Chereads / Sang Putri Naga dari Gunung Sindoro / Chapter 5 - Pernikahan yang mengerikan

Chapter 5 - Pernikahan yang mengerikan

Raden Joko Lelono keluar sambil memegang sebuah keris pusaka. Didekatinya Raden Joko kusumo kemudian ia berbisik kepada saudaranya tersebut. Lalu masuklah kedua Raden ke belakang rumah. Raden Joko Lelono menceritakan kalau ia merasa acara pernikahan ini terasa ada yang aneh. Lalu Raden Joko Lelono meminta ijin kepada saudaranya tersebut untuk memakai keris pusaka warisan keluarganya. Tentu, sebagai saudara Raden Joko Kusumo mengijinkan saudaranya memakai keris pusaka itu. Lalu kembalilah mereka ke Bopo Guru dan Ayah dari Arum Kusuma Wati.

Hari menjelang sore, Bopo Guru dan Ayah Arum dipersilahkan istirahat di dalam kamar tamu. Mereka pun beristirahat di kamar masing-masing.

Di malam yang sunyi, Raden Joko Kusumo teringat peristiwa yang dialaminya. Dulu ketika waktu malam hari. Saat ia pergi ke rumah Bopo Guru, Ia bertemu seekor naga besar. Naga tersebut berpesan kalau dirinya akan mendapatkan sesuatu yang menggembirakan juga menyedihkan.

Raden Joko Kusumo pun terpikirkan oleh hal tersebut. Sampai-sampai ia tidak bisa tidur, Ia berfikir, apakah di pernikahan ini akan terjadi masalah besar. Lalu diambilnya keris Naga Geni yang baru saja ia peroleh. Dengan mengucap mantra keris itu masuk ke dalam dada Raden Joko Kusumo.

Di sisi lain, Raden Joko Lelono juga tidak bisa tidur. Ia masih memikirkan kecurigaannya. Karena Raden Joko Lelono belum pernah belajar ilmu Kanuragan. Maka diambilnya keris pusaka warisan keluarga tersebut. Kemudian Raden juga mengambil sebuah kitab. Kitab ini adalah kitab ilmu kesaktian untuk mengendalikan Naga di dalam keris pusaka tersebut. Lalu dipelajarinya kitab tersebut.

Akhirnya pagi telah tiba. Putri Arum Kusuma Wati juga sudah tiba di rumah keluarga Raden. Lalu masuklah putri ke kamar pengantin untuk bersiap-siap. Kedua Raden juga sudah bersiap-siap.

Acara pernikahan segera digelar. para tamu mulai berdatangan. Di situ juga sudah bersiap Bopo Guru dan penghulu. Keluarga Raden merasa bahagia. Raden Joko Kusumo pun bercanda dengan saudaranya Raden Joko Lelono. Sambil tertawa Raden Joko Lelono berkata kepada saudaranya bahwa, semua persiapan pesta pernikahan ini disiapkan lengkap oleh dirinya. Ia juga memberitahu kepada Raden Joko Kusumo senang kalau dirinya akan menikah.

Tibalah waktu pernikahan. Bopo Guru bertanya, "Apakah Raden sudah siap untuk acara ijab?"

Tentu, dengan senang hati kedua Raden menjawab. "Siap Bopo Guru."

Para tamu dipersilahkan duduk. Selang beberapa waktu. Tibalah sang penghulu. Prosesi ijab pun dimulai.

Duduklah kedua Raden di tempat ijab qobul. Bopo Guru dan penghulu juga menyiapkan diri. Ayah Arum pun tak ketinggalan.

"Apakah semua sudah siap?" tanya penghulu.

"Siap Bopo." Teriak kedua Raden Joko dengan semangat. Lalu mereka saling menatap wajah dan keheranan.

"Bapak dari mempelai wanita sudah siap menikahkan putrinya?" tanya Bopo Penghulu kepada Ayah putri Arum.

"Sudah Bopo," ucap Ayah Arum.

"Kalau begitu, silahkan dimulai!" Kata penghulu.

Diacungkan tangan Ayah Arum kepada Raden mengucap ikrar ijab qobul.  Kedua Raden mengajukan tangannya. Tapi, Ayah Arum mengambil tangan Raden Joko Kusumo. Raden Joko Lelono terkejut. Ia kecewa dan sakit hati.

Ketika ikrar di ucapkan Raden Joko Lelono berdiri dan berteriak. "Apa maksud semua ini? Kalian mempermainkan diriku ya?"

"Apa maksudmu Raden? Kamu ini mau apa? Duduklah sebentar dengan tenang!" seru Bopo Guru menenangkan Raden Joko Lelono.

Raden Joko Lelono tak terima, Ia merasa sangat marah. Akan tetapi, ia masih menuruti kata Bopo Guru dengan terpaksa menahan marah karena ia merasa takut. Ijab qobul pun selesai. Raden Joko Lelono masih tidak menerimanya, keluarlah ia dari ruangan. Dengan penuh amarah diambilnya sebuah pemantik api dan minyak bakar. Disiramnya seluruh tenda. Dan dibakarnya tenda pesta pernikahan. Berteriak lah para tamu undangan.

Mendengar keramaian di luar. Bopo Guru dan Ayah Arum keluar. Mereka segera memadamkan api yang berkobar. Kekesalan Raden Joko Lelono semakin menjadi. Larilah ia ke dalam rumah. Diambilnya keris warisan dari keluarga. Di acungkan keris ke langit. Seketika, suasana langit berubah menjadi gelap. Angin berhembus kencang mengobrak-abrik tempat pesta pernikahan.

Sontak Raden Joko Kusumo langsung keluar. Ia berusaha menenangkan saudaranya.

"Wahai saudaraku, apa yang kamu perbuat? Hentikanlah semua ini! Kamu jangan macam-macam dengan keris itu! Kamu tidak tahu akibat yang akan ditimbulkan dari keris pusaka itu." Teriak Raden Joko Kusumo sambil menutupi wajahnya dari angin yang kencang.

"Aku tak peduli. Kamu mengkhianati saudaramu sendiri," sahut Raden Joko Lelono.

"Apa maksudmu? Aku tidak paham," sahut Raden Joko Kusumo.

"Sudahlah, aku tak peduli lagi dengan kalian," ujar Raden Joko Lelono sambil mengucapkan mantra. Dan angin pun semakin kencang. Diputarnya keris pusaka tiba-tiba dari atas langit keluar seekor ular Naga. Lalu berkata Raden Joko Lelono

"Wahai sang naga hijau, mengamuk lah. Bunuh Bopo Guru dan petani itu!"

"Raden mau apa? Apa salahku?" seru Bopo Guru.

"Sudahlah, Bopo Guru tak usah pura-pura bohong. Semua ini pasti hasutan Bopo!" teriak Raden Joko Lelono sembari meluapkan amarahnya.

"Nak, sabar! Semua bisa dibicarakan," ucap ayah Arum yang ikut menenangkan Raden Joko Lelono.

"Haah.. Kalian semua pembohong. Aku sudah tak percaya dengan omongan kalian," balas Raden Joko Lelono.

"Kamu jangan nekat saudaraku Lelono!" seru Raden Joko Kusumo. Dan akhirnya ia pun juga mengeluarkan keris Naga Geni untuk menghalangi niat saudaranya tersebut.

Sontak di atas langit muncul lagi sekor naga besar. Kedua Naga pun bertarung di atas rumah. Semua tamu kocar-Kacir ketakutan. Setelah beberapa waktu, Raden Joko Lelono akhirnya terjatuh sendiri. Ia tidak kuat mengendalikan kesaktian keris Naga warisan keluarganya itu. Raden Joko Lelono belum bisa menguasai kitab pengendali keris pusaka tersebut. Karena ia baru belajar semalam.

Raden Joko Lelono pun pingsan. Ia digotong oleh para pembantu ke dalam kamar Akhirnya suasana menjadi tenang. Para tamu ditenangkan dan dipersilahkan masuk ke rumah. Pesta pernikahan pun dilanjutkan dengan kondisi seadanya.

Di saat terjadi kekacauan tersebut. Putri Arum Kusuma Wati berada di kamar pengantin. Putri Arum sedang bercermin dan didandani oleh perias pengantin. Selain itu, ia juga ditemani seorang pembantu. Mereka tidak tahu menahu kalau diluar sudah terjadi keributan yang luar biasa. Lagi tenang tenangnya bercermin tiba-tiba muncul seorang berpakaian serba putih. Wajahnya tertutup sebuah sorban. Pembantu dan penata rias langsung berdiri sambil menundukkan wajah. Mereka semua mengira orang asing itu Raden Joko Kusumo. Diajaknya Putri Arum Kusuma Wati keluar kamar. Dan pergilah mereka berdua.

Ketika sang pembantu menundukkan pandangannya ke arah lantai. Terlihat jejak telapak kaki yang berasap. Jejak kaki itu adalah milik orang yang dikira sebagai Raden Joko Kusumo. Pembantu tersebut menjadi curiga. Akan tetapi ia tidak berani berkata-kata.