Mereka kini sedang berada di taman yang berada ditengah perumahan dekat sana. Mereka saling duduk di ayunan masing-masing.
"Aku jujur masih penasaran loh, sebenarnya kenapa dari nenek moyangku udah ngerencanain hal ini sejak dulu? Kayak ngerencanain semua ini tanpa sepengetahuan ibu dan bapakku dulu gitu." ucap Putri.
"Apa kamu yakin ibu dan ayah kamu benar-benar tidak tahu mengenai ini?" tanya Nara.
Putri tersentak entah kenapa ia jadi teringat dengan perkataan ibunya yang melarangnya untuk pergi ke gunung daerah Jawa Barat. Putri jadi ragu dan semakin curiga. Ia terdiam cukup lama memikirkan ini.
"Kenapa kamu terdiam? Apa yang saya ucapkan barusan benar?" tanya Nara seakan mencecarnya.
"I-iya. Ibu gue kemarin ngasih tahu kalau gue enggak boleh pergi ke gunung gede, ya aneh aja gitu. Enggak ngebolehin gue pergi kesana, sedangkan ke gunung selain daerah jawa barat boleh. Apa mungkin ya, yang lo omongin barusan bener?" tanya Putri penasaran.
"Menurut kamu apa saya kelihatan seperti berbohong?" tanya Nara.
"Ah, enggak tahu gue serius." ucap Putri bingung.
Nara tersenyum. "Sepertinya kedua orang tua kamu tidak ingin benar-benar menyerahkan kamu pada saya." ucap Nara. Putri tersentak.
"M-maksudnya nyokap gue ngomong kayak gitu itu sebagai bukti kalo beliau enggak mau nepatin perkataan nenek moyang gue?" tanya Putri tidak percaya.
"Iya, kurang lebih seperti itu. Kalau kamu menjadi istri saya, kamu akan mengalami banyak hal tidak enak." ucap Nara.
"Hal enggak enak? Maksudnya? Sumpah gue enggak ngerti." ucap Putri.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena baru mengatakan ini, setelah kontrak dengan saya kamu akan bisa melihat segala macam makhluk halus. Kemungkinannya bahkan kamu akan terganggu oleh keberadaan mereka." ucap Nara.
Putri tersentak. "S-serius?" tanyanya. Entah kenapa ia jadi sedikit ketakutan saat itu, apakah maksudnya mata batinnya kini terbuka?!
"Iya, tapi tenang aja. Saya akan selalu ada disamping kamu, memastikan kalau mereka tidak ada yang mengganggu kamu. Ketika melihat mereka kamu berpura-pura saja tidak melihat." ucap Nara.
Putri menghela nafas. "Cewek penakut macam gue malah dikasih cobaan kayak gini. Rasanya mau jadi makanan kaleng aja." batinnya.
"Kenapa? Kamu enggak suka ya? Kontrak bisa saya cabut kalau kamu mau." ucap Nara.
"Emang bisa?" tanya Putri.
"Bisa, tapi nanti kamu jadi tidak bisa ngeliat saya lagi." ucap Nara. Putri mendiamkannya, ia hanya melihat Nara ketika itu. Ia membatin. "Gue bahkan enggak nyangka kalo Nara itu semacam jin, gue justru ngiranya dia ini macam jiwa tersesat begitu, yang ketika koma dia bakal bangun lagi. Jujur gue baru kali ini ngeliat cowok sebaik Nara. Gue juga ngerasa nyaman dekat sama dia. Tapi... Apa bisa ya kita menjalin hubungan? Sedangkan gue juga enggak tahu apa Nara menikahi gue cuma karena gue ini orang yang diramalkan bakal sama dia atau memang dia benar-benar mencintai gue." batin Putri.
"Saya enggak bisa memaksa kalau memang kamu mau mencabut kontrak itu. Saya bukan orang yang seegois itu membiarkan kamu terjebak dalam situasi ini." ucap Nara tersenyum lembut.
"Jujur gue masih belum siap Nar. Buat menikah atau apapun tentang itu, tapi gue ngerasa nyaman sama lo. Lo baik, gue udah paham gimana sifat lo setelah selama ini. Gue pengen punya teman kayak lo. Gue enggak rela kalo misalkan gue harus kehilangan lo atau enggak bisa ngrliat lo lagi, gue pasti bakal nyesel nanti, serius. Apa enggak bisa kalau kita jadi teman dulu? Atau mungkin kekasih? Kita jalani dulu semua ini pelan-pelan." ucap Putri.
"Iya, sangat bisa seperti itu. Jadi kamu pilih apa? Teman atau kekasih?" tanya Nara tersenyum.
"Kekasih." ucap Putri tersenyum lebar.
"Baik. Mulai sekarang kita resmi sepasang kekasih." ucap Nara ikut tersenyum.
Tiba-tiba seorang anak kecil terus berteriak memanggil ibunya yang ada didepannya, akan tetapi sang ibu hanya terus berjalan menghiraukannya, hingga tibanya sang ibu ini berjalan menyeberangi jalan raya setengah sadar, sepertinya ia sedang sangat sedih dan stres hingga terus melamun ketika berjalan, ia bahkan tidak melihat ke arah kanan jalanan ada mobil sedang melaju kencang mengarah padanya.
Putri langsung kaget dan bangkit dari ayunannya. Apalagi ketika melihat anak lelakinya itu sedang mengarah padanya dan juga bersiap akan ditabrak.
Sontak saja Putri langsung berlari menuju mereka, mencoba menghindari kecelakaan yang akan terjadi itu. Nara tentu membaca apa yang akan Putri lakukan saat itu. Ia berteriak.
"TUNGGU! PUT!" Nara paham benar kalau ada yang mesti ia jelaskan terkait ini!
Putri secepat mungkin berlari menuju mereka.
"BERHENTI! AWAS MOBIL!" pekiknya yang langsung membuat ibu dari sang anak pun segera tersadar dan menyadari dengan cepat ada mobil melaju kencang ke arahnya.
Ia menghindar sesegera mungkin, tersisa anak laki-laki itu yang kini akan tertabrak. Putri memekik kencang. "AWAS!" ia langsung mendorong tubuh anak lelaki itu dan menggantikan dirinya yang bersiap akan ditabrak.
Nara memekik kencang.
"PUTRI!" hal yang sangat ia takutkan terjadi. Putri... Ditabrak oleh mobil pajero sport itu hingga tubuhnya terpental beberapa meter dari sana.
Dengan darah bercucuran dari kepalanya dan belakang perutnya. Darah yang meluber cukup banyak. Nara langsung remuk ketika melihat Putri dalam keadaan parah seperti itu. Ia hampir tidak bisa berkata apa-apa.
Ia sangat cemas. Ia melangkah cepat mendekatinya.
"Putri... Enggak... Jangan..." Nara tampak ketakutan saat itu. Putri tidak sadarkan diri. Nara terus mengguncang-guncang tubuh Putri. Ia merasa sangat terpukul.
"Putri... bangun Put... jangan tinggalkan saya Put. Putri..." ucap Nara.
Orang-orang yang melihat kejadian ini pun langsung berkumpul, sang ibu dari anak tadi, Eliza ikut merasa ngeri melihat hal ini.
Ia benar-benar kaget dengan hal yang baru saja terjadi didepan matanya. Ia langsung berkata pada orang-orang disana. "Pak tolong bawa dia ke rumah sakit Pak. Cepat." ucap Eliza.
Disaat yang sama orang-orang lainnya saling mendatangi sang pengemudi mobil. "WOY KELUAR LO! TANGGUNG JAWAB!"
"JANGAN KABUR LO!"
"KELUAR SIALAN!"
Beberapa dari mereka bahkan terus mencecar sang pemilik mobil hingga pria berjas hitam itu segera keluar dari dalam mobil dalam keadaan sangat bersalah.
"M-maaf Pak, saya enggak sengaja." ucap pria bernama Sultan itu.
"Minta maaf lagi, nyawa orang itu! Udah sekarang bawa dia masuk ke dalam mobil lu! Tanggung jawab pokoknya!" tandas salah seorang pria.
"Iya Pak, saya akan bertanggung jawab." ucap Sultan.
Mereka pun saling menggotong Putri masuk ke dalam mobilnya lalu langsung dibawa ke rumah sakit. Meninggalkan sang anak lelaki dan Eliza.
Saat itu Eliza melihat darah, sepintas ia jadi teringat dengan kematian anaknya yang berusia 10 tahun bernama Reza.
Anak laki-laki satu-satunya itu menyayat tangannya hingga mengeluarkan banyak darah di lantai. Eliza jadi sangat ingin menangis, ia membekap mulutnya untuk tidak menciptakan kegaduhan atau perhatian, ia menangis dengan diam.
Nara melihat dengan jelas bagaimana sang anak lelaki didepannya ikut menangis ketika ibunya menangis. Didalam hati ia pun berkata, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?!
Dan sejak awal ia pun tahu kalau anak lelaki berusia sepuluh tahun dihadapannya ini adalah seorang hantu. Ini adalah hal yang baru saja ingin ia jelaskan pada Putri, hanya saja Putri keduluan... Ditabrak sebelum ia menjelaskannya.