Membicarakan Mamat, penyanyi opening acara Famous Singers of The Hotel. Jandoet semakin bersemangat. Jandoet akan membuat surat permohonan kepada ketua tim penyelenggara, Mirawati, supaya penyanyi bernama Mamat tetap ikut sebagai penyanyi di opening acara.
Latar belakang keseriusannya itu tidak dijelaskan oleh Jandoet, "Apa yang membuat aku interes pada Mamat, kalian tidak perlu tau. Tapi, dengan suratku nanti, serta melihat fakta sambutan penonton, aku berharap kamu menjadi berani mengusulkan Mamat dalam rapat tim," ujar Jandoet.
Kenjo tersenyum setelah mendengar ucapan Jandoet. Lalu melirik melihat pada Jeanni yang duduk di dekat Syam gitaris.
Jandoet meminta Jeanni untuk menulis suratnya cepat jadi, dalam hatinya menginginkan surat itu segera sampai kepada Mirawati. "Sekarang kamu buat konsep, biar diperiksa oleh Syam. Kalau sudah oke, besok aku tandatangan," perintah Jandoet kepada Jeanni.
Melihat perhatian Jandoet kepada Mamat sangat bersungguh-sungguh, Kenjo menjadi berbesar hati. Semangatnya muncul, dia punya rencana disampaikan kepada Jeanni, besok sebelum tim penyelenggara acara famous singers of the hotel mengadakan meeting dia mau berbicara dengan Mirawati. "Bicara empat mata!"
Mereka dalam kamar nomor 19, melewati waktu istirahat selama satu jam membicarakan Mamat penyanyi opening hasil pilihan Kenjo.
Jeanni sudah berpikir membuat konsep surat, mendekati Kenjo akan berbicara, Jeanni menyerahkan konsep suratnya kepada Syam seperti apa yang sudah dikatakan Jandoet. Syam membaca konsep surat, akhirnya hanya membuat Jeanni kesal. Syam membalik-balikan kalimat. Perselisihan pendapat tidak bisa dielakkan antara Jeanni dengan Syam.
Jandoet berdiri dari duduknya, meraih jaket dari gantungan baju lalu mengenakannya. Jeanni dan Syam segera menghentikan perselisihan kata-katanya. Keduanya memandang ke arah Jandoet.
"Kalian selesaikan bikin surat buat ibu Mirawati, besok pagi aku tandatangan," ujar Jandoet, dia ingin menunjukan perhatiannya kepada Mamat tidak hanya sekedar basa-basi kepada kawan dan manajernya.
"Baik," Jeanni langsung menjawab, melirik pada Syam sedang menggaruk-garuk kepala.
"Kamu, mau kemana?" Tanya Kenjo, melihat Jandoet mengenakan baju jaket dia menebak Jandoet akan pergi.
Jandoet merapihkan kerah jaketnya, dengan wajah tidak acuh. "Aku akan pulang, tidur di rumah saja. Kamar hotel ini terlalu sempit untuk kita berempat," lalu senyum Jandoet terlontar untuk semua yang ada di dalam kamar itu.
"Ayo, Jeanni. Kita pulang ke rumah! Biarkan Syam dengan Kenjo tidur di kamar ini," kata Jandoet.
Jeanni langsung senang mendengar ajakan Jandoet tadi. Segera dia mengemasi barang bawaannya, seraya melempar senyum mengolok kepada Syam dengan Kenjo.
Syam dan Kenjo masing-masing mukanya cemberut melihat senyuman Jeanni.
Jandoet berjalan ke luar kamar.
Jeanni masih mengolok Syam dengan Kenjo. "Selamat tidur ya, kalian. Awas jangan bergunjing soal aku. Jeanni manajer Jandoet penyanyi terkenal yang cantiknya melebihi ibu Mirawati."
Syam merangsak berniat mau memegang lengan Jeanni.
Jeanni tertegun, melirik ke arah Jandoet sudah ke luar. Hati Jeanni menciut. Sepontan dia berbalik dan mengeluarkan langkah seribu menyusul Jandoet ke luar.
Melihat Jeanni tergesa pergi takut dipegang, Syam dengan Kenjo tertawa.
"Ternyata Jeanni bisa bercanda, ya?" Kata Kenjo kepada Syam gitaris yang mengaku kenal dengan Jeanni sebelum dijadikan manajer oleh Jandoet.
Dalam hati Syam gitaris terperanjat, kata-kata Kenjo menurutnya menunjukan perhatian khusus kepada Jeanni.
Dia berusaha mengalihkan perhatian Kenjo untuk tidak bicara lagi mengenai Jeanni. Dia memandangi wajah Kenjo. "Aku kurang paham. Yang aku tau Jeanni pribadi yang sangat angkuh."
Kenjo tidak berkata lagi. Hanya kepalanya mengangguk-angguk.
Jam dinding dalam kamar hotel saat itu menunjukan sudah lewat tengah malam, beberapa menit lagi memasuki dini hari.
***
Sekitar jam sepuluh pagi Jeanni datang lagi ke hotel kita, dia langsung menemui Kenjo dengan Syam gitaris di kamar nomor 19. Saat keluar dari lip, beberapa langkah lagi dia berjalan akan sampai di depan kamar, tiba-tiba sedikit inspirasi menembus pikiran Jeanni.
Jeanni urungkan niatnya menemui Kenjo dengan Syam. Segera dia berbalik arah menuju pintu lip. Dia ingin menemui Sunny, supervisor hotel yang berperan sebagai bendahara penyelenggara famous singers of the hotel.
Pintu lip terbuka, Jeanni masuk. Beberapa orang datang terburu-buru dan masuk. Sebentar kemudian pintu lip terbuka, mereka sudah berada di lantai bawah. Satu persatu mereka ke luar dari lip.
Yanto tertegun melihat Jeanni keluar dari pintu lip, berjalan ke arahnya. Ketika beberapa langkah lagi Jeanni akan sampai di depan ruangan informasi, dengan ramah Yanto menyambutnya dan menyapa. "Selamat Siang, ibu Jeanni," ujar Yanto.
"Ya, selamat siang," sahut Jeanni, lalu meminta Yanto untuk menjawab beberapa pertanyaan.
Yanto siap mendengar apa yang akan ditanyakan dengan aneh matanya tak berkedip menatap pada wajah Jeanni.
Jeanni mulai bertanya malu-malu, " Setelah aku dengan Jandoet pulang, apa kamu melihat Kenjo dan kawannya meninggalkan kamar?"
"Tidak,"
"Tadi pagi kamu lihat mereka breakfast?" Jeanni bertanya meneliti.
"Tidak, Kenjo dan kawannya tidak breakfast...," jawab Yanto.
Jeanni tersenyum, dia membuat kesimpulan dari semua jawaban Yanto.
"Berarti Kenjo dengan Syam sekarang masih tidur di kamarnya," ujar Jeanni dalam hatinya yang sedang gembira.
Sebab gembiranya sangat dirahasiakan Jeanni sampai waktunya tiba. Bilamana sudah cukup waktunya, dia akan membolehkan orang mengetahui apa yang selama ini dia kerjakan.
Yanto berpikir Jeanni punya barang tertinggal di dalam kamar nomor 19, dia datang siang ini akan mengambilnya. Maka setelah tanya-jawab dengan Jeanni selesai, dia bertanya. "Apa ibu mau ambil kunci kamar?"
"Kunci kamar, maksudnya apa?" Jeanni bingung, ucapan Yanto tadi membuatnya tidak paham. Setelah dapat penjelasan kunci kamar nomor 19 sudah diserahkan oleh Kenjo dengan kawannya baru dia mengerti mengapa Yanto bicara tentang kunci.
"Jadi, mereka sudah check out?" Jeanni seperti terkejut.
"Iya, mereka check out satu jam lalu," kata Yanto, dia mengambil kunci dari tempat penyimpanan dan menyodorkannya kepada Jeanni yang mulai terpaku di tempatnya berdiri.
Tangan Jeanni menepis sodoran kunci, lalu dengan suara datar dia mengatakan kedatangannya buat menemui Sunny.
Setelah dengan terburu-buru menyimpan kunci ke tempat penyimpanannya lagi, Yanto mengajak Jeanni berjalan menemui Sunny di ruangan kerjanya.
"Maafkan aku, Bu. Aku pikir ibu datang karena ada barang yang tertinggal," sambil berjalan Yanto tidak henti-hentinya minta maaf.
Jeanni hanya melirik dan tersenyum kepada Yanto.
Di depan pintu ruangan kerja Sunny, tangan Yanto mengetuk pintu dan membukanya. Di dalam nampak Sunny duduk di kursi sedang berbicara dengan Mamat.
Tujuan Mamat mendatangi tempat kerjanya Sunny mau menemui Kenjo dan mengambil honor menyanyi kemarin malam.
Jeanni tersenyum melihat Sunny sedang berbicara dengan Mamat.
"O, tidak. Di sini hanya punya tugas membayar biaya tambahan, seperti honor penyanyi opening acara. Kemungkinan terus menyanyi atau tidak ibu Mirawati yang menentukan," kata Sunny kepada Mamat.
Jeanni ragu mau masuk melihat Sunny sedang serius berbicara.
Setelah bicara kemudian Sunny melihat ke arah Jeanni datang, lalu dia menyambutnya dengan suasana hangat penuh keakraban . ***