Ellen menjatuhkan dirinya di depan Carrel, kedua tangannya menyentuh lantai.
Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut wanita itu. Carrel mengangkat dagunya dengan arogan, ia terkekeh pelan dan kedua tangannya berlipat di depan dada.
"Kau sudah terlambat, benar kan profesor?" Carrel terkekeh, menatap Ellen dengan pandangan mengejek. "Kalau mau aku memaafkanmu, ayo bersujud sekarang juga."
Ellen mengepalkan kedua tangannya, marah.
Ia sudah merendahkan dirinya sampai ke titik ini dan ia harus bersujud?
Ellen mengumpat dengan sejumlah kata-kata mutiara di dalam hatinya.
"Nona Carrel, saya rasa itu berlebihan." Elmer, sebagai orang yang mencoba bersikap netral berkata. "Ellen sudah meminta maaf."
Carrel berdecak, ia ingin berbicara ketika sang profesor berdehem.
"Sudahlah, anggap saja semua permasalahan ini selesai."
"Tapi Professor, Ellen belum meminta maaf padaku …." Carrel berkata dengan nada merengek, tapi yang dilihatnya justru sang Professor tengah menjawab panggilan dari ponselnya.
Laki-laki tua renta itu sibuk, terlalu sibuk malahan.
Sang profesor tidak ingin membuang waktu lebih banyak, apalagi mengurusi Ellen yang memang sudah memiliki banyak masalah di kampus ini, ia keluar bersama Hendrick tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Di ruangan itu kini hanya tersisa Ellen, Carrel dan Elmer.
Ellen langsung bangkit.
"Hei, mau kemana kau?!" Carrel berteriak, ia langsung berjalan menghalangi Ellen. "Cepat bersujud kalau ingin permintaan maaf dariku!"
Ellen langsung mengangkat jari tengahnya pada Carrel, Carrel yang melihatnya langsung terkejut, wajahnya menjadi pucat pasi.
Elmer menatap Ellen, ingin mengatakan sesuatu tapi ia menahan diri.
"Untuk apa?" Ellen tersenyum mengejek pada Carrel. "Aku tidak pernah bilang aku akan minta maaf padamu."
Tujuan Ellen ke sini justru untuk menantang balik Carrel untuk meminta maaf padanya, tapi sekarang tidak ada gunanya karena sang professor telah pergi.
Wanita itu bergegas mengambil semua barang-barangnya yang ada di atas meja dan keluar dari ruang pendisiplinan. Ia tahu, kalau sama profesor tidak akan menghukumnya dengan keras karena pertimbangan nilai-nilainya.
Minta maaf dan bersujud di kaki Carrel adalah hal yang tidak akan ia lakukan seumur hidupnya.
"Hei, bagaimana kau bisa pergi begitu saja, urusan kita belum selesai!" Carrel langsung mencegat tangan Ellen, menariknya dengan keras. "Aku tidak peduli ada professor atau tidak, cepat minta maaf!"
PLAK!
"Nona Carrel, apa yang ….." Elmer tanpa sadar berseru, kejadian yang terjadi di depan matanya berlangsung sangat cepat dan ia tidak bisa menghentikannya. "Kenapa menampar Ellen?"
Ellen menyentuh pipinya yang terasa panas, ia melirik Elmer dan terkekeh pelan.
"Aku bilang minta maaf," kata Carrel geram, tidak peduli lagi dengan reputasi baik yang selama ini ia bangun bertahun-tahun. "Cepat bersujud!"
"Aku sudah bilang, aku tidak mau."
Ellen mendekat ke arah Carrel dan balik mengayunkan tangan, menampar balik wanita itu dengan keras.
PLAK!
"Seseorang pernah mengajariku, jika seseorang memukul, maka pukullah balik, jika seseorang mencubit, cubitlah balik." Ellen tersenyum miring dan ia mencondongkan tubuhnya ke arah Carrel yang jatuh di lantai. "Begitu pula … jika ... seseorang menamparmu, tampar balik."
Hidup Ellen sejak dulu keras, bahkan hanya untuk mendapatkan sepotong roti pun ia harus berebut dengan yang lain, melewati tangis dan jeritan.
Ia hanya dekat dengan satu teman yang mengajarkannya banyak hal untuk bertahan hidup.
Carrel tidak mengatakan apa-apa, entah kenapa ia merasa takut.
Sepanjang tahun ia mengajar sebagai dosen dan ia tidak pernah mendapatkan seseorang yang melawannya seperti Ellen.
"Anggap saja semua masalah kita impas dengan ini," kata Ellen sambil menepuk kedua tangannya.
Carrel dan Elmer diam, mereka membeku sampai Ellen meninggalkan ruangan.
Karena hari ini tidak ada kelas, Ellen memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk sekedar duduk-duduk dan membaca buku karena menghabiskan waktunya. Pulang ke rumah atau pergi ke klinik pun sekarang percuma, tidak ada Liu yang menunggunya.
"kau baik-baik saja? Aku melihatnya di forum kampus beberapa hari ini dan mereka semua membicarakan hal buruk tentangmu." Sang penjaga perpustakaan seperti biasa bertanya kepada Ellen dengan raut wajah malasnya, kacamatanya sedikit melorot ke bawah hidungnya dan buru-buru ia perbaiki dengan jari kelingking. "Jangan pedulikan dosen muda itu, meski dia populer dia sebenarnya bukanlah orang yang terbaik dalam mengajar dan jangan dimasukkan ke hati apapun yang ia katakan."
Ellen tersenyum dan ia mengangguk, walau penjaga perpustakaan terlihat cuek dan tidak peduli padanya tetapi sebenarnya Ia adalah orang yang paling perhatian dan mengkhawatirkan Ellen.
"Aku tahu."
Ellen tersenyum tipis, ia melangkah ke tempat yang biasanya ia duduki, membuka buku dan mulai belajar.
Ia sudah menampar balik dosen itu, jadi Ellen rasa ia tidak punya penyesalan lagi. Walau ia tidak memungkiri kalau apa yang ia lakukan hari ini tidak sopan, tapi ia memiliki sedikit kepuasan di hatinya.
Setidaknya kali ini, ia tidak merendahkan dirinya lagi seperti yang sudah-sudah.
"Apa kau sudah lihat?" Seseorang dari rak sebelah bergumam, karena perpustakaan sangat sunyi maka obrolan pelan seperti apa pun akan terdengar. "Pipi Nona Carrel bengkak, matanya sembab di postingan terbarunya."
"Jangan bilang kalau Ellen yang melakukannya?" Temannya ikut bergumam, Ellen mengintip dari balik buku-buku yang tersusun rapi, dua orang wanita menghadap ponsel yang menyala. "Dia terlalu nekat, dia akan semakin dibully."
"Ya, belum selesai masalah Olive, kini ia mulai masalah lagi dengan Nona Carrel."
"Sepertinya Ellen tidak akan bertahan lama di kampus, mari bertaruh, ia tidak akan bisa belajar sampai lulus."
Mereka berdua berpandangan lalu tertawa, Ellen yang edang mengintip menghela napas sampai mereka berdua menjauh dan tidak ada suara lagi, barulah Ellen bergumam.
"Sombong sekali." Wanita itu mengusak rambutnya dan matanya menyipit. "Lihat saja nanti, aku akan mengalahkan kalian semua."
Ellen menarik napas, di saat seperti ini tidak ada gunanya meratap dan menyerah dengan apa yang ia perjuangkan.
Ellen menarik napas dan ponselnya berdering, matanya membulat ketika nama yang akhir-akhir ini menguasai pikirannya muncul.
Liu.
"Hah, hah, bagaimana … bagaimana dia meneleponku?" Ellen menjadi gugup, ia duduk dan menggesek layar ponselnya. "Ya, halo …."
"Apa anda mengenal pemilik ponsel ini?" Seseorang dari seberang telepon bergumam, Ellen langsung merasakan dadanya berdebar dengan kencang. "Jika anda mengenalnya, anda harus ke rumah sakit segera, pemilik ponsel ini tidak berhenti muntah sejak tadi dan sekarang ada di ruang gawat darurat."
"Hah?" Ellen membulatkan matanya, pikirannya menjadi kosong. "Mu … muntah?"
Apa yang terjadi dengan Liu?
Apa laki-laki itu keracunan makanan atau sesuatu?
Tapi Liu bukan orang yang ceroboh, makan pun ia sangt pemilih.
"Halo, anda mendengar apa yang saya katakayna?" Orang di seberang telepon itu kembali bergumam dengan nada tidak sabar. "Anda harus segera datang, kami butuh beberapa persetujuan!"
"Ya, ya, aku akan datang." Ellen mengangguk dan merapikan tasnya. "Kekasihku sakit tentu saja aku harus datang!"