"Sharem, katamu?"
Liu menatap ekor rubah yang tidak berhenti bergerak di belakang tubuh wanita itu, ekor itu berwarna jingga terlihat menyala, bulu-bulunya mengembang dan lembut, seakan-akan tengah memanggil Liu untuk menyentuhnya.
Sharem, orang yang pernah menjadi Tuan Liu di masa lalu, orang yang membuat kehidupan mereka menjadi seperti ini, wanita itu adalah orang yang terobesi dengan kekuatan. Tidak terhitung berapa banyak kegilaan yang telah ia lakukan dan mereka berhasil selamat.
Liu yakin kalau ia tidak menyisakan satu orang pun yang hidup, tapi bagaimana ….
Bagaimana bisa wanita rubah ini ada di depannya.
"Kau bingung, ya?" Wanita itu menghembuskan asap dari mulutnya, matanya yang berwarna senada dengan ekornya itu berkedip. "Aku rubah, aku punya sembilan nyawa."
Di detik berikutnya ada delapan ekor muncul di belakang punggungnya, wanita itu memutar cerutu di tangannya.
"Kau lupa? Sama seperti Naga yang punya kekuatan luar biasa, kami para rubah juga punya."
Liu mengepalkan kedua tangannya, ekor yang ada di belakang tubuh wanita itu bergerak-gerak seperti bunga mekar, terlihat indah.
Liu tahu, kalau ia terpesona, ia akan terjebak.
"Apa ya? Kami tidak sempat punya gelar Ksatria," kata wanita itu lagi sambil mendekat, ia tidak mengenakan apa pun untuk melindungi kakinya yang mulus. "Di antara Ksatria lain, aku hanya tertarik padamu, bagaimana ini?"
Liu mengangkat tangannya sebelum tangan wanita itu menyentuh dirinya, matanya menatap lurus ke arah batang pohon tempat wanita itu duduk tadi.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Yena?"
Yena, si wanita rubah itu terkekeh. Ia menatap Liu yang tidak berani menatap dirinya. "Aku? Aku hanya kesal saja. Kenapa ada manusia jelek di sekitarmu?"
BRAKH!
Liu menghindar tepat waktu sebelum tangan Yena bergerak mengenai wajahnya, rerumputan yang tumbuh subur di bawah bergoyang dan rubuh.
"Ya, aku kecewa. Penantianku beratus-ratus tahun, apakah akan sia-sia?" Yena memiringkan kepalanya dan matanya yang indah melotot. "Liu, apakah itu akan sia-sia?"
"Aku tidak pernah menjanjikan apa-apa denganmu," sahut Liu sambil menjatuhkan jaket ke atas rerumputan, cahaya ungu menyebar di belakang tubuhnya, membentuk bayangan naga yang memiliki tanduk. "Jika aku ingat dengan jelas, pertemuan kita hanya tiga kali dan kita hanya bicara satu kali. Omong kosong apa yang kau bicarakan?"
"Oh," seru Yena sambil menutup mulutnya terkejut, semua ekor rubah yang ada di belakang tubuhnya mengembang dan mata jingganya menyala. "Hatiku sakit sekali karena kau melupakannya."
Yena melompat, bajunya yang panjang itu melayang di udara dan rambutnya yang panjang itu bergoyang, sekilas ia terlihat seperti Dewi yang memiliki kecantikan abadi.
Tapi taring dan matanya itu, Liu tidak suka.
BRAKH!
Liu bukan orang yang akan mengalah pada wanita hanya karena ia seorang laki-laki, dalam hitungan detik ia muncul di belakang Yena, menghantamkan kakinya.
"Ha …."
Yena berputar, bajunya itu melayang di udara dengan gerakan yang anggun, aroma cendana semakin lama semakin kuat memenuhi area sekitar.
Bau ini adalah bau yang Liu benci, bukan karena baunya berasal dari tumbuhan mana, tapi ini adalah bau khas para rubah.
"Bau yang membuatku mual, ada berapa manusia yang terjebak di pelukanmu?" Liu mengerutkan kening, melihat Yena yang kembali berdiri tegak.
"Tidak banyak," sahut Yena sambil mengibaskan rambutnya. "Kau tahu rubah seperti apa kami perlu pelepasan, tapi jangan khawatir ... kau masih memiliki hatiku."
Liu tidak menjawab, terlalu enggan berbicara dengan segala omong kosong yang dimiliki oleh Yena. Ia melesat ke depan wanita itu dan mengayunkan tangannya.
TAP!
Yena menangkap tangan Liu dengan tangannnya sendiri, cahaya ungu yang membentuk bayangan Naga seakan menguap, langsung lenyap di udara.
"Kau …."
Yena tersenyum, jari-jarinya itu meremas tangan Liu.
"Kau masih memiliki hatiku."
Liu mendengkus, ia mendekatkan wajahnya ke arah Yena hingga napasnya yang dingin itu berhembus ke wajah sang rubah.
"Dalam mimpimu."
Yena merasakan tangannya terpelintir, tubuhnya dihempas ke tanah oleh Liu, belum sempat ia berpikir banyak, sebuah tendangan mengayun ke kakinya.
BRAKH!
Wanita rubah itu hampir terguling, dengan cepat ia merangkak menyelamatkan dirinya dari tendangan Liu dan tanah yang ada di bawah Liu berlubang terkena kakinya.
"Aku memberimu peringatan," kata Liu sambil mengetukkan sepatunya ke tanah. "Jangan sekali-kali mendekati orang yang ada di dekatku atau aku akan …."
Liu teringat Ellen yang tersenyum padanya, menyembunyikan semua perlakukan jahat teman-teman di kampusnya.
Jika hal yang sama terjadi lagi dan pelakunya wanita rubah ini, apa yang akan ia lakulan, ya?
"Akan apa?" Yena bergerak dengan halus, seperti semilir angin di tengah panasnya udara. "Kau tahu kami para rubah, tidak akan melepaskan apa yang kami minati. Aku tidak bisa melepaskanmu."
Yena mengulurkan tangannya diikuti dengan cahaya putih ke arah Liu, wanita itu menyeringai, tubuhnya dengan mudah bergerak ke samping mencoba mendekat.
Liu berusaha tetap tenang di antara bau yang membuatnya semakin mual, ia menghindari Yena yang terus-menerus ingin mendekatinya.
Laki-laki itu tidak ingin terjerat bujuk rayuan seekor rubah jadi-jadian.
Di masa lalu, para rubah bukanlah Ksatria yang hebat, bukan juga Ksatria yang bertarung di garis depan peperangan.
Mereka lebih berguna untuk menyusup dan mempengaruhi orang lain dengan sejuta pesona dan keindahan tubuh mereka, tidak ada satu orang pun yang tidak bertekuk lutut kalau sudah terjerat, terutama lawan jenis.
Singkatnya, mereka adalah perayu ulung, sekali saja terjerat, tidak akan lepas lagi.
Liu terkekeh pelan, mata hitamnya itu berkilat-kilat, cahaya ungu yang ada di belakang tubuhnya membentuk bayangan Naga yang semakin membesar.
"Kau ingin tahu apa yang ingin aku lakukan?"
Yena ikut terkekeh, matanya menyipit dan ia melayang di udara dengan pakaiannya, wanita itu mengarahkan kedua tangannya untuk mendekat.
Liu tidak bergerak dari tempatnya, bayangan Naga di belakang tubuhnya semakin membesar. Laki-laki itu mengangkat tangannya dan rerumputan yang ada di sekitar bergoyang hebat.
Yena mendekat, hampir mencapai leher laki-laki itu dengan tangannya, bayangan Naga di belakang tubuh laki-laki itu tiba-tiba saja bergerak, mengikuti gerakan Liu menghantam tubuhnya.
BUGH!
Yena terhempas ke atas tanah, ia terbatuk-batuk dan rerumputan yang ada di bawah mereka berterbangan di udara berserta dengan serpihan debu, bayangan Naga bergerak sekali lagi dan Liu tiba-tiba saja muncul di belakangnya, menginjak salah satu ekor rubah.
"Argh! Bagaimana kau bisa menginjak ekorku!" Yena menjerit, ingin lari tapi tidak bisa, wanita itu memperlihatkan wajah memelas yang cantik, berharap kalau-kalau Liu akan tergoda padanya.
"Aku akan melucuti satu persatu ekor dari tubuhmu."
Yena langsung menoleh dan melihat sepasang mata hitam berkilat-kilat milik laki-laki itu, ia menelan ludah dan telinga rubahnya terangkat naik ke atas.
Ini adalah peringatan, Liu tidak main-main dengan perkataannya.