Tepat pukul 23.00, acara Famous Singers of The Hotel itu selesai. Kenjo mendatangi panggung ingin menemui Jandoet, tetapi menurut berita dari personil band pengiring Jandoet bersama Jeanni dan Syam gitaris sudah meninggalkan panggung beberapa menit lalu. "Bilangnya sih mau istirahat," ujar seorang musisi pengiring.
"Terimakasih infonya," sahut Kenjo, kemudian melihat ke arah tempat penonton masih ada Agung Sutalaksono sedang bercakap-cakap dengan Sunny, membicarakan penyanyi pria di opening acara tadi.
"Aku berharap penyanyi opening Minggu depan masih dia," kata Agung kepada Sunny. Dia menilai, penampilan penyanyi opening tadi memberi kesan yang menggembirakan.
Sunny tidak bereaksi, menatap sebentar kepada Agung. Dia tidak mau memberi komentar penampilan penyanyi pria di opening acara tadi. Dia merasa tugasnya hanya sebagai juru bayar honor penyanyi di luar penyanyi kontrak.
"Aku hanya bertugas melakukan pembayaran honor, tapi soal menilai penampilan penyanyi ialah Kenjo dibantu Jeanni."
"Saya tau itu," sahut Agung Sutalaksono.
Agung meminta supaya Sunny mau memberikan perlakuan tambahan kepada penyanyi opening.
"Harapan aku ini, sama dengan harapan Mirawati dalam percakapan tadi sebelum dia pulang," ujar Agung Sutalaksono.
Sunny melihat Agung Sutalaksono sedang serius, dia langsung melempar senyum dan berkata, "Perlakuan tambahan seperti apa?"
Agung Sutalaksono berpikir bahwa dirinya sudah menyusun kata-kata dengan pantas buat penyanyi pria di opening acara tadi tanpa menunjukan perhatian yang berlebihan di hadapan Sunny. "Bikin dia kerasan di acara Famous Singers of The Hotel."
Terdiam sesaat, Agung Sutalaksono melirik melihat kepada Kenjo di panggung berdiri sedang bicara dengan beberapa orang musisi pengiring. Kemudian dia memanggil.
Sunny ikut melihat ke arah Kenjo.
Sebentar kemudian, Kenjo berjalan menghampiri Agung Sutalaksono dengan Sunny. Dengan senyum sopan di wajahnya Kenjo menatap Sunny, sebentar menatap Agung.
"Ada apa?"Kata Kenjo melihat Sunny.
Sunny mengangkat ke dua bahu sambil mengangkat ke dua telapak tangannya. "Hmm." Kedua matanya bergerak-gerak ke arah Agung Sutalaksono.
Tidak perlu Kenjo berkata lagi Agung Sutalaksono bicara langsung soal penyanyi pria di opening acara.
"Ya, penampilan di panggungnya dia bagus, ada apa?" Kata Kenjo.
"Apakah di pentas berikutnya dia masih menyanyi?" Tanya Agung Sutalaksono. "Jika tidak, aku dengan ibu Mirawati berharap penyanyi itu tetap mendukung acara Famous Singers of The Hotel."
Kenjo berpura-pura tidak merespon harapan Agung dan Mirawati dengan berdiam diri. Dia ingin mengetahui lebih banyak apa yang membuat ke dua orang itu memberi perhatian kepada penyanyi pria di opening acara tadi.
Suasana terasa hening, ke duanya menunggu Kenjo bicara'.
Sunny menghela nafas sambil mata menatap Kenjo, lalu menatap Agung Sutalaksono nampaknya sedang tidak sabar menunggu Kenjo mau bicara.
"Kalau menurut kamu, bagaimana?" Tanya Kenjo kepada Sunny.
Sunny terperanjat, tidak menyangka Kenjo akan meminta pendapatnya. "Kalau aku .... menurut aku sih..biarkan dia ikut mendukung acara Fanous," ujar Sunny.
Kenjo tersenyum lebar, "Bagus!" Matanya melirik melihat Yanto datang dengan seorang pelayan membawa beberapa cangkir kopi beralaskan nampan terbuat dari perak. "Dari tadi ditunggu-tunggu baru datang."
Mata Sunny dengan Agung Sutalaksono sebentar ikut melihat ke arah Yanto. Setelah itu ke duanya menarik nafas sambil memperhatikan Kenjo tengah gembira dengan kedatangan Yanto bersama seorang pelayan.
"Maaf, maaf kopi ini buat musisi yang lagi kerja di panggung sana, kopi buat di sini nanti buat lagi," kata Yanto melerai ketika Kenjo dan Agung mengulur tangan ke arah nampan di tangan pelayan.
Sunny tersenyum ditahan melihat Kenjo dan Agung Sutalaksono seperti ketergantungan kafein.
***
Sementara itu, pintu kamar hotel nomor 19 seperti dibiarkan terbuka. Jandoet sedang bicara dengan manajernya dan Syam gitaris. Sekitar sepuluh menit kemudian manajernya Jandoet keluar. Dia tersenyum pada Harris yang berdiri di depan pintu kamar dan mengajaknya masuk ke dalam.
Jeanni mengerti maksud kedatangan Harris menyusul ke kamar, kemudian langsung ke pokok persoalan. Jeanni berbicara dengan senyum manis di wajahnya, "Harris, aku tidak menghalangi penyanyi yang kamu pilih tampil di pentas. Terus terang mereka tidak cukup talenta."
Jandoet dengan Syam gitaris melihat pada Harris sambil telinga mendengarkan Jeanni bicara.
"Kami akan melatih mereka sampai memenuhi syarat buat tampil di panggung," Syam gitaris menyambung bicara Jeanni.
Harris menjadi bingung. Tidak mengira penyanyi hasil pencariannya itu dibicarakan lagi. Dia berhati-hati untuk mengatakan maksud kedatangannya ke kamar hotel nomor 19 ini kepada Jeanni. Kemudian dia mencari kesempatan, melihat-lihat kelengahan Jandoet dan Syam gitaris untuk bisa mengajak main mata kepada Jeanni.
Syam gitaris mengamati ekspresi Harris dengan cermat, dan menahan diri mengetahui Harris mengajak main mata kepada Jeanni. Setelah lama melihat kemudian bicara berbisik kepada Jeanni. "Kamu salah topik pembicaraan."
Jeanni tertegun. "Maksudnya?"
Syam gitaris tersenyum, "Akh, berpura-pura tidak mengerti kamu."
Harris merasakan dadanya berdebar, melihat Syam berbisik pada Jeanni. Dia cukup pintar membaca untuk tahu bahwa yang sedang dibicarakan Syam dengan Jeanni adalah dirinya. Kemudian dengan sikap ramah dia pamit buru-buru keluar.
Syam terkekeh melihat kebenaran dugaannya.
Jeanni terkejut, dia menilai Harris terlalu terburu-buru pergi. Lalu dia bergegas keluar juga menyusul Harris.
Di luar kamar Harris tidak langsung pergi, berjalan pelan-pelan, dia sengaja berspekulasi, Jeanni pasti menyusulnya. Dan ketika menengok ke belakang dia melihat Jeanni berjalan menyusul.
"Tunggu!" Seru Jeanni. ****