Sinar mentari begitu menyilaukan mengenai wajah cantik Sofia. Seseorang tengah menatap dan memperhatikan setiap inci di bagian wajahnya. Ya, Aaron memandangi wajah mulus dan cantik milik Sofia. Bulu mata Sofia sangat lentik, meski tidak menggunakan make up. Bentuk alis yang bagus dan agak lebat. Dan warna bibir pink alami.
Sofia tampak menggeliat, dan wajahnya hampir bersentuhan dengan wajah Aaron. Wanita itu tidak menyadari, karena kedua matanya masih terpejam kuat. Namun beberapa detik kemudian...
'Ya ampun, situasi macam apa ini? Aaron ada di depan mataku! Tunggu, apa barusan wajah kami sempat bersentuhan? Oh tidak!!' tutur Sofia dalam hati berteriak.
Kedua mata Sofia terbuka. Dan pupilnya berubah membesar. Saat menyadari sedekat apa dirinya dengan Aaron saat ini. Sofia langsung berbalik membelakangi Aaron. Tapi tubuhnya di balikkan lagi oleh pria itu.
"Hei, kau kenapa? Jangan membelakangiku!" ujar Aaron. Sofia tertunduk dan tak berani menatap ke wajah milik Aaron.
"Mana wajahmu? Biarkan aku melihatnya lebih lama!" lanjut Aaron berucap. Dengan amat sangat terpaksa, Sofia mendongakkan wajahnya.
Kini keduanya saling bertatapan satu sama lain. Tidak tahu sudah setegang dan segugup apa Sofia saat ini. Terlebih lagi, tangan Aaron tiba-tiba terangkat menyentuh wajah cantik itu. Menyelipkan anak rambut ke daun telinga milik sang pemilik tubuh.
"T-tuan, apakah Anda tidak b-bekerja? Hari semakin siang, apa t-tidak takut akan terlambat?" ragu-ragu Sofia bertanya. Berusaha melawan kecanggungan itu.
"Tentu saja aku akan bekerja. Memangnya kenapa kalau terlambat? Kantor itu 'kan milikku." Tutur Aaron menjawab dengan santainya.
'Hei, apa dia tidak tahu? Sudah setegang apa aku ini?! Dasar pria aneh, sebenarnya apa tujuanmu berlaku begini? Kau membuatku salah paham!' Gumam Sofia dalam hati memaki.
Sudah lima menit lamanya, Aaron tampaknya begitu senang memainkan anak rambut milik Sofia. Memandangi wajah cantik di depan mata. Seraya mengelus dan menyelipkan satu persatu anak rambut di dahi Sofia.
"Rambutmu.. jelek! Mataku silau melihatnya. Mulai sore ini, aku ingin melihat gaya rambut baru di wajahmu!" Ucap Aaron. Lalu beranjak bangun dari ranjang itu. Sementara Sofia, tercengang mendengar penuturan dari sang pria yang berstatus sebagai Suami kontraknya.
Aaron menghilang dibalik pintu toilet kamar itu. Kemungkinan besar dia akan mandi dan bersiap untuk ke kantor. Tinggallah Sofia sendiri yang masih terpikirkan dengan sikap Aaron tadi.
Sebenarnya apa maksud dari semua ini? Sikap dan perubahan Aaron yang tidak jelas. Menyebabkan hati seorang wanita yang berstatus sebagai Istri kontraknya itu dilanda kebimbangan.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kamar Aaron diketuk. Sofia bergegas membukanya. Terlihat Sekretaris Ivan datang sambil membawa beberapa dokumen di tangannya.
"Sekretaris Ivan? Ada perlu apa?" tanya Sofia.
"Maaf, Nona Sofia. Tapi saya tidak mencari Anda." Jawab Ivan dingin.
"Apa? Lalu kau mencari siapa? Oh, tunggu! Tuan Aaron? Ya, dia sedang mandi." Sambung Sofia. Namun Ivan hanya diam tanpa menjawab.
"Hei, sekretaris Ivan? Kau mendengarku, tidak? Aku bicara padamu!" Sofia mendengus kesal. Lantaran, Ivan tidak juga merespons perkataannya.
"Maaf Nona, saya hanya akan mendengarkan perkataan Tuan Aaron." Kata Ivan dengan wajah datar. Sofia membuang napas kasar. Dan masuk lagi ke dalam kamar.
'Ya, Ivan ada benarnya juga. Aku 'kan hanya Istri kontrak. Jadi aku tak berhak untuk menanyakan apa pun itu pada siapa yang ada dirumah ini. Termasuk pada sekretaris pribadi Aaron' gumam Sofia dalam hati berucap.
Aaron masih belum juga selesai dari urusannya di dalam kamar mandi. Sementara itu, Sofia memilih untuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan pada Suaminya nanti. Dan menaruhnya diatas ranjang. Kemudian ia duduk di depan televisi. Apalagi kalau untuk menonton serial drama Korea dari netflix.
Sejak di pecat dari perusahaan milik mertuanya, Sofia menjadi seorang pengangguran. Yang kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menonton serial drama Korea. Terlebih lagi ada makhluk lain yang bernyawa di dalam perutnya. Menyebabkan Sofia sering mengalami kantuk yang berlebihan.
Sedang asyiknya melihat drama Korea di layat TV besar itu. Tiba-tiba...
"Masih pagi, kenapa malah menonton drama?" suara Aaron membuyarkan suasana. Sofia menoleh ke arahnya.
"Apa kau tidak ada kegiatan lain? Selain menonton drama setiap harinya?" lanjut Aaron berucap.
"Sejak kehilangan pekerjaan, aku belum menemukan kegiatan baru untuk dilakukan." Jawab Sofia beralasan.
Aaron membuang napas sesaat.
"Baiklah, terserah padamu saja! Tapi kau harus ingat, jaga kondisi kesehatanmu. Kalau sampai bayiku kenapa-kenapa, entah apa yang akan kulakukan padamu nanti." Sarkas Aaron. Lalu berjalan mendekati ranjang. Mengambil baju yang sudah di siapkan Sofia tadi.
'ini.. dia yang menyiapkannya?' gumam Aaron dalam hati.
Tanpa sadar, Aaron tampak tersenyum kecil sesaat. Sembari memakai semua pakaian itu pada tubuhnya. Dalam hati acuh, mungkinkah ada sedikit rasa di hati kecil Aaron untuk Sofia?
Sofia berusaha untuk tidak memedulikan Aaron. Bagi Sofia, cinta hannyalah omong kosong. Dikhianati oleh Keenan sudah cukup untuknya. Takkan pernah ada cinta yang baru.
Kehidupannya sudah kacau balau. Kehilangan seseorang yang sangat istimewa baginya. Lalu mendapat masalah baru. Hingga dirinya kehilangan harta satu-satunya yang paling berharga. Yaitu mahkota Sofia.
'tenanglah, Sofia. Dia itu orang aneh! Sikapnya mudah berubah-ubah. Yang tadi pagi dia lakukan, saat dalam keadaan tak sadarkan diri. Sekarang? Buktinya dia kembali menjadi sosok sebenarnya!' gumam Sofia dalam hati. Kedua bola matanya memicing, melihat Aaron dari kejauhan. Yang saat ini sudah berpakaian rapi.
Aaron lalu pergi begitu saja. Tanpa berkata apa-apa lagi pada Sofia. Seperginya Aaron, Sofia kembali merenungi perkataan Aaron sebelumnya. Yang tidak menyukai rambutnya.
'kalau jelek ya, sudah. Kenapa pula aku harus mengubah rambutku?' gerutu Sofia.
Wanita itu kembali menonton drama kesukaannya. Namun, setelah beberapa menit lamanya, Sofia termenung sendirian. Televisi masih menyala, tapi pikiran Sofia kemana-mana.
Bimbang, kesepian, kehilangan semuanya. Ibu, keluarga, cinta, bahkan harga diri dan pekerjaan. Bulir bening luruh dari kedua sudut mata Sofia. Merasa tidak adil pada kehidupannya.
Mengapa Tuhan menciptakan hati kalau hanya untuk dipatahkan? Sakit yang begitu mendalam. Semuanya hancur dan tertinggal.
Kehilangan semuanya, apakah dengan kehadiran Aaron justru akan membuat Sofia bahagia? Pria itu bahkan menikahinya karena terpaksa. Kalau bukan alasan hamil, Sofia mungkin tak akan berurusan pada Aaron.
"Kata siapa? Tinggal di rumah besar, jadi menantu keluarga kaya bisa membuat kita bahagia. Aku tidak merasakan kebahagiaan itu. Bukan senang, melainkan penuh dengan tekanan." Ucap Sofia pada dirinya sendiri.
"Sarah, ya? Wanita itu begitu beruntung. Bisa mendapat banyak pengakuan dari keluarga ini. Sementara aku? Hanya seekor kucing liar yang hidup di jalanan. Tidak mempunyai rumah serta kehidupan. Lalu di pungut oleh seorang Tuan kaya raya. Dan di kurung dalam rumah besarnya. Di bawa pulang, tapi di acuhkan. Sebenarnya Tuan itu sedang menyiksaku atau memberiku tempat tinggal?" Lanjut Sofia berucap. Mengeluarkan segala isi hatinya. Saat tidak ada siapa pun selain dirinya di dalam kamar itu.
"Nak, sebenarnya Mama nggak mengharapkanmu ada di perut Mama. Kamu hadir dengan ketidak sengaja an. Papamu, seorang pria kaya raya. Dia begitu hebat dan berwibawa. Tapi Mama dan Papa tidak saling mencintai. Itu karena, Mama hanya seorang kucing liar. Yang hidup sebatang kara di jalanan. Kami tidak setara, Nak. Maafkan Mama, bila saat kamu lahir, Mama pergi meninggalkan kamu. Jangan khawatir, kamu akan tinggal bersama Papamu. Juga ada Kakek, Nenek, serta Paman Gerald. Dan mungkin juga ditambah Ibu baru kamu, Sarah. Mama ingin mencari kebahagiaan Mama sendiri. Di luasnya dunia ini. Mama berharap, kita bisa bertemu lagi. Suatu hari nanti, pasti." Tutur Sofia berkata pada bayi di dalam perutnya.
Sofia, izinkan aku memelukmu. Walau hanya sebentar saja. -author