"Ah, mari saya ukur tekanan darah anda Nyonya." Ellen mengulurkan tangannya dengan ramah, ia tidak peduli dengan yang lainnya, selama ia bisa menyelesaikan kegiatan ini dengan aman dan nyaman, maka sepertinya ia tidak akan mendapat masalah.
Di sisi lain, Teresa yang memegang kotak obat itu berusaha memberikan obat sesuai dengan keluhan pasien, Olive memegang kertas dan pulpen, mencatat apa pun yang mereka lakukan untuk dibuat laporan esok harinya.
Elmer juga sibuk, ia memberikan konsultasi kepasa pasien yang mengeluhkan penyakit mereka, rata-rata bukan penyakit berat, hanya berkisar pada keluhan sehari-hari.
Ellen ingin semuanya cepat berakhir, ia tidak tahan dengan tekanan yang diberikan oleh Teresa. Apalagi semakin dekat Elmer dengan dirinya, semakin aroma tubuhnya itu membuat dirinya pusing.
"Baiklah, tekanan darah anda normal."
Ellen tersenyum dan melepas alat yang ia kenakan di lengan wanita itu, kemudian ia membereskan barang-barangnya dan menghela napas.
"Yah, sepertinya kita lebih cepat dari yang diperkirakan." Elmer juga membereskan barang-barangnya, ia menatap Ellen dengan niat tersembunyi di wajahnya. "Ayo kita jalan-jalan, aku melihat ada danau yang indah pagi tadi."
"Aku tidak tertarik." Teresa menjawab lebih dulu, mungkin karena ia sudah pergi bersama Elmer tadi pagi jadi ia tidak ingin pergi ke tempat yang sama untuk yang kedua kalinya.
Apalagi kalau bersama Ellen dan Olive.
Teresa kesal.
"Aku pikir aku juga tidak ma …."
Belum sempat Ellen menyelesaikan perkataannya, tangannya langsung ditarik oleh Elmer, laki-laki itu tersenyum dan aroma yang kuat kembali menusuk hidung Ellen.
"Pergi saja, aku akan menemani."
Ellen merasakan dadanya sesak, ia tidak tahu kenapa tapi jantungnya berdebar dengan kencang, seakan-akan ia tidak bisa mengendalikan apa pun dan kakinya perlahan mengikuti kemana langkah Elmer pergi.
"Ellen, apa yang kau …."
Olive ingin menghentikan Ellen yang tiba-tiba saja bertingkah aneh, tapi kemudian ia ditahan oleh Teresa.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku pikir kita harus bicara."
Teresa tidak menjelaskan lebih lanjut, ia menarik Olive menjauh dari Ellen yang berjalan bersama Elmer.
Ellen tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, ia mengikuti Elmer sampai mereka tiba di danau dan terus berjalan ke tempat yang sunyi.
Ellen merasa ini salah, tapi ia tidak bisa melawan kakinya yang terus mengikuti langkah Elmer, keringat dingin mengalir deras di belakang punggungnya dan kedua tangannya terasa gemetar.
Tapi … kenapa ia mengikuti Elmer? Bahkan kakinya tidak peduli jika ia tergores semak belukar dan berdarah, kakinya terus melangkah seakan-akan takut kalau tertinggal dari langkah Elmer.
"A ….." Ellen berusaha membuka mulut, ingin bertanya mengapa. Tapi kemudian ia menyadari kalau mulutnya tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
Apa yang terjadi? Ia tidak mungkin menjadi bisu mendadak, bukan?
Elmer terus berjalan tanpa menoleh ke belakang, membuat Ellen ketakutan, wanita itu berusaha menggapai tas untuk mencari ponsel dan ternyata tidak ada sinyal.
Bagaimana bisa?!
Ellen meneteskan air mata ketakutan, ia tidak mengerti apa yang terjadi, ia tidak tahu apakah saat ini ia ada di bawah pengaruh hipnotis atau apalah itu, ini mengerikan!
Ellen tidak tahu apa yang Elmer akan lakukan padanya, ia takut.
Laki-laki yang ada di depannya ini sepertinya akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak padanya, apalagi Elmer terkenal sebagai laki-laki yang suka bermain perempuan.
Ellen merasakan kepalanya pusing dan aroma yang kuat dari tubuh Elmer hampir membuatnya hilang kesadaran.
Laki-laki itu akhirnya berhenti di tempat yang jauh dari pemukiman, di pinggir jurang.
Ellen benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh Elmer, laki-laki itu akan mendorongnya ke jurang atau ia akan melakukah hal-hal yang tidak senonoh lalu mendorongnya ke jurang?!
"A … a ….." Ellen bersikeras ingin berteriak, tapi lagi-lagi tenggorokannya rasanya telah disumbat, ia tidak bisa mengatakan satu patah kata pun, semua perkataannya tersangkut.
Elmer menoleh ke arah Ellen, ia tersenyum miring dan tangannya bergerak ingin menyentuh wanita itu.
"Ada apa? Kenapa kau takut?"
Elmer tersenyum, tapi Ellen bisa melihat kalau senyuman Elmer sedikit aneh, rasa-rasanya seperti laki-lak itu bukan Elmer yang ia kenal. "Hm?"
Elmer mendorong tubuh Ellen hingga wanita itu terjatuh ke tanah, Ellen gemetar hebat, ia seharusnya bisa melawan, tapi kaki dan kedua tangannya kini tidak bisa bergerak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Apa yang salah dengan dirinya?!
Elmer berjongkok dan menyentuh dagu Ellen, wanita itu tersentak. Dengan kedua mata yang berlinang ia berusaha menghindar, tapi apa daya, tubuhnya tidak bisa mengikuti kata hatinya, sebaliknya tangannya justru naik menyentuh bahu Elmer.
Tidak!
Hal menjijikkan apa yang ia lakukan?!
Ellen rasanya ingin memotong tangannya sendiri, ia merasa jijik seketika.
"Ellen, aku tidak tahu apa kau ingin mendengar ini. Tapi aku suka melihat kegigihanmu di kampus." Elmer tertawa kecil, tanganya bergerak turun ke leher Ellen, membuat wanita itu bergidik.
Laki-laki ini biadab!
Ellen tidak tahu apa yang Elmer lakukan pada dirinya, ia harus melakukan sesuatu sebelu semuanya terlambat.
Ellen berjanji ia akan memukul wajah menyebalkan di hadapannya ini kalau ia berhasil bebas.
"Wajahmu lumayan, meski tingkahmu menyebalkan. Tapi itu baik-baik saja." Elmer bergumam dengan raut wajah yang aneh, di mata laki-laki itu Ellen seakan-akan bisa melihat secercah sinar yang aneh.
Ellen memejamkan mata ketika melihat tangan Elmer yang satunya menyentuh wajahnya, ia ingin memanggil Liu.
Tapi suaranya tidak keluar sedikit pun, ia ingin berteriak!
Ellen menggertakkan gigi, Elmer masih bergumam sesuatu yang tidak penting di depan matanya. Laki-laki itu semakin mendekat seakan ingin memeluk.
Ellen tidak punya pilihan lagi, jika mulutnya tidak bisa berteriak, maka ia harus melukai dirinya sendiri.
Ia harus memanggil Liu!
Ellen memejamkan matanya lagi, berusaha memikirkan cara agar ia bisa keluar dalam situasi yang runyam ini.
'Liu … tolong selamatkan aku!' Ellen berteriak di dalam hatinya, bibirnya berdarah karena ia gigit terlalu kuat, air matanya berderai. 'Tolong! Kumohon tolong aku!'
Elmer yang ada di depannya tertawa.
"Ya ampun, lucu sekali. Aku suka wajahmu yang tidak berdaya ini." Laki-laki itu menggenggam tangan kanan Ellen dan ia mulai mendekat lagi.
Sementara itu di sisi lain jurang, Yena duduk di batang pohon dengan seringai lebar di wajahnya, wanita rubah itu terkekeh senang.
"Rasakan itu, akan kubuat kau jijik menampakkan dirimu bahkan di depan Liu."
Ia adalah rubah dan ia punya seribu satu cara.
Kalau Liu tidak bisa menerimanya, maka ia akan membuat Ellen yang tidak bisa merasa pantas di depan Liu.
Cukup mudah.