Sinar rembulan telah pergi dan tergantikan oleh sinar mentari di kala pagi. Sofia terbangun dari tidurnya. Suhu tubuh nya pun sudah turun. Tanda bahwa Sofia mulai membaik.
"Kau sudah bangun?" suara Aaron mengalihkan pandangan Sofia ke arah nya.
'Dia? Sejak kapan dia ada di kamar ini?' gumam Sofia bertanya dalam hati.
"Semalam kau mengigau saat tidur. Jangan terlalu banyak melamun! Kesehatanmu sangat berdampak bagi anakku." Sambung Aaron lagi. Sofia mengangguk pelan seraya tertunduk.
Tok Tok Tok
Bunyi suara ketukan pintu. Sofia ingin bangun untuk membukakan. Tapi Aaron langsung bertindak lebih dulu. Kaki nya melangkah berjalan ke arah pintu kamar. Dan..
Kriek
Pintu itu dibuka sedikit. Terlihat Pak Muh membawakan sarapan dengan nampan di kedua tangan nya.
"Tuan, sarapan pagi untuk Anda dan Nona Sofia." Ujar Pak Muh.
"Biar aku saja yang bawakan." Sarkas Aaron mengambil nampan berisi makanan itu dari kedua tangan Pak Muh.
"Eh, apa tidak-apa Tuan?" Pak Muh merasa tidak enak. Karena ini kali pertama baginya melihat seorang Aaron membawa nampan makanan.
"Tentu saja, kau boleh pergi sekarang." Jawab Aaron.
"Baik, bila ada hal yang diperlukan, Tuan bisa panggil saya." Pak Muh pamit pergi seraya membungkukkan punggung nya.
Pintu kamar kembali ditutup rapat. Aaron berjalan menghampiri ranjang. Mendekati posisi yang di duduki Sofia. Sembari membawa nampan berisi makanan itu.
"Makanlah, kau perlu banyak nutrisi. Anakku bergantung pada kesehatanmu juga. Jadi jangan buat dirimu sakit dan kelaparan lagi. Mengerti?!" ucap Aaron seraya memberikan semangkuk bubur ayam dan susu hamil pada Sofia. Ragu-ragu Sofia mengambil nya.
"Aih, tanganmu tidak bisa menyuapi sendiri? Biar ku suapi." Sambung nya lagi. Namun, Sofia keburu menggeleng cepat.
"A-aku bisa sendiri. T-terima kasih, Tuan." Jawab Sofia tertunduk sedu.
"Kau tidak perlu kemana-mana, dan jangan terlalu banyak bergerak! Anakku bisa saja mati, kalau kau terlalu aktif." Sinis Aaron. Lalu berjalan dan berpindah ke sofa untuk memakan sarapan nya.
Diam-diam Sofia memperhatikan Aaron. Merasa ada yang aneh dengan pria itu, pikir Sofia. Tak pernah sebelumnya Sofia melihat Aaron yang begitu perhatian padanya.
Tapi kali ini, Aaron sangat berbeda. Sofia tak merasa takut atau pun gugup ketika Aaron mendekatinya.
Senyum kecil Sofia terukir di bibir begitu saja. Sambil melahap dan menghabiskan sarapan nya. Diakhiri dengan meminum segelas susu formula Ibu hamil rasa cokelat.
Sementara Aaron langsung pergi setelah menghabiskan sarapannya. Pria itu hanya memakan buah dan susu. Pak Muh bilang, Aaron tidak memakan makanan berat saat pagi. Berbeda dengan Sofia yang selalu makan berat.
Tidak pagi atau pun siang dan malam. Sofia selalu memakan makanan berat. Terutama mi instan. Makanan kegemaran Sofia sejak kecil.
Dari kecil, Sofia sering memakan mi instan. Itu karena ia jarang mendapatkan sisa makanan dari keluarganya. Sofia sangat jarang bisa memakan makanan enak. Beda dengan Amara, Adik tiri perempuan nya. Ayah nya selalu memanjakan Amara.
Setiap ada menu baru di restoran. Amara tak pernah terlewatkan begitu saja. Amaran dan Ibu tiri Sofia begitu gemar menjelajahi kuliner. Sementara Sofia, bisa makan mi instan pun sudah bersyukur.
Sofia, semoga ada hal besar dan baik menantimu.
**
Aaron berangkat ke kantor seperti biasa. Ivan sudah menunggu di depan pintu utama. Disana juga sudah ada Pak Muh. Dan beberapa pelayan menyapa pada Aaron.
Pak Muh dan beberapa pelayan membungkuk pada Aaron. Saat Tuan muda mereka memasuki diri ke dalam mobil. Aaron hanya membalas dengan lambaian tangan sesaat.
Mengisyaratkan untuk segera kembali ke dalam pada mereka semua. Pak Muh lalu masuk, diikuti juga pelayan itu yang berjalan mengekor di belakangnya.
Sementara itu, Sofia bangun dan berniat untuk mandi. Setelah menghabiskan semua sarapan nya.
"Ada apa dengan pria itu? Kenapa dia peduli padaku? Bukankah dia sangat membenciku? Oh, mungkin karena aku mengandung anaknya. Sofia, berhentilah berharap. Dia hanya peduli pada anaknya. Bukan peduli padamu!" gumam Sofia sambil melucuti semua pakaian yang ada di tubuhnya. Lalu memasukkan diri ke dalam bak mandi yang sudah terisi penuh.
Sofia berusaha melupakan sikap Aaron pagi tadi. Kalau pun pria itu peduli. Itu hanya pada anak yang ada di dalam perut Sofia. Wanita itu menggeleng cepat. Masih terpikirkan dengan kejadian sebelumnya.
"Dia itu pria setan, jadi, mana mungkin dia benar-benar peduli padaku? Bukankah itu aneh? Ha ha, benar. Dia hanya peduli pada anaknya." Celoteh Sofia menggerutu. Dan menyelesaikan mandi pagi nya.
Selepas mandi, Sofia berjalan ke luar kamar. Tiba-tiba Sofia ingin makan buah strawberry. Kakinya melangkah ke arah dapur. Sesampainya di dapur, ia bertemu Pak Muh dan beberapa pelayan wanita.
"Nona Sofia, tumben sekali ke dapur. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Muh.
"Hm, saya ingin makan buah strawberry dengan saus cokelat." Jawab Sofia ramah.
Pak Muh langsung membuka lemari es yang ada di dapur itu. Lalu mengeluarkan satu pack buah strawberry dan satu batang cokelat. Sofia ingin membantu membersihkan buah strawberry nya. Namun Pak Muh tidak mengizinkan.
Dengan cepat, Pak Muh melelehkan cokelat batang itu. Dan mengubahnya menjadi saus krim manis. Sebagai toping teman makan strawberry yang asam.
Sofia mencium aroma wangi dan manis dari lelehan cokelat batangan itu. Yang dicampur dengan sedikit susu dan krim keju. Agar rasanya jadi terkontaminasi. Dan tidak membuat Sofia mual karena rasa manis yang berlebih dari cokelat itu.
"Wah, sepertinya enak. Aroma nya wangi sekali!" ujar Sofia tak sabar ingin menikmati. Pak Muh tersenyum ramah seraya menyajikan makanan nya.
Tambahan sedikit, Pak Muh juga membuat roti tawar isi dengan selai blueberry dan parutan keju di atasnya. Sofia hampir meneteskan air liurnya. Melihat masakan yang dibuat Pak Muh secara spesial untuknya.
"Mau dimakan dimana, Nona? Akan saya bantu bawakan." Ucap Pak Muh pada Sofia. Wanita itu menggeleng cepat.
"Tidak perlu, Pak. Saya akan membawanya sendiri." Balas Sofia menolak.
"Eh, Nona tidak perlu melakukan apa-apa. Biarkan saya yang membawakan. Karena ini sudah tugas saya." Pak Muh bersikukuh untuk membawa makanan itu. Sofia akhirnya mengangguk pasrah. Sembari berjalan mendahului Pak Muh ke dalam kamarnya.
Sesampainya di kamar, Pak Muh menaruh nampan berisi makanan tadi. Lalu pamit pergi meninggalkan Sofia di dalam sana. Yang sudah tak sabar ingin menyantap buah strawberry dan roti.
Sofia menyalakan televisi, menonton acara drama Korea pada netflix yang telah terpasang di dalamnya. Sembari menyuapi buah asam itu ke dalam mulutnya, sambil ia menatap memperhatikan tontonan acara di layar televisi yang ada di depannya.
Perpaduan rasa asam dan manis serta gurih dari saus cokelat. Membuat hati Sofia semakin senang. Hingga tak terasa, semua makanan itu habis tanpa menyisakan sedikit pun. Sofia lapar lagi, ia menelepon Pak Muh menggunakan telepon rumah yang tersedia di dalam kamar Aaron.
Setelah makan strawberry dan roti tawar isi. Sofia ingin makan topokki dan pizza mozarella.
[Pak Muh, aku ingin dibuatkan topokki dan pizza mozarella. Apakah boleh?] -Sofia
[Tentu boleh, Nona. Anda mau dibuatkan apa pun akan saya buatkan.] -Pak Muh
[Ah, baiklah. Terima kasih, Pak Muh. Saya tunggu.] -Sofia
[Sama-sama, Nona.] -Pak Muh
Setelah menelepon Pak Muh, Sofia menghamburkan tubuhnya diatas kasur empuk itu. Sambil menunggu makanan kedua dibuatkan Pak Muh. Sofia kembali menonton acara tontonan drama Korea tadi.
Senyum-senyum Sofia melihat adegan romantis yang diperlagakan tokoh di dalam drama itu. Tangannya meremas bantal guling di dekatnya. Hari ini ia begitu bahagia. Bisa bersantai dan menonton drama Korea kesukaannya. Sambil menikmati makanan enak yang dibuat Pak Muh.
Dulu, sewaktu Sofia tinggal dirumah Ayahnya, belum pernah bisa sesantai dan sebebas ini. Ia bahkan selalu dibubuhi oleh pekerjaan rumah yang sudah jadi makanan sehari-harinya.
Tapi dirumah utama milik keluarga Mahesa. Sofia tak pernah disuruh melakukan apa-apa. Meskipun Ibu mertuanya tidak menyukainya. Tapi beliau tidak pernah menyuruh atau pun memerintah Sofia.
Apakah Sofia harus senang? Atau kah sedih?
...
Aaron kembali pulang lebih cepat dari biasanya. Tumben, bukankah ia selalu pulang larut malam? Atau karena dia begitu mengkhawatirkan kesehatan Sofia?
"Selamat sore, Tuan Aaron." Sapa Pak Muh pada Tuan muda mereka.
"Dimana dia?" Aaron langsung bertanya keberadaan Sofia. Pak Muh mengernyitkan dahi. Terkejut dengan sikap Aaron. Pak Muh tahu sebelumnya, Aaron begitu tak suka pada Sofia. Bahkan saat malam pengantin pun, ia malah pergi ke sebuah club malam.
Tapi hari ini... Aaron menanyakan kabar Sofia padanya.
"Nona sejak pagi tadi tidak keluar rumah, Tuan. Ia menghabiskan waktunya menonton acara televisi di dalam kamar. Dan ia juga cukup banyak makan hari ini." Balas Pak Muh diiringi tawa kecil pada perkataan terakhirnya.
"Maksudnya? Nafsu makannya bertambah?" tanya Aaron lagi.
"Betul, Tuan. Nona Sofia banyak sekali makan hari ini. Sejak tadi ia terus menelepon saya untuk dibuatkan makanan permintaannya. Sepertinya itu bawaan dari bayi. Hal yang biasa terjadi pada Ibu hamil memang akan lebih bertambah nafsu makannya. Terutama saat mengalami perasaan bahagia atau senang." Jelas Pak Muh. Aaron membulatkan kedua matanya. Dan langsung pergi menuju kamarnya.
Sebegitu pedulikah Aaron pada bayinya? Atau kah pada Sofia?