Tidak lama mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan rumah mewah. Jayden melihat ke belakang, dia tersenyum saat menatap Paola yang tertidur.
"Pasti habis bertengkar sama mamanya," gumam Jayden.
Jayden meminta sopir untuk tidak membangunkan Paola. Dia turun dari mobil setelah dibukakan pintu oleh pengawal.
"Jayden, kamu ini apa-apaan sih? Kamu bikin aku kaget aja," kata Paola saat merasa tubuhnya melayang.
"Kamu ini seharusnya tidak marah-marah saat bangun. Aku hanya tidak mau membangunkan kamu saja," balas Jayden.
Paola memaksa turun dari gendongan Jayden. Dia berjalan dengan terburu-buru masuk ke dalam rumah tanpa peduli dengan Jayden yang masih terdiam di halaman rumah.
"Andri, parkir mobilnya di sana saja. Nona Paola hari ini akan menginap di sini," perintah Jayden.
Jayden menyusul Paola yang sudah duluan masuk ke dalam. Dia mendengar suara heboh dari dalam rumahnya langsung menghampiri Paola yang tersenyum saat menyambut pelukan seseorang.
"Calon mantu aku cantik banget," kata Diana.
"Ma, jangan ngomong gitu. Tidak enak sama Paola," tegur Jayden menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Paola, apa kamu merasa terganggu kalau dianggap calon menantu?" tanya Diana.
"Tidak apa-apa, santai," jawab Paola.
"Tuh, dengar apa kata Paola. Mama sekarang mau ajak Paola lihat tanaman di belakang, kamu lebih baik bantu bawa barang Paola aja," kata Diana.
"Ma, Paola perlu istirahat," balas Jayden.
Paola menolak permintaan Jayden. Dia lebih memilih menemani Diana melihat tanaman.
"Paola, ayo kita ke halaman belakang. Jayden memang bawel," kata Diana.
Mereka pergi ke taman belakang membuat Jayden tersenyum. Pria itu sangat senang melihat mamanya dapat dengan mudah akrab sama Paola.
"Apa yang kamu lamunkan sampai senyum-senyum sendiri?" tanya seseorang yang berdiri di belakang Jayden membuat Jayden tersentak kaget.
"Papa sejak kapan di sini? Bikin kaget aja," kata Jayden mendelik kesal.
"Jangan kesal begitu dong. Papa habis ketemu klien," balas Dino.
"Oke, Pa," kata Jayden.
"Kamu sendiri sampai kapan mau jadi manajer Paola dan mengurus perusahaan juga kamu? Apa kamu tidak pusing?" tanya Dino.
"Aku tidak pusing kok, malah aku bahagia bisa berdekatan dengan Paola," jawab Jayden.
Dino menggeram kesal mendengar ucapan putranya.
"Kamu tidak menyatakan perasaan kamu sama Paola? Bagaimana dia tahu kamu suka dia kalau kamu hanya diam?" tanya Dino.
"Pa, aku tahu sebenarnya Paola peka akan perasaan aku, tapi dia berpura-pura saja," jawab Jayden.
"Kamu tidak jelas. Bilang aja kamu tidak berani dan takut dipecat sebagai manajernya Paola," balas Dino.
Jayden yang pusing dengan perkataan papanya meminta izin pada Dino untuk ke kamar duluan.
"Papa kasih kamu saran tidak mau didengar," kata Dino.
"Papa tidak tahu ajah misi Paola sebenarnya apa," balas Jayden.
"Misi, maksudnya?" tanya Dino.
Jayden terdiam seketika saat menyadari kalau dia keceplosan. Dia tidak boleh bicara soal rencana Paola dan kegilaannya.
"Misinya menjadi model terkenal," jawab Jayden.
"Dia mau sampai kapan jadi model? Dia juga tidak terpakai lagi kalau sudah tua," kata Dino.
"Dia sekarang masih muda, jadi bebas saja kalau dia masih ingin meniti kariernya," balas Jayden.
"Terserah kamu," kata Dino.
"Ya sudah aku juga mau naik ke kamar buat menaruh barang-barang Paola," balas Jayden.
Jayden menaiki tangga ke kamar untuk menaruh semua barang-barang Paola.
***
Paola bersama Diana yang berada di halaman belakang tengah mengobrol sambil menyeruput teh yang disajikan oleh pelayan.
"Tante, bagus banget taman ini," kata Paola.
"Makasih, Paola. Tante ini ibu rumah tangga, jadi daripada bosan mending mengurus tanaman deh," balas Diana.
"Iya enak kalau punya hobi begini," kata Paola.
"Hobi kamu apa?" tanya Diana, aku hobi.
"Olahraga," jawab Paola.
"Kelihatan sih dari badan kamu yang bagus begitu," balas Diana.
Dia menatap Paola dari atas sampai bawah. Dia berharap putranya dapat berjodoh dengan Paola.
"Tante bisa aja," kata Paola.
Paola merasa tubuhnya sudah sangat lelah setelah perjalanan panjang meminta izin pada Diana untuk ke kamar duluan.
"Tante sekarang antar kamu ke kamar. Jayden pasti sudah menaruh barang-barang kamu di kamar," kata Diana.
"Iya tidak apa-apa. Maaf aku tidak bisa menemani ngobrol," balas Paola.
"Tidak apa-apa. Tante dari tadi juga sudah ditemani kamu kok," kata Diana merasa tidak enak.
Diana mengantar Paola hingga ke kamar. Langkah kaki mereka terhenti di depan pintu saat dia tanpa sengaja bertemu dengan Jayden.
"Jayden, sudah semua?" tanya Paola.
"Sudah, Paola. Kamu istirahat dulu saja. Kamu kalau butuh apa-apa kabarin aku aja," balas Jayden lembut.
Paola berjanji akan memberikan kabar pada Jayden kalau dia butuh sesuatu. Dia saat ini hanya ingin beristirahat saja sebelum melakukan rencananya.
"Jayden, nanti malam kamu jadi ikut dengan aku?" tanya Paola.
"Memang kalian ada acara apa?" tanya Diana.
"Biasa acara perkumpulan para model dan desainer papan atas. Acara makan bersama," jawab Jayden.
"Oh, kirain pebisnis diundang juga," balas Diana.
"Coba tanya papa aja. Seharusnya sih diundang, itu acara besar kok," kata Jayden.
"Mama nanti coba tanya papa kamu. Mama kadang suka lupa kalau ada acara," balas Diana sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tante, Jayden, aku masuk ke kamar duluan," kata Paola.
"Iya, Paola," balas Jayden.
Paola masuk ke dalam kamar lalu menatap kamar yang dia tempati. Dia tersenyum saat dia bisa melihat bunga-bunga di taman dari jendela.
"Lebih baik aku beristirahat," gumam Paola.
Paola berbaring di ranjang lalu menatap langit-langit kamar dengan tatapan sendu. Dia mendadak merasa bersalah dengan papanya yang selalu saja dia salahkan.
"Papa seharusnya tidak meninggalkan Paola. Papa meninggal karena keluarga Bowie yang sudah menindas keluarga kita. Aku benci sama mereka karena sudah membuat masa kecilku tidak seindah orang lain!" teriak Paola.
Paola menangis dalam diam. Dia merasa lega saat menangis sendirian karena orang-orang tidak akan ada yang bisa melihat kelemahannya.
***
Jayden melangkahkan kaki ke kamar bersama mamanya. Diana begitu kangen sama putranya.
"Mama kangen banget sama kamu. Kamu pergi ke mana aja sama Paola?" tanya Diana.
"Mama, aku ini bekerja sama Paola," jawab Jayden.
"Kamu tidak bekerja sama dia juga bisa hidup," balas Diana.
"Mama pasti tahu dong kalau aku ingin dia terbiasa dengan keberadaan aku. Kadi Paola lama-kelamaan bisa membuka hatinya untuk aku," kata Jayden.
"Kamu tidak mengungkapkan perasaan kamu sih sama dia. Apa perlu orang lain yang mewakilkan kamu?" tanya Diana.
"Apa sih, Ma? Aku ini tidak perlu diwakilkan, aku ini laki-laki. Lagian juga aku tidak mau pikiran Paola terganggu dengan aku. Dia punya rencana besar dan aku harus mendukungnya," jawab Jayden.