Aku berdiri di depan jejeran lemari senjata api dari berbagai merek milikku. Kedua mata menatap sekeliling senjata api yang memenuhi lemari khusus senjata api dan alat tempur milikku.
Tangan kananku membuka laci lemari yang berada di hadapanku, aku mengambil pisau belati yang terlihat mengkilap, jari telunjuk membelai lembut pisau belati yang terlihat sangat tajam. Ujung jari telunjuk sengaja aku goreskan di ujung pisau belati, kepalan darah sebesar jagung keluar dari ujung jari telunjukku. Kedua mata menatap darah yang terus mengalir.
"Berapa banyak pertumpahan darah yang kamu buat kepada diriku sehingga rasa sakit bekas luka darah yang tertumpah tak lagi aku rasakan. Kamu pikir kamu bisa kabur dari diriku, sekali kamu berurusan dengan diriku. Maka sampai keturunan kamu habis baru aku akan puas permainan diri kamu." Ucapku datar, aku mengulurkan lidah, menjilat darah yang keluar dari ujung jari telunjukku. "Rasanya masih pahit."
Braaak!
Aku menggebrak meja yang berada di hadapanku, meja di setiap laci terisi alat tempur milikku, aku menggenggam erat pinggiran meja, kedua mata menatap lurus ke depan.
"Aku tidak akan memaafkan siapa pun dari kamu dan semua anak buah yang sudah menghabisi nyawa kedua orang tuaku dengan keji. Aku akan membalaskan semua dendam dan rasa sakit saat jeritan kedua orang tuaku berharap belas kasih kepada kalian semua." Ucapku sendiri bersungguh-sungguh.
Tok!tok!.
"Masuk."
Fans masuk dengan cepat, ia segera menutup pintu ruangan khusus ruang senjata dan alat tempur milikku. "Bos. Ada satu informasi yang harus Bos ketahui tentang wanita tersebut atau nona muda."
"Apa itu! cepat katakan."
"Wanita itu ternyata bukan anak dari kedua orang tuanya, wanita itu adalah seorang gadis yang di buang saat dirinya berusia 5 tahun di pinggiran kota kecil. Wanita itu di ambil oleh wanita paruh baya yang belum memiliki keturunan sama sekali sejak 30 tahun menikah. Suami dari wanita paruh baya yang mengambil nona muda adalah seorang pemabuk, penjudi dan suka main dengan wanita gelap. Kedua orang tua angkat dari nona muda telah meninggal dunia saat nona muda berumur 12 tahun, kedua orang tua angkatnya meninggal karena istrinya memberikan racun pada makanan suaminya. Setelah melihat suaminya meninggal dunia, wanita paruh baya menenggak racun dan ikut meninggal bersama suaminya."
Aku mengerutkan dahi. 'Pantes saja aku melihat ada beberapa bekas luka lama di dekat jenjang leher wanita tersebut.' Batinku mengingat saat aku tak sengaja melihat jenjang leher yang putih bersih terdapat bekas luka lama.
"Cari terus informasi tentang wanita tersebut."
"Baik." Sahut Fans menundukkan sedikit wajahnya. Fans mengangkat wajahnya, kedua mata menatap serius wajah diriku. "Bos. Jika memang nona muda di dapat di pinggiran kota kecil saat dirinya masih berumur 5 tahun. Aku jadi ingat dengan Bos 'Geng kucing di dalam selimut' yang sudah meninggal dunia." Ucap Fans mengingat sesuatu tentang Bos 'Geng kucing dalam selimut.'
Aku berbalik badan, kedua mata menatap serius wajah Fans. "Maksud kamu apa?" Tanyaku yang tak mengerti dari maksud ucapan Fans.
Fans membuka tab miliknya, ia menunjukkan beberapa foto kejanggalan yang aneh oleh Bos 'Geng kucing di dalam selimut' yang sudah meninggal dunia di tangan diriku beberapa hari yang lalu, sebut saja namanya Nathan. Nathan adalah Bos yang sudah menghabisi kedua orang tuaku tanpa ampun dan mengambil beberapa aset perusahaan milik kedua orang tuaku yang sangat penting berada di Luar Negeri.
Hanya karena tidak ingin bersaing, Nathan menjebak kedua orang tuaku demi perusahaan yang tersembunyi yang sukses di bangun oleh Papa dan Mama di Luar Negeri, Nathan berani menghabisi nyawa kedua orang tuaku pada tahun 2007 saat umurku masih 17 tahun.
Itu kenangan yang aku ingat tentang perbuatan Nathan kepada mendiang kedua orang tuaku.
Aku mendekati Fans, kedua mata menatap tab dan beberapa foto dan sedikit vidio yang menunjukkan jika Nathan sedang berjalan dengan gadis kecil di pusat pasar yang sangat ramai berada di kota kecil pada tahun 2007 setelah 1 minggu kepergian kedua orang tuaku.
Fans membolak-balik galeri foto. "Di sini Nathan sangat mencurigakan, awalnya dia membawa gadis kecil yang cukup cantik. Setelah itu dirinya pulang sendiri dengan tergesah-gesah tanpa membawa gadis kecil berusia 5 tahun bersamanya. Apa mungkin wanita itu..maksud saya nona muda adalah anak dari?"
"Tidak mungkin. Jika itu terjadi aku harus menghabisi keturunannya hingga tak tersisa di dunia ini." Tandasku tegas.
"Yakin Bos akan menghabisi wanita polos yang kini sudah tinggal satu atap dengan kita. Gadis itu dari kecil sangat menderita, dan sepertinya kehadirannya juga tidak di inginkan oleh siapa pun." Sambung Fans mengingatkan diriku jika Jingga adalah gadis yang baik dengan penderitaan yang tiada hentinya datang saat dia lahir ke dunia.
Aku mengepal kedua tanganku, hatiku berkecamuk saat aku mengingat wajah polos dan begitu tersiksanya kehidupan dirinya sewaktu kecil saat aku melihat beberapa bekas luka yang terdapat di jenjang leher mulusnya.
'Perasaan apa ini. Kenapa hatiku seakan menolak perbuatanku yang hendak mengakhiri Jingga.' Gerutuku dalam hati.
Aku berbalik badan membelakangi Fans yang masih berdiri, tangan kanan memegang tab. "Cari saja informasi Jingga sampai selesai. Jika memang dirinya adalah keturuan dari Nathan, aku tak perlu memberi dia kehidupan yang layak dan aku tak perlu berterima kasih karena dirinya sudah menolong nyawaku." Ucapku pelan.
"Baik Bos."
Saat aku keluar dari ruang khusus senjata api dan alat tempur lainnya kedua mataku di suguhkan wanita cantik yang sedang berdiri, bibir tersenyum manis, rambut di kuncir satu bagai kuda.
"Siang. Aku sudah menyiapkan makan siang buat kita semua di meja makan. Apakah kamu ingin menyicipi masakanku?" Ucap Jingga dengan lembut, bibir tersenyum manis.
"Aku tidak mau makan masakan kamu. Bisa-bisa kamu memberi racun kepadaku agar kamu bisa kabur dari Vila ini." Sahutku datar dengan wajah yang juga datar.
"Ya sudah." Sahut Jingga kecewa. Jingga menghentakkan kedua kakinya berjalan menuju ruang makan. "Percuma aku baik-baikin. Dasar pria aneh tak tahu terimakasih, sudah di masakin, di tunggui hampir 2 jam di depan pintu kerja miliknya malah perbuatanku tidak di hargai." Gerutu Jingga sambil berjalan.
Kedua mata menatap kepergian Jingga yang terus mengupat. "Aku harap dirinya bukan anak dari pria tersebut." Aku menghela nafas pendek. Kedua kaki melangkah menuju anak tangga menuju kamar milikku yang di pakai Jingga.
.
.
**Di dalam kamar.**
.
Aku sedang merendam seluruh tubuhku yang terdapat banyak luka dan bekas jahitan di dalam air susu hangat di dalam bak mandi besar. Aku mendongakkan wajah, kedua mata menatap langit-langit kamar mandi yang klasik dengan pencahayaan sedikit redup.
"Aku harus segera menyelesaikan seluruh pekerjaanku dan membalaskan semua dendam kedua orang tuaku. Serta aku harus mengambil alih semua perusahaan milik mendiang kedua orang tuaku." Ucapku sendiri. Aku memejamkan kedua mataku, aku memasukkan seluruh tubuh dan wajahku ke dalam air hangat yang sudah di campur susu yang berada di dalam bak mandi besar.
Pintu kamar mandi terbuka, kaki kanan mungil memasuki kamar mandi di susul kaki kiri. Kaki seorang wanita yaitu Jingga. Jingga mengunci kamar mandi dari dalam, ia berjalan sedikit mendekati meja rias yang berada di dalam kamar mandi. Meja rias yang terbuat dari dinding marmer berwarna hitam. Seluruh tubuh polos berjalan mendekati bak mandi besar yang berisi air susu hangat. Jingga berdiri di samping bak mandi besar, kedua mata bersinar menatap air susu yang masih hangat di dalam bak mandi.
"Wah. Aku tidak menyangka jika anak buah pria aneh itu sudah menyiapkan bak mandi dengan air hangat di campur susu." Jingga berjalan cepat kedua, ia menaik ke pinggiran bak mandi besar, perlahan dia memasukan kedua kaki kemudian seluruh tubuh polos miliknya. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding bak mandi. "Akh! Segarnya."
Kedua mataku terbuka saat aku melihat tubuh mungil yang polos masuk ke dalam bak mandi besar dari dalam air susu hangat. Bibirku tersenyum manis, aku memutar arah posisi tubuhku, aku merangkak di dalam air susu mendekati Jingga yang terlihat santai dan tenang di dalam rendaman air susu hangat. Kedua tanganku membelai lembut kedua paha Jingga yang terekspos oleh kedua mataku.
"Akh. Tangan siapa itu." Ucap Jingga membuka kedua matanya.
Aku segera keluar dari dalam air rendaman, aku duduk menghadap Jingga, bibir tersenyum manis menatap dirinya yang terlihat malu.
"Berani sekali kamu masuk tanpa busana dan berendam bersama dengan ku. Apa kamu ingin aku makan di sini." Ucapku datar.
Jingga segera menutup tubuh bagian depannya dari dalam rendaman air. Kedua pipi merona, wajah tertunduk malu. "A-aku tidak tahu jika kamu ada di sini."
"Karena kamu sudah ada di sini, aku akan membuat kamu menikmati indahnya surga dunia." Ucapku datar, kedua tangan membawa tubuh mungil yang polos duduk di atas pangkuanku. Aku memegang dagu Jingga, membawa wajah yang semakin memerah mendekati wajahku. "Tubuh kamu sangat gemetar! Apa kamu ingin…"
"Tidak." Jingga mendorong kasar bidang kekar dadaku, ia turun dari pangkuanku. "A-aku akan segera keluar." Ucapnya kaku.
Aku menahan kedua bahunya, aku berdiri. "Tidak perlu. Aku saja yang keluar dan kamu segera selesaikan mandi karena aku sangat lapar."
Aku segera berdiri, tubuh polosku meninggalkan Jingga yang masih terpejam dalam bak mandi, tangan kanan mengambil baju handuk yang sudah terlipat rapih di atas meja rias yang berada di dalam kamar mandi.
"Buka saja kedua mata kamu. jarang-jarang aku mempertunjukkan tubuh bagus milikku kepada wanita."