Suasana di kediaman Bowie tengah ramai dengan suara orang-orang yang saling bercengkerama. Semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tamu.
"Tante Chelsea beliin aku boneka beruang yang lucu banget," kata Eva.
"Iya beruang itu lucu kayak kamu," balas Chelsea sambil menggendong Eva di pangkuannya.
"Sepertinya ada yang sudah siap nih mau menikah. Cepat banget akrab sama anak kecil," goda Kaila.
"Ma, aku memang suka anak kecil," balas Chelsea.
"Iya hitung-hitung kamu latihan sebelum punya anak kecil," kata Kaila.
Suara Evan menirukan suara mobil berjalan sambil bermain mobil-mobilan barunya bersama Ben membuat semua orang yang di sana menatap ke arah Alder yang masih sempat membelikan sesuatu Ben dan Evan.
"Kamu masih sempat beli kado untuk mereka?" tanya Sienna.
"Iya, Nek. Pas banget momennya bisa beli oleh-oleh buat para keponakan tersayang," jawab Alder sambil merangkul kekasihnya yang tengah bermain dengan Chelsea.
"Nanti malam kamu ada acara juga?" tanya Sienna.
"Acara apa?" tanya Alder sambil mengecek ponselnya.
"Memang kamu tidak dikasih tahu asisten kamu?" tanya Arga.
Alder menepuk jidatnya. Dia baru ingat kalau nanti malam dia ada undangan untuk mendatangi acara khusus buat para model dan desainer serta para pebisnis.
"Masih muda sudah pelupa aja," kata Kaila geleng-geleng kepala.
"Biasa, banyak pikiran," balas Chelsea.
"Pikiran mau nikahin kamu itu," kata Kaila.
"Iya, soal pertunangan kalian kapan? Orang tua Chelsea datang jadi hari ini?" tanya Theodor.
"Iya orang tua Chelsea besok ke sini," jawab Alder.
"Baiklah," balas Theodor.
"Nanti kalian pada pergi tidak ke acara nanti malam?" tanya Arga.
Theodor meminta pada Arga agar dia saja yang pergi. Dia tidak ingin anaknya kelelahan setelah perjalanan panjang.
"Theodor, seharusnya kamu ajak anak kamu juga buat kenalin pada para pengusaha lain," kata Arga.
"Kakek, nanti aku ikut," balas Alder.
"Oke nanti kamu bareng orang tua kamu aja biar bisa kenalan sama para pengusaha yang hadir di sana. Hitung-hitung perluas relasi kamu," kata Arga dengan raut wajah datar.
"Aku boleh ajak Chelsea?" tanya Alder.
"Tiidak perlu, Alder. Kasihan Chelsea sendiri kalau kamu sama orang tua kamu lagi sama kolega, apalagi Chelsea baru saja merambah dunia desainer," jawab Arga melirik ke arah Chelsea.
Chelsea meneguk salivanya saat melihat tatapan tajam Arga.
"Iya, Alder. Kamu saja sama orang tua kamu sudah cukup. Aku mau istirahat," kata Chelsea lembut.
Alder merasakan kekecewaan di sorot mata Chelsea yang masih dipandang sebelah mata oleh keluarganya
"Sayang, maat. Kamu kalau kamu mau ikut tidak apa-apa. Aku akan menemani kamu dan ajak kamu kenalan kok," kata Alder.
"Tidak apa-apa. Aku mau istirahat dan aku mau main sama para sepupu kamu yang lucu ini," balas Chelsea.
"Baiklah," kata Alder lesu.
"Kalian ini romantis sekali sih, tidak terpisahkan," puji Sienna.
"Iya dong, Nek. Kita ini sudah sehati dan sejiwa raga," balas Alder penuh semangat.
Chelsea tersenyum melihat kekasihnya yang bahagia.
"Aku tahu aku belum sesukses para desainer yang mereka mau lihat. Aku akan buktikan pada mereka aku bisa membuat mereka bangga punya menantu seperti aku," gumam Chelsea.
Alder dan keluarganya saling mengobrol tentang pertunangan serta hari yang pas. Mereka setelah selesai berbincang memutuskan untuk beristirahat di kamar masing-masing.
***
Alder memeluk Chelsea dari belakang. Dia menatap wajah perempuan itu.
"Aku jadi tidak sabar bisa bersama kamu terus," kata Alder mengecup pipi kekasihnya.
"Sayang, bagaimana kalau nanti ada yang lihat?" tanya Chelsea.
"Sayang, kita satu kamar. Sebentar lagi kita bertunangan lalu menikah," jawab Alder.
"Semoga semua impian kita tercapai," kata Chelsea.
"Sayang, pasti tercapai," balas Alder.
Alder memeluk erat Chelsea dan menghirup aroma tubuh perempuan itu yang sangat dia sukai.
"Kamu ini hobi banget mengendus-endus aku," kata Chelsea merasa kegelian.
Kamu wangi banget sih, pakai parfum apa?" tanya Alder.
"Pakai parfum wangi biasa dong. Alder, cukup, geli tahu. Kamu bersih-bersih sana biar bisa pergi nanti," jawab Chelsea.
"Kamu tahu tidak aku malas pergi kalau tidak ada kamu," rengek Alder.
Chelsea menangkup Alder. Dia meminta pada pria itu agar pergi saja supaya tidak mengecewakan keluarganya dan membuat dia disalahkan.
"Mereka tidak akan menyalahkan kamu. Percaya pada aku," kata Alder menatap jekasihnya dengan tulus.
"Iya aku percaya, tapi aku mau kamu buat keluarga kamu bahagia dulu," pinta Chelsea tulus.
"Iya, Sayang. Aku juga mau membahagiakan kekasihku yang paling manis sedunia selain keluargaku," kata Alder.
"Seandainya saja kamu tahu bahwa keluarga kamu sebenarnya tidak begitu setuju kamu bersama aku, apalagi kakek kamu," gumam Chelsea.
"Sudah sana kamu mandi, bau tahu," perintah Chelsea.
"Enak aja aku bau," balas Alder.
Alder menggelitiki Chelsea hingga mereka terbaring di ranjang. Mata mereka saling menatap satu sama lain.
"Aku sangat mencintai kamu," kata Chelsea.
"Aku juga. Jangan sedih begitu, apa ada yang salah?" tanya Alder.
"Aku tidak sedih. Bgeselin banget sih, udah sana mandi," kata Chelsea mendorong-dorong tubuh Alder.
Alder memeletkan lidahnya dan berlari ke kamar mandi membuat Chelsea tersenyum sambil geleng-geleng kepala.
"Dia seperti bocah saja," kata Chelsea.
Chelsea sambil menunggu Alder mengambil remot lalu menyalakan televisi. Dia mendudukkan diri danmelihat idolanya terpampang di televisi.
"Paola cantik sekali sih. Heran kulitnya bisa putih mulus dan badan dia kayak biola. Tatapannya itu, ya ampun! Buat para pria bisa jatuh kesandung pesonanya, apalagi perempuan yang ngelihat makin ngiri," kata Chelsea.
Chelsea berdecak kagum saat menonton idolanya yang sedang ditanya oleh para wartawan ketika datang ke New York. Semua orang memuja Model papan atas itu.
"Siapa sih yang datang?" gumam Chelsea saat mendengar suara pintu kamar diketok dari luar.
Chelsea bangun dari ranjang lalu berjalan menuju pintu. Dia membuka pintu itu.
"Sayang, ini ada camilan dan minuman untuk kalian," kata Kaila.
"Mama tidak usah repot-repot bawain minuman dan camilan begini. Aku jadi tidak enak," balas Chelsea.
Chelsea meraih nampan berisi minuman dan camilan lalu menaruhnya di meja.
"Tidak apa-apa," kata Kaila.
"Ma, masuk aja dan duduk sama Chelsea," pinta Chelsea.
"Chelsea lagi menonton apa?" tanya Kaila melihat televisi.
"Ini model papan atas itu. Mama pasti kenal," jawab Chelsea.
Iya dia gadis yang hebat. Dia bisa menjadi model saat usia dia masih sangat muda dan semua orang mengenalnya," kata Kaila.
"Iya Paola idolaku. Dia motivasi aku," balas Chelsea.
"Kamu kemarin sudah ketemu dong sama dia? Dia itu kalau enggak salah sudah jadi brand ambassador kamu deh," kata Kaila.
"Iya, Ma. Dia baik banget," kata Chelsea.
"Kamu jangan cepat bilang seseorang baik, bisa saja dia bukan seseorang yang bisa menjadi idola kamu lagi suatu hari nanti," balas Kaila.