Di dalam kamar Raden Joko Lelono masih tidak sadarkan diri. Ia masih di rawat oleh para pembantu. Bopo Guru masuk ke kamar nya, melihat keadaan Raden Joko Lelono. Ketika bajunya dibuka, terlihat seluruh dada Raden Joko membiru. Dipegangnya tangan Raden Joko. Lalu diperiksa denyut nadinya. Bopo Guru pun meminta ramuan rempah-rempah kepada para pembantu untuk membuat ramuan obat. Ramuan obat pun dibuatnya. Kemudian Bopo Guru berpesan kepada para pembantu untuk meminumkan ramuan obatnya jika Raden Joko sadar.
Sementara itu, Raden Joko Kusumo dan ayah putri Arum berbincang di ruang tamu sambil menunggu Bopo Guru. Bopo Guru akhirnya keluar dari kamar Raden Joko Lelono. Lalu Bopo Guru ikut duduk bersama sambil membicarakan keadaan Raden Joko Lelono. Disela obrolan, para tamu undangan satu persatu berpamitan pulang. Sembari berpamitan, semua tamu bergumam membicarakan keadaan pesta pernikahan yang kacau tersebut. Terutamanya munculnya dua naga dari kedua pusaka Raden Joko. Mereka semua merasa khawatir kalau di desanya bakal muncul musibah yang besar.
Raden Joko Kusumo pun tertunduk malu. Seraya menyalami para tamu yang berpamitan ia meminta maaf atas kekacauan yang terjadi di pesta pernikahannya. Setelah para tamu pulang. Semua pembantu membereskan kekacauan yang terjadi. Sementara itu, Raden Joko Kusumo beserta ayah Arum dan Bopo Guru melanjutkan perbincangan tentang keadaan Raden Joko Lelono.
Bopo Guru menyampaikan hasil pemeriksaanya. Ia berkata kalau Raden Joko Lelono dadanya membiru. Hal ini dikarenakan efek dari kekuatan keris pusaka naga warisan ayah Raden yang sangat kuat. Sehingga mengakibatkan Raden Joko Lelono mengalami luka dalam yang luar biasa parah. Kemudian Bopo Guru mengambil keris pusaka tersebut dan meminta Raden Joko Kusumo yang merawatnya. Bopo Guru juga berpesan agar Raden Joko Lelono tidak menggunakannya sebelum ia menguasai ilmu tenaga dalam yang kuat. Raden Joko Kusumo pun menganggukkan kepalanya dan menaati perintah Bopo Guru. Sembari memegang jenggotnya yang tipis, ayah Arum menyela pembicaraan
Ia menanyakan bagaimana dengan keadaan putrinya Arum Kusuma Wati yang masih dikamar. Bopo Guru dan Raden Joko Kusumo terkaget, mereka lupa dengan keadaan putri Arum Kusuma Wati. Akhirnya Bopo Guru menyuruh Raden Joko Kusumo melihat keadaan putri Arum.
Pergilah Raden Joko Kusumo ke kamar putri Arum. Diketoklah kamar pengantin. Lalu Raden Joko Kusumo meminta ijin untuk masuk. Dijawabnya oleh pembantu dan penata rias pengantin yang sedang mengobrol.
Tok tok tok. " Permisi, saya Raden Joko Kusumo, bolehkan saya masuk?" Tanya Raden.
"Njeh tuan, silahkan masuk tuan." Sahut pembantu.
Pintu pun dibuka, Raden Joko Kusumo pun masuk. Seketika bertanya. "Emban, dimana putri Arum?"
"Pangapunten tuan, bukanya tadi tuan sudah mengajaknya keluar kamar?" Jawab pembantu sambil kaget ketakutan.
"Jangan bercanda Mbok! Saya ini bertanya serius." Sahut Raden.
"Pangapunten tuan, saya juga serius." Jawab pembantu yang semakin ketakutan.
"Njeh Ndoro, Saya juga melihatnya. Tadi Ndoro Raden Joko memakai pakaian serba putih dan mengajak putri Arum keluar kamar ini." Sahut penata rias pengantin yang meyakinkan Raden Joko Kusumo.
"Itu bukan saya Mbok. Kalian ini bagaimana? Menjaga putri Arum saja tidak bisa" kata Raden bernada marah.
"Sudahlah.. kalian berdua keluar dari kamar ini!" Sahutnya lagi sambil memukul meja rias sampai meja tersebut patah.
Dan pembantu serta penata rias itu pun segera keluar kamar sambil ketakutan. Raden Joko Kusumo segera lari menuju Ayah Arum dan Bopo Guru di ruang tamu. Raden Joko segera menceritakan kejadian hilangnya putri Arum. Ayah Arum dan Bopo Guru kaget dan bergegas lari ke kamar pengantin. Mereka melihat dan memeriksa sekeliling kamar.
Ayah Arum melihat jejak lantai yang seolah habis terbakar. Lalu ia memanggil pembantu dan menanyakan kronologi yang sebenarnya. Pembantu dan penata rias itupun menjelaskan secara detail kejadiannya. Mereka semua pun merasa sedih dan bertanya-tanya. Siapa sebenarnya yang menculik putri Arum Kusuma Wati.
Di malam harinya semua keluarga Raden Joko beserta keluarga putri Arum berkumpul. Bahkan Bopo Guru ikut berkumpul. Mereka semua berkumpul di rumah Raden Joko untuk bermusyawarah membahas hilangnya Putri Arum Kusuma Wati.
"Saya pikir, orang yang menculik putri Arum pasti bukan orang yang biasa. Karena saya melihat jejak kaki lantai yang seolah habis terbakar." Kata ayah Arum memulai pembicaraan.
"Pangapunten Bopo, kalau orang itu menculik putri Arum. Lalu, untuk apa ia menculik putri Arum?" Tanya Raden Joko Kusumo kepada ayah putri Arum.
"Benar juga kamu Raden, untuk apa putri Arum diculik? Sementara, keluarga Raden tidak ada masalah dengan orang lain." Sahut Bopo Guru.
"Mungkin saja, mereka iri terhadap keluarga Ndoro Raden Joko." Sahut sang pembantu sambil menyajikan teh dan singkong goreng.
"Perkataan Simbok bisa juga Benar. Tapi, apa yang membuat mereka iri terhadapku?" Jawab Raden Joko.
"Kekayaan Ndoro mungkin." Jawab pembantu sambil menuangkan teh ke gelas Raden Joko.
"Betul juga kamu Mbok." Kata Raden Joko sambil meminum secangkir teh.
Disela pembicaraan Raden Joko, melesat sebuah anak panah memecahkan jendela dan hampir mengenai Raden Joko. Raden pun sigap menangkapnya dengan dua jari.
"Siapa itu. Kurang ajar." Kata Raden.
Melompat lah ayah Arum dengan cepat ke depan jendela. "Tidak ada siapapun yang mencurigakan."
Semua terperangah dan kaget. Lalu diperiksanya anak panah itu. Di batangnya terselip sebuah kertas. Kertas itu berisi surat peringatan. Lalu Raden Joko membacanya
"Jika Raden menginginkan putri Arum, silahkan datang ke gunung kulon!"
Mendengar bacaan isi surat tersebut Bopo Guru seketika teringat dengan sebuah tempat. Tempat itu ialah gunung Sindoro di daerah kulon. Bopo Guru akhirnya memerintahkan Raden Joko Kusumo untuk pergi mencari putri Arum ke gunung tersebut.
Ayah putri Arum juga menyahutnya. Ia membenarkan kecurigaan Bopo Guru. Kalau yang dimaksud dalam surat tersebut untuk pergi ke gunung kulon adalah gunung Sindoro. Raden Joko Kusumo malah menjadi bingung. Kenapa Bopo Guru dan Ayah putri Arum menyebut Gunung Sindoro. Raden Joko curiga, seolah-olah ada hal yang dirahasiakan darinya tentang putri Arum. Namun Raden Joko Kusumo tidak berani bertanya.
Ketika keluarga sedang berkumpul, Raden Joko Lelono terbangun. Lalu sang pembantu yang menjaganya memberikan obat herbal. Setelah diberikan minum ramuan obat, sang pembantu meninggalkannya. Raden Joko Lelono mendengar kalau semua keluarga sedang berkumpul di ruang tengah. Raden Joko Lelono mengira mereka berkumpul sedang membicarakan dirinya. Ketika Raden Joko menyimak dan menguping pembicaraan keluarganya, Raden terkaget. Ternyata putri Arum menghilang tanpa jejak. Raden Joko Lelono merasa sedih atas diculiknya putri Arum. Namun disisi lain ia merasa senang karena saudaranya tidak jadi menikahi putri Arum.
Disaat Raden Joko Lelono sendirian, tiba-tiba melesat anak panah dari jendela kamarnya. Anak panah tersebut menancap di bantal sisi kiri kepala Raden. Dan anak panah tersebut hampir-hampir mengenainya. Lalu Raden Joko Lelono bangkit dari tidurnya dan dengan tertatih-tatih menghampiri jendela kamarnya. Ketika jendela dibuka, Raden Joko ditarik oleh sesuatu dan dibawa terbang.