"Aku menolak," kata Hendrick sambil melemparkan botol kecil di atas meja kembali ke arah Yena. "Aku tidak ingin mengusik para Ksatria Naga, aku hanya ingin kehidupan yang damai."
Yena menatap botol yang dicampakkan oleh saudaranya begitu saja di atas meja, kedua tangannya terkepal dan matanya menjadi suram.
"Kakak, kau sepertinya sudah tidak sayang lagi padaku?" Wanita berambut panjang itu memiringkan kepalanya menatap Hendrick, ia mengedipkan matanya yang bulat itu dengan lambat. "Ini hanya permintaan kecil."
Hendrick selesai merapikan buku yang ada di atas meja dan ia menatap Yena dengan tajam. "Aku memberimu peringatan, jangan mencari masalah dengan Liu. Laki-laki ini … dia adalah Pelayan Sharem dan kau tahu apa artinya itu?"
Yena tidak menjawab, ia membuang muka.
"Liu jauh lebih kuat dari semua Ksatria yang masih tersisa di dunia ini, ia adalah pendiri, ia adalah leluhur!" Hendrick sedikit berteriak di depan Yena, ia berusaha menyadarkan minat gila sang adik pada Liu.
Mereka ada karena Sharem, mereka hidup abadi karena Sharem dan Liu adalah pelayan setia wanita itu di masa lalu, bagaimana mereka bisa … memiliki minat yang begitu menjijikkan pada Liu dan Ellen?
Dibiarkan hidup saja sudah cukup, tapi kalau sampai mereka mengusik Liu, mereka akan habis.
Di kampus, Hendrick sengaja mengurangi interaksi dirinya dengan Ellen, bukan tanpa alasan, tapi karena ia memang tahu kalau Liu selalu ada di sekitar wanita itu, Liu selalu mengantar dan menjemput, tidak hanya itu saja, Liu meninggalkan kekuatannya di tubuh Ellen dan ia bisa tahu apa yang telah terjadi hanya dengan menyentuh tubuh Ellen.
Hal-hal seperti itu sudah cukup menunjukkan bagaimana Liu sangat memperhatikan Ellen, laki-laki itu … pasti menganggap Ellen sebagai orang yang ia sayangi.
Mungkin juga sebagai sebuah permata yang sangat berharga.
"Jadi Kakak tidak akan membantuku?" Yena mengulangi perkataannya, terlihat dengan jelas kalau ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang Hendrick katakan tadi. "Apa yang kau lakukan untuk bertambah kuat itu adalah sebuah kesia-siaan!"
BRUK!
Yena memejamkan matanya dengan erat dan ia terhempas ke dinding oleh sebuah tangan besar yang mencengkeram lehernya.
"Apa … Kakak!"
"Aku memberimu peringatan agar mengurungkan niatmu," kata Hendrick, mata hitamnya itu berubah warna menjadi coklat terang. "Jangan usik Liu dan Ellen!"
Yena menggertakkan gigi, ia hampir tidak bisa bernapas karena tangan Hendrick di lehernya, wanita itu marah.
Kenapa tidak ada yang mendukungnya?
Dari Kakaknya sendiri, Liu dan para rubah di masa lalu, kenapa mereka semua tidak mendukung perasaan cintanya pada Liu?!
Yena tidak mengerti, ia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.
Padahal, ia yang lebih dahulu mencintai Liu, ia yang lebih dahulu mengenali laki-laki itu.
Tapi bisa-bisanya seorang manusia rendahan seperti Ellen mengalahkan pesona dirinya di mata Liu.
Ia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi.
"Kau mendengar apa yang aku katakan?!" Hendrick menatap tajam adiknya itu, Yena tidak mengatakan apa pun dan ia akhirnya menyerah.
Yena merasa kesal, tapi ia tahu membujuk Hendrick yang sudah menolaknya beberapa kali hari ini tidak akan menghasilkan sesuatu yang pasti, ia mengambil topi dan botol kecil di atas meja, merapikan kembali penampilannya.
Hendrick tidak mengatakan apa-apa, mereka berdua sama-sama keras kepala dan Hendrick merasa kalau apa yag ia lakukan seharusnya cukup untuk membuat Yena mengurungkan pikirannya.
Wanita rubah itu keluar dari ruang praktik dengan wajah cemberut, ia melangkah dengan cepat keluar dari area kampus dan duduk di pinggir jalan, berpikir keras.
Ia tidak bisa mengajak Hendrick untuk membantunya, ia harus memikirkan cara lain.
Rubah itu menggertakkan gigi, jalannya untuk mendapatkan Liu ternyata susah sekali. Matanya yang indah itu tidak berhenti melirik kesana kemari, mencoba mencari ide yang bagus untuk menyingkirkan Ellen.
Hingga ia tidak sengaja melirik Elmer yang sedang berjalan bersama para wanita, matanya itu langsung berbinar dan seandainya saja tidak ada manusia di sekitar maka ekornya akan bergerak dengan antusias.
Yena tersenyum dan melepas topinya, rambutnya yang panjang langsung tergerai di belakang punggungnya, wajah yang tadi muram langsung berubah seratus delapan puluh derajat menjadi tersipu dan penuh dengan perasaan jatuh cinta di musim semi.
"Elmer …." Yena memanggil dengan suara mendayu-dayu, ia berlari kecil ke arah laki-laki itu. "Apa kau melupakan aku?"
Elmer yang masih berbicara dengan para wanita menoleh ke arah Yena, wajahnya langsung tersipu dan ia berdehem.
"Ye … Yena? Bagaimana kau bisa ada di sini?" Elmer bertanya dengan suara rendah, bertingkah canggung di hadapan para wanita yang ada di dsekitarnya.
"Aku merindukanmu ...." Yena mengedipkan sebelah matanya dan bibirnya yang merah itu terlihat mengerucut. "Apa ini adalah pacarmu yang lain?"
Para wanita yang awalnya sedang berbicara dengan Elmer terkejut, mereka memang menyukai Elmer, tapi sosok itu tidak bisa menjadi pacar mereka karena Elmer selalu baik pada semua orang. Awalnya mereka pikir karena Elmer belum menemukan seseorang pas, tapi siapa yang tahu kalau Elmer sebenarnya memiliki seorang pacar yang sangat cantik?
Di depan Elmer, Yena hanya mengenakan hoddie dan celana selutut, tapi pesona rambut dan wajahnya sangat kuat.
"Tidak, tidak. Mereka hanya teman." Elmer langsung menggelengkan kepalanya, di hadapan Yena yang sangat cantik ia tidak mungkin membuat pernyataan yang tidak menyenangkan hati wanita itu. "Apa yang membawa Yena kemari?"
"Oh, aku bilang aku merindukanmu." Yena mendekati Elmer dan sontak seluruh wanita yang tadinya asyik mengobrol mulai menjauh dan menyisakan mereka berdua. "Apa kau tidak rindu padaku?"
Mata Elmer melirik Yena dari bawah sampai ke atas ,ia menelan ludah dan tersenyum lebar. "Ya, tentu saja … aku bahkan hampir tidak tidur hanya karena aku memikirkanmu."
Yena tertawa mendengar apa yang dikatakan Elmer, ia langsung meraih lengan laki-laki itu dan memeluknya.
"Karena aku sudah ada di sini … bagaimana kalau kita berkencan?" Yena menyandarkan kepalanya di bahu Elmer, membuat laki-laki itu menjadi semakin salah tingkah.
"Padahal kita baru saja kencan beberapa hari yang lalu, tapi Yena secara khusus datang kemari … aku tidak bisa menolak sama sekali. Apa yang ingin kita lakukan hari ini?" Elmer berkata dengan suara yang diberat-beratkan, merasa besar kepala karena didatangi wanita cantik.
"Ah … aku tidak tahu …. Terserah saja … mau makan atau jalan-jalan Yena akan ikut …."
Yena tertawa dengan suara yang diimut-imutkan, padahal dalam hati ia mencibir dengan jijik.
Sungguh, ia membenci manusia.
Kalau bukan karena kebutuhannya, ia tidak akan pernah mau berurusan dengan makhluk-makhluk menjijikkan seperti ini.
Menyebalkan sekali.