Raden Joko Lelono mengacungkan kerisnya kepada petani tersebut. Yaitu ayah dari putri Arum Kusuma Wati. Hal tersebut dilakukan hanya untuk menakuti ayah Arum. Memang, ayah Arum cemas, tapi ia tidak takut sama sekali. Kemudian, ayah putri Arum menjelaskan maksud kedatanganya. Ayah putri Arum mengatakan jika ia ingin bertemu dengan Raden Joko Kusumo. Raden Joko Lelono menjelaskan kalau saudaranya sedang tidak ada di rumah.
Raden Joko Lelono menanyakan "Maaf paman, apakah paman datang ke rumah kami ini akan membicarakan masalah pernikahan putri paman?
Mendengar hal itu Ayah Arum kaget. "Kenapa Raden sudah tahu?"
"Tentu saja tau. Saya adalah Raden Joko Lelono. Yang memiliki kecerdasan tinggi," serunya.
"Ya sudah. Lalu, bagaimana pendapat Raden?" Tanya Ayah Arum.
"Paman tenang saja. Paman tidak usah menyiapkan apapun. Semuanya biar saya yang urus," ucap Raden Joko sambil menaruh keris pusaka ke tempatnya.
Lalu ayah putri Arum menerangkan hari dan tanggal pernikahannya. Setelah itu ayah Arum berpamitan.
Di sisi lain, di waktu sore hari. Raden Joko Kusumo mendatangi Gurunya. Sesampainya di rumah Bopo Guru, Raden diajak mengobrol sebentar. Bopo Guru memberitahu Raden bahwa, ia akan dijodohkan dengan putri sahabatnya. Raden Joko menyetujuinya. Namun sebelum pernikahan dilaksanakan. Raden Joko diberi tugas oleh Bopo Gurunya untuk pergi ke gunung Sindoro di daerah Jawa tengah. Raden Joko diminta menemui seorang pertapa sakti di puncak gunung Sindoro tersebut. Dengan rasa hormat Ia pun mematuhi perintah gurunya melaksanakan tugas Bopo Gurunya. Raden Joko diminta berangkat pada malam jum'at kliwon.
Di hari Jum'at Kliwon, Raden Joko berangkat ke puncak gunung Sindoro. Tidak lupa sebelum berangkat Raden Joko berpamitan dengan sang Guru. Ketika hendak keluar pintu rumah, sang Guru memanggilnya, "Berhenti dulu Raden."
"Ada apa Guru?" sahut Raden Joko Kusumo.
Guru pun mengambil sebuah kertas, lalu ditulisnya sebuh surat. Selain itu, Raden Joko diminta agar kembali sebelum bulan purnama tiba.
Sesampainya di puncak gunung, Raden Joko diperintahkan menyampaikan surat tersebut kepada Petapa di sana.
Sampailah Raden Joko Kusumo di gunung Sindoro. Raden pun mendaki gunung setapak demi setapak. Sembari menengok kanan kiri, ditengoknya keindahan alam. Ia terus berjalan ke puncak gunung. Rasa capek dan nafas terengah-engah.
Sesampainya di puncak gunung, Raden Joko belum melihat pertapa yang dimaksud Gurunya tersebut. Karena rasa lelah sudah memuncak beristirahat lah Raden Joko di bawah batu besar. Tak terasa malam sudah tiba. Raden Joko tertidur bersandar di sebuah batu besar.
Di tengah malam yang sunyi, tiba-tiba Terdengar suara raungan seekor binatang buas. Raden Joko Kusumo kaget dan terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba di depan wajahnya terlihat sebuah kepala ular naga yang besar, yang siap menerkam Raden Joko. Raden Joko pun gemetaran, surat di tangan jatuh. Sang ular naga mengendus surat itu. Tiba-tiba, ular naga besar berubah menjadi seorang kakek tua.
Kakek bertanya, "Siapa kamu bocah? Berani mendaki gunung dan memasuki wilayah ku?"
Raden Joko Kusumo menjelaskan maksud dan tujuannya. Bercerita lah Raden Joko jika ia diutus oleh Gurunya agar menyampaikan surat kepada pertapa di gunung ini.
Di ambilnya surat oleh kakek, dibacanya surat tersebut. Lalu, terdiam lah sang kakek. Ternyata isi surat tersebut adalah agar Raden Joko Kusumo belajar ilmu kesaktian kepada kakek pertapa. Serta, agar kakek pertapa memberi restu Raden Joko Kusumo yang akan menikah. Kakek pun menerima Raden Joko sebagai muridnya.
Di pegangnya pundak Raden Joko. Dan seketika Raden Joko berpindah tempat ke alam jin. Terlihat disitu ada sebuah istana megah. Diajaknya Raden masuk ke istana. Tanpa membuang waktu, Raden Joko diajari ilmu kesaktian. Raden belajar dengan semangatnya. Ketika Raden Joko selesai belajar ia merasa lelah. Duduklah Raden di sebuah kursi. Tak terasa Raden terlelap dalam tertidur.
Sinar mentari pagi menyengat kulit. Raden Joko terbangun dari tidurnya. Sambil membersihkan diri dari debu, Raden terheran. Ternyata ia sudah kembali ke dunia nyata. Raden pun bergegas pulang. Ditengah perjalanan ia mendapati surat di saku bajunya dan dibacanya surat tersebut.
"Raden, sampaikan salam Kakek kepada guru mu. Bawalah keris Naga Geni sebagai senjata. Rawatlah, dan gunakan dengan bijak. Kakek juga merestui pernikahanmu."
Selesai membaca surat itu, tiba-tiba muncul keris Naga Geni di tangan kanan Raden Joko. Ia pun kaget.
Di perjalanan pulang, Raden Joko merasa sangat lapar. Terlihatlah sebuah warung di pinggir jalan. Raden Joko pun mampir memesan makanan lima porsi. Raden Joko makan dengan rakusnya. Seakan sudah sebulan tidak makan. Pemilik warung pun bertanya kepada Raden. "Maaf Raden. Kalau boleh tau Raden ini siapa dan dari mana? Kelihatannya bukan orang sini."
"Ooh.. nama saya Raden Joko Kusumo dari desa bernama Setan di kota Sidoharjo. Saya habis melakukan perjalanan ke puncak gunung Sindoro." Jawab Raden sambil memegang seekor ayam goreng di tangannya.
"Waah.. berani sekali tuan pergi ke puncak gunung itu. Tuan tidak takut?" seru pemilik warung.
"Memangnya kenapa tuan?" tanya Raden yang penasaran.
"Jadi Raden belum tau? Setahun belakangan. Sering terjadi kejadian misterius. Setiap ada pendaki yang mendaki gunung tersebut. mereka semua menghilang. Dan sebulan kemudian baru ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Konon katanya. Mereka yang mendaki dibawa ke kerajaan jin." Cerita si pemilik warung.
Raden pun segera menyelesaikan makannya. Ia bergegas pergi dari warung sembari melihat kalender di warung.
"Ternyata benar cerita pemilik warung. Saya sudah berada di istana jin sebulan lamanya. Padahal, saya belajar dengan Kakek guru baru satu malam," gumam Raden sambil melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan cukup lama. Tibalah Raden Joko Kusumo di rumahnya. Raden kaget, ternyata di rumahnya sudah ada persiapan sebuah pesta pernikahan.
Masuklah Raden Joko Kusumo kedalam rumahnya. Raden Joko Kusumo disambut saudaranya Raden Joko Lelono. Raden Joko Kusumo menjadi bingung. Karena saudaranya berpakaian pengantin.
Sementara itu, dari luar terdengar suara tamu. Dilihatnya tamu tersebut. Ternyata itu adalah keluarga petani. Disambutnya keluarga tersebut. Keluarga ini persilahkan masuk ke rumah. Duduklah mereka di ruang tamu. Tak berapa lama, datanglah Bopo Guru. Mereka pun berbincang-bincang.
Di sela pembicaraan, Ayah Arum mengomentari penampilan Raden Joko Kusumo dan Raden Joko Lelono. Kenapa Raden Joko Lelono berpakaian bak pengantin. Di sisi lain, Raden Joko Kusumo berpenampilan seperti habis perjalanan jauh. Kemudian ayah putri Arum membicarakan masalah pernikahan. Bopo Guru menyahut pembicaraan Ayah Arum. Di dalam perbincangan soal pernikahan ini, justru Ayah Arum dan Bopo Guru malah membicarakan Raden Joko Kusumo.
Raden Joko Lelono merasa aneh dan tidak nyaman dengan obrolan mereka berdua. Obrolan Bopo Guru dengan ayah Arum dianggap seolah yang akan menikah ialah saudaranya Raden Joko Kusumo.
Raden Joko Lelono pun tersinggung. Ia curiga ada sesuatu yang aneh dan disembunyikan darinya. Ia pun masuk ke kamar dan meninggalkan perbincangan tersebut. Di dalam kamar Raden Joko Lelono marah. Dipukulnya cermin kaca sampai tangan berdarah. Diambilnya keris pusaka warisan keluarga. Dan Raden Joko Lelono pun keluar menuju Raden Joko Kusumo.