Elleb bersandar di kaca jendela bus, rasanya ia lebih lelah daripada kegiatan kuliah biasanya, padahal apa yang ia lakukan hanya duduk manis di dalam bus.
Semua itu tidak lain tidak bukan karena orang yang ada di sampingnya ini, Olive.
Wanita yang ada di sampingnya ini sepertinya ada yang salah dengan otaknya, Ellen yakin kalau Olive sebenarnya telah terbentur sesuatu sebelum berangkat ke kampus pagi ini.
Wanita itu mengusap dagunya dan berdehem pelan, mencoba untuk memahami keadaan Olive yang aneh.
"Perjalanan menjadi membosankan, ya?" Olive berbisik ke telinga Ellen, ia tersenyum dan mengambil ponsel berserta earphone dari dalam tasnya. "Mau mendengarkan musik?"
"Tolong jangan terlalu banyak bicara denganku," kata Ellen tanpa basa-basi, ia mendorong Olive yang ingin mendekat lagi. "Aku takut dengan sikapmu yang seperti ini, tahu."
"Apa kau tidak bisa sedikit ramah padaku?" Olive mengerutkan bibirnya, merasa sedih karena apa yang ia lakukan selalu ditolak oleh Ellen.
"Bagaimana kau bisa …." Ellen ingin marah, tapi ia sadar kalau di dalam bus tidak ada gunanya bersikap seperti ini pada Olive, terlebih lagi di dalam bus, ada Hendrick dan dua dosen yang duduk tak jauh darinya, jangan sampai ia membuat keributan dan membuat masalah baru.
Olive menundukkan kepalanya, tidak mengatakan apa-apa, tangannya masih memegang botol minuman yang tadi telah ditawarkan pada Ellen.
Ia tahu, tidak mudah bagi Ellen untuk memaafkan semua yang telah ia lakukan, terlebih lagi membayangkan dirinya berada di posisi yang sama dengan Ellen, ia juga tidak akan mau berdekatan dengan orang yang sudah membully-nya.
Olive menghela napas panjang, memang tidak mudah untuk mendapatkan permintaan maaf Ellen. Tapi setidaknya itu jauh lebih baik daripada semua mimpi-mimpi yang selalu ia dapat di malam hari.
"Jangan ganggu aku." Ellen bergumam pelan dan merapatkan jaketnya, ia menutup mata, berniat untuk tidur.
Olive tidak mengatakan apa-apa, ia mengangguk sedih dan bersandar sambil menatap ke arah Teresa, mata mereka berdua bertemu, Teresa menggerakkan bibirnya dengan mata melotot, kemudian ia menggerakkan jarinya.
Olive membuang muka, lalu mengambil majalah yang ia temukan di depannya, membuka hingga menutupi wajahnya.
Teresa mendecih, api permusuhan semakin membesar di antara mereka rupanya. Tapi itu tidak masalah, sekarang tidak hanya Ellen seorang, Olive juga akan menjadi target yang lucu untuk dikerjai.
Teresa tersenyum, lalu ia berbisik pada teman di sampingnya, mereka terkikik pelan.
Perjalanan panjang membuat semua orang lebih banyak diam, ketika menjelang siang bus berhenti di area peristirahatan dan memutuskan untuk berdiam selama satu jam, untuk makan dan hal-hal kecil lainnya.
Ellen membiarkan semua orang turun, berharap Olive juga akan turun lebih dulu, tapi rupanya Olive menunggunya turun.
"Kenapa?" Ellen bertanya kesal.
"Aku tidak punya teman, sekarang hanya kau temanku." Olive berdiri dan tersenyum tipis, ia memegang tas, bersiap untuk turun. "Apa kau tidak senang? Kau sekarang sudah memiliki teman secantik aku."
Ellen menatap Olive, bukannya ia tidak senang, hanya saja ia sudah terlalu lama sendiri dan rasanya agak aneh tiba-tiba ia memiliki seseorang yang kemana-mana mengikutinya.
Mungkinkah setiap kali ia mengikuti Liu, laki-laki itu juga akan merasakan hal yang sama?
Ternyata Liu sangat sabar menghadapinya, ya.
Ellen tersenyum tipis, diam-diam ia merasa banga dengan apa yang telah ia lakukan. Sementara itu Olive yang ada di depannya mengartikan senyuman Ellen sebagai bentuk perdamaian pada dirinya dan merasa sangat senang.
"Ayo kita keluar, aku lapar." Olive tanpa ragu menarik tangan Ellen dan mereka bersama-sama keluar dari mobil, Ellen masih merasa canggung dan tidak memperhatikan jalan.
DUK!
Ia tersandung kakinya sendiri, Olive memekik pelan dan seseorang langsung meraih pinggang Ellen.
"Oh!" Semua orang ikut memekik, mereka hampir tidak bisa mempercayai apa yang mereka lihat.
Hendrick, asisten dosen yang terkenal dingin dan tidak banyak bicar itu tengah menyelamatkan Ellen?
Dan tidak hanya itu, Hendrick juga memegang pinggangnya?!
Selain Elmer, Hendrick juga merupakan orang yang populer di kampus, hanya saja sikapnya yang tidak ramah dan dingin itu membuat sebagian orang enggan untuk mendekat.
Tapi apa yang mereka lihat sekarang ini adalah sesuatu yang mengejutkan.
"Ah, maaf!" Ellen menyadari tatapan semua orang padanya dan langsung melepaskan diri dari tangan Hendrick. "Aku tidak sengaja!"
Hendrick mengangguk, ia melirik Olive sekilas dan berjalan menjauh.
Olive langsung merengsek mendekati Ellen, menyentuh wanita itu dengan pelan. "Baru kali ini aku melihat asisten Hendrick peduli dengan seseorang. Biasanya aku merasakan ia melihat seseorang itu seperti melihat batu."
"Bagaimana bisa?" Ellen menghela napas, setelah dilihat-lihat ternyata Olive yang cantik ini otaknya tidak terlalu bagus.
"Lihat saja matanya ketika menatap orang lain, seperti tidak ada minat." Olive berjalan di samping Ellen dan mulai mengoceh, sepertinya semua kecanggungan yang telah mereka lalui di dalam bus sudah menguap di udara. "Aku kadang berpikir kalau sebenarnya Hendrick tidak suka wanita, tapi ah … wajahnya yang sangat tampan itu membuat semua pikiran buruk tentang dirinya lenyap."
"Ya ampun, kau berlebihan sekali." Ellen mendengkus pelan, mereka tiba di minimarket dan memilih makanan dan minuman.
Dulu Ellen akan selalu menahan dirinya melihat semua hal yang belum pernah ia coba ke dalam mulutnya, ia hanya membeli sebotol air mineral karena takut uangnya tidak cukup untuk dirinya makan.
Tapi sekarang, Ellen punya banyak uang yang ia dapat dari gaji klinik dan Istvan kadang memberinya beberapa, ia akan membeli apa pun yang ingin ia makan.
Lagipula, Liu tidak ada di sini.
Wanita itu tersenyum lebar, mengambil dua botol minuman, satu jus, satu coklat susu dan beberapa makanan ringan.
"Wah, apakah kau makan semua ini?" Olive yang mengambil air putih dan makanan diet mengerutkan kening, iri.
"Ya, kenapa? Mau minta?"
"Tidak, aku tidak bisa makan seperti itu." Olive menghela napas, menaruh dua barang yang ia pilih di meja kasir. Ia adalah orang yang sangat menjaga penampilan tubuhnya dan tidak bisa memasukkan terlalu banyak makanan ke dalam mulut, jika berat badannya bertambah maka ia akan menjadi sangat jelek.
Sementara itu di dalam toilet, Hendrick memandangi tangannya yang sekarang telah basah karena dibasuh oleh air berkali-kali.
Ada warna ungu samar yang tercetak di sana, rupanya sang Ksatria Naga tidak akan membiarkan miliknya pergi tanpa perlindungan darinya, warna ungu yang ada di tangannya ini adalah bukti dari kekuatan Liu yang ada di sekitar tubuh Ellen.
Meski tidak membuat Hendrick merasakan sakit, tapi ia yakin kalau ia melakukan sesuatu pada Ellen, warna ungu di tangannya ini akan menjadi semakin terang dan bereaksi.
Hendrcik menatap cermin, ia menghela napas panjang.
"Yena ... kuharap kau tidak melakukan hal yang konyol."