Ellen terbangun pada pukul enam pagi, ia menguap.
Mungkin karena ini bukan kamarnya di rumah besar Istvan, ia jadi sedikit tidak nyenyak tidurnya. Matanya melirik Olive yang masih tidur memeluk bantal, ia bangkit dan mengambil handuk.
Ellen ingin mandi dan berjalan-jalan lebih dulu di desa kecil ini, udara segar di sini pasti sangat menyenangkan untuk dijelajahi seorang diri.
Suasana masih sepi, tidak ada yang bangun lebih dulu daripada Ellen. Wanita itu melangkahkan kaki keluar sambil bersenandung, meski desa ini sedikit terpencil dan apa yang ada di sekitarnya sangat terbatas, tapi di setiap rumah Ellen bisa melihat kalau ada pot-pot sayur yang tumbuh subur, terlihat asri di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Ellen jadi teringat bagaimana ia berjalan di kebun herbal dan membayangkan hal itu, Ellen jadi teringat dengan Liu, ia hidup dengan laki-laki itu dan ia terbiasa untuk hidup sehat.
Ellen tersenyum, hidupnya memang lebih baik bersama Liu daripada ia di panti asuhan dulu.
Ketika ia akan melewati jembatan kecil yang melintasi sungai, ia melihat Hendrick yang berdiri dengan ponsel di tangannya.
"Senior, apa yang kau lakukan?"
Hendrick menatap Ellen ia mengangguk dan memainkan kembali ponselnya, laki-laki itu rupanya sedang mengambil gambar pemandangan di pagi hari.
"Oh, lanjutkan saja. Aku akan jalan-jalan sebentar." Ellen tersenyum tipis, ia hendak melangkah menjauh sebelum Hendrick berdehem.
"Apa kau …." Hendrick menghentikan perkataannya, Ellen menoleh dengan bingung. "Tidak, anggap saja aku tidak berbicara tadi."
Ellen mengerutkan kening, ia mengangguk dan berjalan kembali. Hendrick memang tidak bisa ditebak dan Ellen tidak mau berurusan terlalu banyak dengannya.
Wanita itu kembali berjalan dan menemukan danau berwarna hijau yang penuh lumut, ia berjongkok dan memainkan ranting pohon ke dalam air.
Ellen ingin memanggil laki-laki itu, tapi kalau Liu tiba-tiba muncul di depannya dan tidak ada hal buruk terjadi, Liu mungkin akan marah.
Apa ia coba menceburkan diri saja ke danau?
Liu akan datang menyelamatkan dirinya, kan?
Wanita itu menggeleng, pikirannya terlalu ekstrim, yang ada Liu akan marah kalau ia tahu Ellen melakukan hal yang konyol.
"Kira-kira apa yang Liu lakukan hari ini? Apa ia ke klinik? Apa para Nenek mencariku?"
Ellen bersandar di batang pohon, cemberut.
Tidak bisa dipungkiri kalau kesehariannya di klinik adalah sesuatu yang menyenangkan.
"Ah, aku tidak boleh lama-lama." Ellen bangkit, kemudian ia melihat Elmer yang berjalan dengan Teresa, terlihat sangat santai dan mereka sesekali tertawa.
Ellen mengangkat bahu dan berjalan kembali ke rumah kepala desa.
Sesampai di sana, ia bertemu Olive yang baru saja selesai mandi, wanita itu masih memiliki rambut yang basah di kepalanya.
"Di sini listrik sangat terbatas," kata Olive dengan setengah berbisik, takut kalau perkataannya akan menyinggung banyak orang. "Aku tidak bisa menggunakan pengering rambut dan memanaskan air."
"Sudahlah, huh?!" Ellen tertegun, ketika Elmer tiba-tiba melintas di depannya, ia mencium aroma yang segar itu lagi, padahal ia baru saja melihat Elmer jalan-jalan bersama Teresa, tapi sekarang ia melintas di depan Ellen dan terlihat seperti habis mandi.
"Apa?"
"Tidak," bantah Ellen sambil menggelengkan kepalanya, ia mengusap hidungnya.
Seharusnya penciumannya baik-baik saja, tapi kenapa aroma tubuh Elmer lebih kuat dibandingkan yang lain, bahkan saat Olive yang terkenal dengan parfumnya yang semerbak pun kalah dengan Elmer.
Ellen merasa ada yang aneh.
"Ayo ke ruang makan." Olive tidak membiarkan Ellen terjebak dalam pikirannya sendiri, ia menarik wanita itu dan mereka bergabung untuk sarapan sederhana.
Elmer memilih duduk di depan Ellen, entah apa yang ia rencanakan tapi aroma tubuhnya sangat kuat sampai Ellen harus mengerutkan kening, ia melirik Olive yang mengunyah dengan santai.
Reaksi Olive biasa saja, sepertinya ia tidak mencium aroma tubuh Elmer, apa hidungnya terlalu sensitif?
Ellen tidak menemukan jawabannya sampai mereka selesai makan dan berkumpul di halaman.
"Kalian akan membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang dan semuanya akan berpencar di arah yang berbeda. Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi perkataanku." Hendrick berkata dengan tegas, ia membawa kertas yang sudah menggulung dan mulai membagikan kelompok beserta tugas-tugas yang harus dilakukan.
Ellen merasa dirinya sangat sial harus berhadapan dengan Olive, Teresa dan Elmer sekaligus. Dewi kesialan sepertinya memang mengikutinya sejak ia melangkah turun dari mobil.
"Baiklah, karena aku satu-satunya laki-laki di kelompok ini … aku yang akan memimpin." Elmer tersenyum dan memegang kertas di tangannya dan mulai membacakan apa yang harus mereka lakukan hari ini dan Olive membagikan peralatan medis pada semua orang untuk dibawa.
Ellen memegang alat pengukur tekanan darah dan alat penimbangan berat badan, ia tidak ingin banyak protes karena teman sekelompoknya benar-benar berbahaya.
Teresa tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang marah, ia bersedekap sambil membawa kotak obat.
"Sebaiknya kalian tidak mencari masalah denganku atau aku akan menghancurkan nilai kalian." Teresa mengancam dengan dagu terangkat, baginya nilai dalam praktik ini tidak begitu penting.
Yang penting itu adalah kepuasan dirinya, Teresa memang tipikal putri kaya yang selalu mendapatkan apa pun dengan mudah menggunakan uangnya. Bahkan jika ia mendapat nilai terendah di praktik kali ini, ia akan baik-baik saja karena uang Ayahnya.
Menjadi kaya itu menyenangkan, apalagi kalau melihat orang yang lebih miskin dan tidak berdaya dari dirinya.
Dan Ellen adalah orang yang seperti itu ... tadinya.
"Coba saja," tantang Ellen sambil berkacak pingang. "Jika kau berani mengacaukan praktik ini, aku akan menjambak rambutmu sampai rontok."
Teresa menggertakkan gigi, berani sekali Ellen rendahan yang ada di depannya ini membantah apa yang ia katakan. Sepertinya ia harus menyiapkam sesuatu yang besar agar Ellen tidak berani lagi membantah padanya.
"Aduh, apa yang kalian lakukan?" Elmer menghela napas, ia tahu kalau Teresa dan Ellen sangat buruk, ia harus mendamaikan mereka berdua. "Aku tahu kalian musuh, tapi setidaknya sebentar saja tolong akurlah!"
Ellen mendengkus, aroma yang kuat kembali menusuk hidungnya. Sepertinya ia harus menjaga jarak dari Elmer sebelum ia merasa pusing.
"Huh, awas saja kalian berdua!" Teresa membuang muka, ia berjalan paling depan menuju rumah-rumah yang sudah diberi tanda.
Olive menggelengkan kepalanya, Teresa memang seperti itu, ia tidak akan puas kalau apa yang ia inginkan tidak tercapai apalagi ditentang.
Ellen memang sangat berani.
"Ayo, kita akan kehabisan waktu. Banyak hal yang harus kita data." Elmer bertingkah seperti pemimpin dan mengajak semua orang untuk berjalan bersamanya.
Ellen menghela napas, diam-siam ia mengeluarkan masker dan memasangnya di wajah, ia tidak tahan kalau terus mencium aroma tubuh Elmer yang memusingkan itu.