Aurora melangkah masuk ke dalam bersama dengan julian, seluruh pasang mata melihat ke arah dirinya, kehadiran yang mungkin terasa begitu baru atau mungkin dirinya datang terlambat?
Dirinya hanya sedikit gugup dengan apa yang baru saja dirinya lihat di hadapannya, mungkin memang inilah hal yang akan dirinya dapatkan karena datang lebih lama, menarik perhatian semua orang di sana.
"Apakah ada yang salah denganku?" Tanya Aurora, dia melihat ke arah pantulan lift di hadapannya, tidak ada yang aneh, tapi kenapa dirinya dan pria itu pergi, padahal kan tadi itu bukankah acaranya.
"Aku akan melakukan pertemuan dengan beberapa orang, mungkin mereka adalah orang yang kau kenal, yang jelas jangan bertindak aneh dan tetaplah pada perintahku." Ucap Julian, dirinya mengatakan hal itu hanya memberikan peringatan pada wanita itu, hanya tidak mau membuat masalah di pertemuan ini.
Ada alasan khusus kembali wanita itu harus hadir di pertemuan ini, ada beberapa hal yang dia lakukan juga.
"Lalu kenapa aku harus terlibat?" Tanya Aurora, dia melirik sedikit ke arah pria itu, dia bahkan tidak tahu kemana dirinya akan membawa dirinya.
"Karena ada hal kecil yang harus kamu lakukan, hanya kamu." Ucap Julian, pria itu mendekatkan dirinya sedikit ke arah wanita itu, karena sebelum lift terbuka dia tidak mau memberikan cela untuk orang lain.
"Hal kecil? Jangan mengatakan aku harus bermain dengan api." Ucap Aurora, dia sedikit tersentak saat pria itu menaruh tangannya di pinggangnya, dia bahkan tidak tahu rencana yang pria itu lakukan.
"Tetaplah seperti ini."
Hingga lift terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan yang begitu mewah, ada beberapa orang yang berdiri menyambut kedatangan kedua orang itu, lalu setelah itu Julian langsung menarik dan membawa wanita itu untuk mengikuti dirinya.
Aurora hanya bisa sedikit menjauhkan tubuhnya, sepanjang melangkah dirinya hanya bisa menunjukan senyuman kaku, hingga akhirnya pintu terbuka dan memperlihatkan beberapa orang.
Bola mata Aurora berbuka dengan sangat lebar, dia mengenal beberapa orang disana, sungguh tidak menyangka ternyata dia berteman dengan pria itu? Bagaimana Aurora menghadapi situasi itu.
Hingga tatapan di paksa untuk menatap ke arah lain, dimana dia harus melihat pria itu dengan jarak yang begitu dekat dengannya.
"Kamu hanya harus fokus padaku, ingat Aurora! Kau bukan seorang agen rahasia lagi tapi bekerja di bawah perintahku!" Ucap Julian, pria itu sedikit berbisik saat mengatakan hal itu pada wanita dihadapannya.
Dia sudah tahu jika resiko itu pasti ada dimana dirinya langsung tahu wanita itu akan lebih fokus pada semua orang yang hadir di sini, itulah kenapa dia kembali mengingatkan wanita itu pada posisinya.
"Ya, aku mengerti." Jawab Aurora, ini merupakan sebuah tamparan yang begitu keras untuknya, dia tidak percaya jika dirinya saat ini bukan lagi seorang agen rahasia dan malah tunduk pada seorang mafia.
Setelah itu dia mengikuti pria itu melangkah di sampingnya, tubuhnya berusaha untuk terbiasa walau dia merasa dia mulai tidak suka keberadaannya disini, kenapa membuatnya seakan berpihak pada mafia, apa yang harus putrimu lakukan ayah?
Julian menyapa para temannya, dia bahkan terlihat biasa saja dan lebih fokus untuk tetap membawa wanita itu di dalam genggamannya, dengan posisi yang dimana dia masih merangkul wanita itu.
Semua yang ada di sana tetap saja terkejut dengan kehadiran yang membawa seseorang bersamanya.
"Perhatikan mereka semua dengan baik." Ucap Julian, pria itu membisik kembali pada wanita itu, dia juga menarik dagu wanita itu untuk berhenti menunduk, dia tahu jika agen rahasia bisa melihat mereka yang memakai pakaian anti peluru.
"Apakah mereka menggunakan pakaian anti peluru? Jika ada berikan anggukan padaku." Tanya Julian, pria itu berbicara dengan memainkan helaian rambut wanita itu, seakan pembicaraan ini tidak begitu serius.
Aurora memperhatikan hal itu dengan baik, dia memperhatikan semua pria yang mengenakan jas di hadapannya, lalu saat itulah dia melihat ke arah pria itu dan memberikan anggukan padanya.
"Katakan berapa banyak orang, jika dua berikan anggukan, jika lebih dari itu sentuhlah hidungku." Ucap Julian, dia berbicara dengan sangat serius dengan nada yang begitu membisik, membuat deep voice itu keluar begitu.
Aurora mengulurkan tangannya untuk mengusap hidung pria itu.
Setelah itu Julian memutuskan meninggalkan wanita itu sendirian di sana, dia kembali pada temannya dan mulai berdiskusi, dirinya juga mengeluarkan sesuatu yang dari balik jas yang dirinya kenakan.
Beberapa menatap dirinya penuh dengan kekaguman, tidak heran juga ada yang memberikan tepuk tangan untuknya, Aurora mencoba melihat tapi dirinya malah harus berhadapan dengan seseorang mendekati.
Tentu saja dengan hal itu dirinya langsung memang badan untuk menjauh darinya, dia tidak akan takut dengan hal apapun dimana, apalagi menghadapi pria yang seakan hanya ingin menggoda dirinya.
"Sayang sekali aku tidak mendekatimu, kau milik Tuan Julian, itu berarti tidak ada yang bisa menyentuhnya." Ucapnya, pria itu hanya memilih duduk di sana karena dia pikir secantik apa wanita yang bersama pria itu.
Aurora terdiam mendengarkan apa yang di katakan oleh pria itu, apa maksud dengan semua ucapannya, memang kenapa jika dirinya bersama pria itu dan dirinya juga bukan milik pria itu, dirinya hanya menjalin sebuah hubungan atau perjanjian yang harus membuatnya berada di dekat pria itu.
"Katakan, sudah berapa lama kamu mengenal Julian? Pria itu tidak pernah bertahan dengan wanita lebih dari dua bulan." Ucapnya, pria itu seakan memahami jelas pria yang kini sedang membuka sebuah koper di hadapannya.
Dimana di dalamnya berisikan sebuah lembaran uang yang bertumpuk di disana, Aurora sekarang paham kenapa semua para mafia selalu membawa koper, karena selain tidak mudah di lacak, transaksi secara langsung sangatlah menguntungkan.
"Cukup lama, lima bulan aku mengenalnya." Ucap Aurora, sampai tatapannya bertemu dengan pria itu, membuatnya sedikit merasa aneh dengan tatapannya, apa karena ada pria yang bersama dengannya.
"Itu tidak mungkin—,"
"Apa yang tidak mungkin, pria itu mudah sekali ditaklukan." Ucap Aurora, wanita itu melangkah meninggalkan sofa yang dirinya duduki lalu dengan cepat melangkah ke arah pria itu, dia bisa membawa perintah jika ada hal yang harus dirinya lakukan lagi.
Julian memberikan senyuman pada wanita itu, lalu dirinya menarik wanita itu masuk ke dalam rangkulannya, dimana dirinya langsung mengajaknya untuk bergabung bersama dirinya, menunjukan di hadapannya ada sebuah milyaran dollar di sana.
"Katakan apa kamu bisa menghitungnya?" Tanya Julian, dia menarik wanita itu untuk menyentuh uang yang ada di hadapannya.
Aurora hanya bisa menunjukan senyuman di wajahnya, dia tahu jika ucapan pria itu hanyalah sebuah candaan untuknya, tapi itu sungguh membuatnya kesal, kenapa harus melakukan hal ini?
"Aku lapar."