"Ah, romantisnya! Aku jadi ingin..." gumaman Sofia terdengar ke telinga Aaron. Tepat saat ia membuka pintu kamar.
"Ingin apa?" sambung Aaron bertanya.
"Eh... T-Tuan, s-sejak kapan Anda d-di sini?" jawab Sofia terbata.
"Baru saja. Apa kau sudah baikkan? Pak Muh bilang, kamu banyak makan hari ini." Ucapan Aaron sontak membuat wajah Sofia berubah merona.
'Apa? Pak Muh bilang padanya? Huh, tidak bisa menjaga rahasia' gumam Sofia dalam hati.
"Ah, i-iya, a-aku sudah b-baikkan." Balas Sofia.
"Baguslah. Apa kau bisa menyiapkan air untukku? Aku ingin mandi." Tutur Aaron.
Sofia mengernyitkan dahi nya.
'Apa? Dia ingin mandi? Mandi ya mandi saja! Kenapa pula harus aku yang menyiapkan? Huh, apa dia sudah gila? Yang benar saja' gumam Sofia dalam hati mengumpat.
"Kau masih lemas? Kalau begitu istirahat saja. Aku akan menyiapkannya sen..." ucapan Aaron terpotong. Sofia keburu menyetujui tanpa pikir lagi.
"Aku bisa! Hah, a-aku akan menyiapkan air nya." Sarkas Sofia menjawab dengan cepat. Namun sedikit gugup. Aaron mengangguk pelan.
Sofia memasuki diri ke dalam toilet. Yang sudah tersedia di dalam kamar Aaron. Tangannya mulai memutar kran ke dalam bak mandi itu. Air panas dicampur dengan air biasa. Lalu memasukkan beberapa tetes pengharum. Tak berapa lama mulai timbul buih-buih berbusa.
Aaron tiba-tiba datang dengan keadaan telanjang tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Sofia tercengang kaget menatapnya. Beberapa kali wanita itu mengedipkan kedua matanya. Tubuhnya mendadak kaku tak bisa digerakkan.
'Astaga, pria itu sudah gila! Bisa-bisanya dia telanjang di depanku tanpa malu. Mataku sudah ternodai. Huhu, aku melihatnya, eh, aku tidak lihat, aku tidak lihat' gumam Sofia dalam hati sambil menggelengkan kepalanya. Aaron tak sengaja melihat tingkah aneh Sofia.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu menggelengkan kepala? Apa kamu melihat sesuatu?" tanya Aaron bingung. Sofia tertunduk ke bawah. Tak berani melihat Aaron yang bertelanjang begitu.
Kini pria itu sudah masuk ke dalam bak mandi. Sofia semakin kebingungan, apa lagi yang harus ia lakukan sekarang?
"T-tidak ada, aku hanya menggeleng saja." Alibi Sofia.
"Oh. Gosokkan tubuhku dengan sabun." Pinta Aaron lagi.
'Apa-apaan dia?! Bukankah tadi hanya menyuruhku menyiapkan air? Sekarang malah disuruh menggosokkan tubuhnya. Astaga, bisa-bisa aku mimisan disini' gumam Sofia menjerit dalam hati.
Anehnya, Sofia hanya diam dan menurut. Dalam hati memaki, tapi kenyataan tetap menurut.
Wanita sungguh membingungkan! Eh.
Sofia berjalan mendekati tubuh Aaron. Lalu duduk di sebelahnya. Sambil menggosokkan tubuh kekar itu dengan sabun cair. Tangan Sofia begitu gemetar. Saat menyentuh roti sobek perut Aaron.
'Oh Tuhan, tolong selamatkan aku dari sini!' Sofia bergumam dalam hati, lagi.
Singkat cerita, Sofia sudah boleh keluar. Sementara Aaron masih berada di dalam sana. Mungkinkah gosokkan Sofia kurang bersih? Atau juga karena ada hal lain. Sofia benar-benar malu. Wajahnya ia tutupi dengan bantal guling, setelah keluarnya dia dari dalam toilet itu.
Lima menit kemudian...
Aaron keluar dengan handuk putih yang melilit pinggang nya. Sofia lagi-lagi tercengang dibuatnya. Pria itu berjalan ke arah lemari pakaian. Tangannya mulai memilih kaos oblong dan celana pendek. Lalu memasuki area ruang ganti.
Tak berapa lama, Aaron kembali dan menghampiri ke arah Sofia. Ya—Sofia tengah terduduk di tepian ranjang. Membuat Sofia sendiri tampak ketar-ketir kebingungan.
'Oh Tuhan, apakah aku akan tidur dengannya disini? Berdua? Sofia, dirimu sudah gila sekarang' gumam Sofia dalam hati.
"A-aku yang akan tidur di sofa." Ujar Sofia saat Aaron merebahkan tubuhnya di sebelah Sofia.
Baru saja Sofia hendak beranjak dari ranjang. Namun di tepis oleh Aaron. Dengan suara bariton nya.
"Tidak perlu, kau tetap disini." Ucap Aaron menahan Sofia.
"Eh? A-apa t-tidak apa-apa?" Sofia mengernyit sebentar. Semakin dibuat bingung dirinya dengan Aaron.
"Lagi pula, aku juga tak akan menyentuhmu. Jadi, kau tak perlu mencemaskan dirimu." Sarkas Aaron. Membuat Sofia tertunduk lesu.
'lihat, dia sangat pandai memainkan perasaan orang' gumam Sofia dalam hati.
SET
Lampu kamar itu di padamkan. Sepertinya Aaron yang memadamkannya. Melalui remote control di sebelah ranjangnya.
Sofia memiringkan tubuhnya membelakangi Aaron. Baru saja ia memejamkan kedua matanya. Namun tiba-tiba...
HAP
Sebuah tangan kekar menyentuh pinggang Sofia. Memeluknya dari arah belakang. Sofia terdiam kaku dalam keadaan lampu padam. Entah sudah setegang apa Sofia sekarang. Yang jelas, wanita itu lagi-lagi dibuat seperti boneka.
Diam, dan kaku!
'a-apa dia yang menyentuhku? Lalu kenapa? Bukankah barusan dia bilang tak ingin menyentuhku? Terus kenapa sekarang malah benaran menyentuhku? Aku semakin bingung dengannya' tutur Sofia dalam hati bertanya-tanya.
Pelukan itu seperti bertambah mengerat. Sofia terpaksa hanya diam dan pasrah. Tanpa melakukan pergerakan apa pun.
Sampai tidak terasa, bahwa malam semakin larut. Tanpa sadar, kedua mata Sofia benar-benar sudah terpejam kuat. Mungkin juga sudah memasuki ke alam dunia mimpi.
Tapi seseorang yang lain rupanya masih tak juga memejamkan kedua matanya.
'Oh astaga, apa yang aku lakukan? Kenapa aku menyentuhnya?' gumam Aaron dalam hati.
Di satu sisi, Aaron begitu tidak menyukai Sofia. Namun di lain sisi, ia mulai kasihan dan merasa iba pada wanita itu. Yang sekarang sudah berstatus sebagai Istri nya.
Hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan Suami Istri, ialah bermesraan dan berbagi kasih sayang. Saling menceritakan keluh kesah antar keduanya. Sementara pada hubungan Aaron dan Sofia, mungkinkah hanya sebatas pernikahan kontrak?
Meskipun pernikahan itu hanya kontrak semata. Setidaknya Aaron dan Sofia harus membuat kenangan yang terindah bagi pernikahan mereka. Yang mungkin, hanya akan berumur sementara.
Ya—sementara untuk cinta yang tak pernah ada. Karena sebuah kecelakaan, hingga membuahkan janin di dalam perut Sofia.
...
Sinar rembulan berganti pagi. Gemerlap bintang pun hilang. Tergantikan oleh terbitnya mentari. Yang masih belum begitu terang benderang menyinari bumi. Hawa dingin malam, berubah menjadi hawa embun yang menyejukkan badan.
Sebuah kehidupan baru yang ada di dalam sana. Tepatnya di kamar sepasang pengantin baru. Aaron dan Sofia saling memeluk dan berhadapan satu sama lain. Meski dalam keadaan tak sadarkan diri. Namun...
"Hm..." napas Sofia terdengar. Kedua matanya mulai terbuka secara perlahan. Tangannya menyentuh sesuatu. Betapa terkejutnya Sofia saat melihat siapa yang ada di depannya saat ini.
'Astaga! A-aku berpelukan dengan pria ini? Aku harus apa sekarang? Ah, berpura-pura tidur saja. Tunggu sampai dia terbangun dan pergi dari kamar ini' Sofia bergumam dalam hati.
Tapi, sepasang mata lain rupanya sudah bangun lebih dulu dan memperhatikan. Aaron diam-diam memperhatikan wajah Sofia yang begitu teduh dan menenangkan. Perasaan Aaron seketika berubah. Dari yang awalnya benci dan sinis pada Sofia. Kini mulai timbul rasa iba.
Aaron mengetahui pergerakan Sofia, tapi ia sendiri justru tak ingin melepaskan pelukannya pada Sofia. Wanita itu sedikit menggeliat, dan memiringkan tubuhnya membelakangi Aaron. Tampaknya, Sofia begitu gugup dan tak bisa berlama-lama berhadapan dengan pria itu.
HAP
Lagi-lagi Aaron menyentuh pinggang Sofia. Memeluknya dari arah belakang. Dan menenggelamkan kepala nya di tengkuk leher Sofia. Hal itu membuat Sofia membuka kedua matanya.
'Apa yang dia lakukan? Mengapa jadi begini sih? Kok dia nggak bangun?' gumam Sofia pelan.
"Kau sudah bangun? Jangan berpura-pura tidur lagi." Ucap Aaron tiba-tiba. Sofia tercengang mendengarnya.
'B-bagaimana dia tahu? Apa jangan-jangan dia tahu? Atau juga, dia sedari tadi sudah bangun lebih dulu? Oh astaga!' gumam Sofia dalam hati.
"Tubuhmu hangat. Mau ku ambilkan sarapan?" Sambung Aaron lagi.
"Eh, t-tidak perlu Tuan. Terima kasih, saya baik-baik saja." Jawab Sofia gugup.
"Yang benar?"
"I-iya, benar."
Aaron lalu beranjak bangun. Memasuki dirinya ke dalam toilet. Seharusnya sedari tadi ia sudah bersiap untuk ke kantor. Tapi malah menemani Sofia berpura-pura tidur.
Sebenarnya apa tujuannya?