Aku melangkahkan kedua kakiku dengan cepat meningalkan kamar Jingga. Aku terus melangkah sampai di depan teras Vila aku menghentikan kedua kakiku, kedua tangan berkacak pinggang.
"Fans…Fans." Teriakku memanggil nama Fans.
Fans berlari dari posko yang tak jauh dari garasi mobil. "Ia, Bos. Ada apa?" Tanya Fans menghentikan kedua kakinya di hadapanku, kedua mata menatapku serius.
"Aku pusing." Keluhku, tangan kanan memijat lembut dahi yang sedikit tegang.
Bibir Fans mengulas senyum tipis. 'Baru kali ini melihat Bos pusing. Apa semua gara-gara wanita itu tidak mau melayani Bos.' Batin Fans mulai kotor.
"Kamu kenapa malah senyum-senyum segala. Bantu aku, cepat." Bentakku kuat. Dasar anak buah gak becus, aku lagi pusing dirinya malah senyum-senyum sendiri. Bukannya malah membantuku.
"Apa yang bisa saya bantu Bos?" Tanya Fans.
"A-aku." Bibirku serasa kaku, tangan kanan melonggarkan kerah kemeja milikku. Kedua mata menatap sekeliling. Aku ingin bertanya dimana ada penjual toko baju wanita sekaligus bagian dalamnya, tapi bibirku terasa keluh. Aku melambaikan tangan kananku. "Tidak jadi. Aku mau pergi keluar dulu. Kalian jaga wanita itu, dan jangan biarkan dia keluar dari kamar, sebab dirinya tidak memakai baju sama sekali atau kain sehelai pun." Ucapku datar.
"Baik Bos." Sahut Fans menundukkan sedikit pandangannya.
Melihat diriku berjalan ke garasi mobil, bibir Fans mengulas senyum tipis. 'Aku baru tahu kalau Bos sangat agresif. Tidak pernah melakukan hal seperti itu, sekali melakukan baju wanita itu sampai terlepas semua dari tubuhnya dan tidak bisa terpasang lagi.' Batin Fans berpikir buruk tentang diriku.
.
.
Satu jam sudah aku melajukan mobilku mencari toko khusus pakaian wanita beserta dalamannya. Mobilku terhenti saat aku melihat ada satu toko di sisi kanan sebrang jalan ada menjual pakaian wanita beserta bagian dalamnya.
"Sepertinya aku bisa ke sana dan membeli kebutuhan wanita bodoh itu." Ucapku sendiri. Aku memutar stir mobil, menyebrang jalan dan memarkirkan mobil Jeep rubicon milikku di khusus tempat parkir. Aku segera turun dari mobil, kedua kaki terus melangkah mendekati toko.
"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu tuan?" Sapa pegawai wanita membuka pintu toko dengan ramah.
"Aku ingin kalian pilihkan pakaian wanita sebanyak 20 pasang beserta dalamannya." Kedua tangan aku letakkan di depan kedua dadaku. "20 pakaian seperti ini, dan." Aku meletakkan jari jempol, dan telunjuk tangan kiri dan kanan membuat simbol segitiga. "Dan ini juga." Aku mengeluarkan kartu kredit hitam milikku. "Ini kartu pembayaran buat membayar."
Karyawan wanita mengambil kartu kredit dari tangan kananku. "Silahkan tunggu di tempat tunggu tuan." Ucap karyawan wanita sopan.
"Aku tunggu di dalam mobil saja." Sahutku kaku.
"Baik."
Melihat karyawan wanita sudah berjalan bersama dengan salah satu karyawan toko untuk memilih pakaian buat Jingga. Aku pun segera berjalan mendekati mobil yang aku parkir tak jauh dari halaman toko. Aku duduk di dalam mobil, kaca jendela mobil aku turunkan sedikit, kedua mataku melirik dari balik jendela kaca mobil serba hitam. Aku melihat beberapa karyawan toko tersenyum memandang diriku dari dalam toko. Aku tak memperdulikan semua hal itu yang jelas aku harus segera pulang dan membawa baju-baju ini untuk di pakai Jingga.
30 menit sudah berlalu, 2 karyawan wanita berjalan mendekati aku yang menunggu di dalam mobil. Kedua tangan mereka di penuhi beberapa barang belanjaan yang aku beli. Salah satu karyawan wanita mengetuk kaca mobil hitam yang aku buka sedikit.
Tok…tok.
"Tuan ini semua pakaian yang ada minta, semua sudah kami masukan dalam daftar belanjaan tuan dan tadi pemilik toko memberikan hadiah kecil buat tuan. Hadiahnya sudah berada di dalam bungkusan barang belanjaan ini tuan."
Aku menurunkan penuh jendela kaca mobil bagian belakang. "Kalian taruh saja semua barang belanjaan di dalam sana." Ucapku datar.
2 karyawan wanita meletakkan semua barang belanjaan melalui pintu kaca jendela mobil yang aku turunkan. Setelah semua barang belanjaan selesai di letakkan di bangku belakang, aku memutar stir kemudi. Saat aku keluar dari lingkungan toko, ada 2 buah mobil kijang mengikuti diriku.
Kedua mataku melirik kaca spion kanan milikku, tangan kanan meraih ponsel dari dalam saku kemeja. Aku menekan nomor ponsel milik Fans, panggilan telpon milikku segera di angkat oleh Fans.
["Halo, Bos." Sahut Fans dari sebrang sana.]
["Aku mau kamu tetap menjaga wanita itu. Jangan sampai wanita itu terluka. Aku mungkin akan telat sampai ke sana karena aku sedang di ikuti oleh 2 mobil kijang." Ucapku tegas dan terburu-buru. Aku langsung menutup telpon dari sebrang sini.]
["Halo! Bos….Bos." Teriak Fans dari panggilan telpon yang sudah aku tutup.]
.
.
.
Aku segera melajukan mobil milikku dengan kecepatan tinggi, aku mengambil kaca mata hitam, tangan kanan mengambil senjata api dari tas kecil berwarna hitam yang selalu aku sembunyikan di bawa kursi kemudi. Aku memasang penuh anak peluru.
"Siapa yang berani mengikuti diriku dari tadi. Apa mereka tak takut mati." Gerutuku pelan.
.
.
.
Di kediaman Vila milikku.
.
Fans melambaikan kedua tanannya ke 4 anak buahku yang berjaga di masing-masing tempat. 4 anak buahku segera berlari mendekati Fans yang sedang berdiri di halaman pos pintu masuk. Wajah terlihat serius menatap 4 nak buah yang berdiri di hadapannya.
"Sepertinya Bos dalam bahaya. Aku akan menyusul mobil Bos, sedangkan kalian tolong jaga wanita milik Bos dengan aman. Aku percayakan keselamatan wanita itu pada kalian berempat." Ucap Fans memberi tugas dan arahan pada bawahannya.
"Baik. Kami akan melaksanakan tugas seperti ketua bicarakan." Sahut 4 anak buah secara serentak.
Fans segera berjalan menuju mobil miliknya yang berada di garasi mobil, dengan kecepatan tinggi ia melajukan mobilnya keluar dari halaman kediaman rumahku.
.
.
Dari kaca jendela lantai 2.
.
Jingga sedang berdiri dan bersembunyi dari kain gorden berwarna hitam di kaca jendela kamar bagian lantai 2. Ia melihat Fans dan 4 anak buaku yang terlihat cemas. Ia juga melihat Fans yang melajukan mobil keluar dari halaman rumah dengan kecepatan tinggi.
"Sepertinya mereka sedang sibuk." Ucap Jingga pelan.
Kruk…kruk.
Perut Jingga keroncongan, ia menundukkan sedikit wajahnya, kedua tangan memegang perut. "Aku sangat lapar. Aku harus menyelinap masuk ke dapur dan mencari makanan agar perut ini tidak terasa lapar lagi. Tapi sebelumnya aku harus mencari celana pendek dulu." Ucapnya pelan. Ia segera melangkahkan kedua kakinya menuju lemari pakaian yang berada di dalam kamar. Lemari pakaian milikku, karena sebenarnya kamar ini adalah kamarku yang salah di berikan salah satu anak buahku kepada Jingga bukan kamar tamu yang seperti aku pikirkan.
Setelah mendapat apa yang Jingga inginkan, dirinya memakai boxer pendek milikku. "Akh. Kalau seperti ini, pria itu pasti tidak marah kepadaku karena aku sudah memakai celana entah milik siapa." Ucap Jingga menepuk bokong yang sudah memakai celana boxer ketat. Jingga berjalan dengan wajah berseri keluar dari dalam kamar. "Sebaiknya aku cari makanan dulu di dapur. Rasanya aku sudah tidak sabar…" Ucapan Jingga terhenti dengan tangan kanan yang juga terhenti membuka pintu kamar miliknya.
"Nona tidak boleh keluar kamar sampai Bos pulang." Tahan salah satu anak buah menjaga pintu kamar Jingga.
"Aku lapar. Aku ingin cari makanan di dapur." Ucap Jingga memberitahu anak buahku jika dirinya sangat lapar dan tak bisa di tahan lagi.
"Bos bilang nona tidak boleh keluar. Soal urusan makanan biar kami saja yang mengambilnya." Tegas salah satu anak buah.
Jingga berbalik badan dengan wajah lesu. "Baik. Aku tunggu di dalam."
Jingga terus menunggu dan terus menunggu hingga 20 menit lamanya di dalam kamar. Ia yang sangat lapar tak mampu menahan perut yang sedari tadi kerencongan. Kedua kaki Jingga bergegas melangkah mendekati pintu kamar yang ternyata di kunci dari luar.
"Kenapa aku di kunci?" Tanya dirinya sendiri.