sofa, mendadak tenggorokan terasa sedikit tidak nyaman, menelan apapun rasanya begitu sulit, dia juga sedikit terbatuk hingga melakukan aktivitas apapun terasa tidak nyaman.

Apakah karena sejak kemarin dirinya banyak berada di luar terlalu lama, apalagi dirinya kemarin kebanyakan makan-makanan yang cukup membuat tenggorokan kering.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Aurora, dia mencoba untuk bangun dari posisinya, seperti biasanya ketika dirinya sudah bangun pria itu sudah meninggalkan dirinya.

Begitu bangun dari posisinya kepalanya terasa pusing sedikit, dia harus berpegangan untuk mencari ponselnya, dia merasa suhu ruangan terlalu dingin atau memang dirinya sedang merasa tidak nyaman.

"Jam sepuluh, aku tidur terlalu lama." Ucap Aurora, dia meletakan ponselnya tapi ternyata ponsel itu malah jatuh dari genggamannya, tubuhnya benar-benar terasa sangat tidak enak, apakah dia akan segera jatuh sakit?

Tangannya terulur untuk menyentuh keningnya, hanya memastikan suhu tubuhnya benar atau tidak dia sedang sakit. "Percumasaja tidak akan berhasil, aku membutuhkan pengecek suhu."

Dia sedikit berjalan, tapi dirinya lupa ini bukan apartemen atau sebuah rumah, hotel tidak semua ada di tempat ini, jadi dia harus menghubungi layanan kamar, dengan susah payah dirinya mengambil telepon untuk menghubungi layanan kamar.

"Bisakah aku meminta alat pengecek suhu badan?" Tanya Aurora, kali ini kepalanya semakin pusing, dia merasa tidak bisa terlalu lama berdiri seperti ini, begitu dirinya ingin kembali ke sofa.

Saat itu juga Aurora langsung terjatuh dan dirinya jatuh pingsan.

Pelayan kamar membawakan apa yang wanita itu pesan, semua orang berusaha berulang kali membunyikan bell tapi tidak ada respon apapun, semua pelayan sempat bingung dan hanya bisa menatap satu sama lain.

"Apakah terjadi sesuatu padanya? Ini akan merepotkan jika sampai dia kenapa-kenapa di dalam." Ucap sang pelayan, dia mulai merasa takut.

"Haruskah dia meminta akses pintu cadangan?" Tanya pelayan lainnya, tentu saja semua takut karena klien yang ada di dalam adalah seorang yang bersama dengan orang penting.

Jika terjadi sesuatu padanya mungkin hotel ini akan di tuntut.

"Ya, kita harus melakukan itu."

Dua orang itu langsung membalik tubuhnya dan begitu melangkah mereka menemukan pria itu yang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam ponselnya.

"Tuan, kami—,"

Kedua pelayan itu berinisiatif untuk memberitahu pria itu tapi pria itu merobek melewati kedua pelayan itu dan langsung ke dalam kamar hotel.

Wajah Julian terlihat sangat terkejut saat melihat Aurora tergeletak di lantai, dia sudah menebak jika memang sepertinya wanita itu akan demam, karena sebelum berangkat Julian sempat mengecek suhu wanita itu dan dugaannya benar.

Dengan cepat Julian langsung menggendong wanita itu keluar dari kamar hotel, kedua pelayan itu juga terlihat sangat terkejut dan tidak menyangka jika akan ada hal seperti ini, jika sedikit saja dirinya telat mungkin akan terjadi sesuatu yang lebih membahayakan.

"Aurora, bertahanlah." Ucap Julian, dia jadi merasa bersalah meninggalkan wanita itu tapi ada hal yang tidak bisa dirinya tinggalkan, karena itu juga merupakan pekerjaannya.

Keluar dari hotel dirinya langsung masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan, meletakan wanita itu penuh dengan kehati-hatian, dia merasa suhu tubuh wanita itu semakin panas, sepertinya dia akan demam tinggi.

"Tolong ke rumah sakit terdekat." Ucap Julian, dia berbicara pada sopir, tapi tatapan tertuju pada wanita yang ada di sampingnya, Julian juga melepaskan jas yang dirinya gunakan lalu memberikan pada wanita itu.

Dia harus tenang sampai mobil ini membawa dirinya ke rumah sakit.

"Apakah karena kemarin seharian aku membawamu keluar?" Tanya Julian, dia tahu mungkin sulit untuk menyesuaikan, apakah kemarin seharian tidak ada jeda untuk istirahat lama, hanya tadi sempat makan di restoran.

*******

Begitu mobil berhenti di depan sebuah rumah sakit, Julian langsung menggendong kembali tubuh itu dan membawanya ke dalam, dimana di sambut para suster yang siap membantunya, dimana kini tubuh Aurora sudah di letakan di atas ranjang rumah sakit dan sedang di bawa ke IGD.

Dari jarak yang agak jauhkan pria itu memperhatikan dokter yang memeriksa kondisi wanita itu, untuknya saja Aurora langsung sadar begitu diberikan infusan, akan merepotkan jika dia tidak segera bangun.

Julian menghela nafas lega, setidaknya dirinya tidak terlambat dan dia masih bisa menyelamatkan wanita itu sebelum dia terkena yang lainnya, aneh saja apakah dia selemah itu?

Bukankah sebelumnya dia sudah melewati banyak sekali pelatihan untuk tubuhnya? Padahalkan hanya karena dia membawanya ke tempat jauh bisa membuat sakit?

"Sulit di mengerti, atau mungkin dia bukan wanita itu?" Tanya Julian, kalimat itu keluar begitu saja, jika di pikirkan memang berbeda dengan wanita yang di masa lalu Julian kenal, tapi mereka memiliki wajah yang sama dan fisik yang sama.

Hanya satu yang belum dirinya lihat untuk memastikan mereka orang yang sama, Julian belum melihat tanda lahir yang ada di tubuh wanita itu.

Sampai dimana dokter menjauh dari wanita itu setelah melakukan pemeriksaannya, Julian melangkah mendekatinya hanya untuk sekedar ingin tahu jika dugaannya benar.

"Bagaimana dok?" Tanya Julian.

"Dia hanya kelelahan, pola makan yang tidak teratur dan demam yang cukup tinggi, setidaknya dia butuh dua sampai tiga hari di rawat." Ucap sang dokter, dia menatap pria yang ada di hadapannya.

Julian mengangguk paham, sekarang dia mengerti kenapa wanita itu sakit, mungkin dia memang tidak menjaga pola makanannya.

"Terima kasih untuk bantuannya." Ucap Julian, pria itu mempersilahkan pria itu pergi untuk melanjutkan tugasnya, dirinya melangkah mendekati wanita itu yang sedang menatap tangannya.

Aurora terkejut dengan kedatangannya, dia pikir seseorang yang membawa dirinya, tidak menduga jika pria itulah yang membawa dirinya kesini, bukankah dia tadi sibuk dengan urusannya? Bagaimana dia bisa menolongnya?

Apa karena layanan kamar?

"Seperti aku terlalu memanjakanmu, kau jadi begitu lemah sekarang." Ucap Julian, pria itu berdiri di samping wanita itu dengan kedua tangan yang melipat di dadanya.

Aurora hanya menatap pria itu dengan malas, padahal dirinya sedang sakit tapi dia masih menggunakan hal itu untuk menjelekan dirinya, seharusnya dia lebih sedikit peduli dan seharusnya dia sadar jika kemarin terlalu memaksa dirinya.

"Kau tidak dengar? Itu karena pola makan, aku sudah terbiasa makan dengan makanan sehat, karena kau pola makan sehatku rusak!" Ucap Aurora, karena memang biasanya dirinya selalu menerapkan makanan seimbang, dimana rasanya itu sudah menjadi kebiasaan untuknya.

Julian tersenyum mendengarkan wanita itu berbicara, dia pikir Aurora akan menyalahkan dirinya karena meninggalkan dia sangat sedang sakit, ternyata dia tetap masih suka membalikkan semuanya.

"Jadi itulah kenapa setelah sembuh kau harus kembali pada apa yang menjadi kegiatanmu, jangan lupa saat ini kamu masih bekerja sama denganku." Ucap Julian, masih banyak hal yang harus dirinya lakukan bersama wanita itu.