Chereads / Kamar Hotel.. / Chapter 30 - Tidak Punya Bakat

Chapter 30 - Tidak Punya Bakat

Suasana di loby hotel sudah tidak ramai lagi, Sunny nampak masih berbicara dengan Agung Sutalaksono. Keduanya masih membahas banyak kesan penonton acara Famous Singers of The Hotel berakhir dua puluh menit lalu, dan perkembangan jumlah tamu hotel pun dibahasnya.

Harris keluar dari pintu lip, berjalan melenggang menuju ruangan tempat dimana Sunny sedang ngobrol dengan Agung Sutalaksono.

Melihat kedatangan Harris, Sunny segera melambaikan tangannya memanggil. Dia ingin menyampaikan pesan dari Mirawati yang diterima beberapa menit lalu.

Namun sebelum Harris mendekat Yanto mengambil kesempatan mencari perhatian Sunny, buru-buru menemuinya, dia membuat kesan seolah munculnya Harris dapat dia mencari. "Harris sudah ada, Bu. Ternyata waktu ibu mencari, dia berada di lantai dua," ujar Yanto membuat kesan sudah ikut mencari tahu keberadaan Harris.

Padahal ketika dia ditelepon Mirawati menanyakan Harris, jawabnya gelagapan. Akhirnya Mirawati minta bicara dengan Sunny buat menyampaikan pesan kepada Harris.

Yanto melihat respon Sunny biasa, tidak ada celah waktu buatnya bicara banyak. Sunny seperti tidak ingin diganggu pembicaraannya dengan Agung Sutalaksono, kemudian Yanto pergi kembali ke tempat kerjanya dengan wajah merona.

Setelah jauh berjalan, Yanto menengok ke belakang sebentar melihat Harris sedang menghampiri Sunny. Kemudian keduanya berbicara disaksikan oleh Agung Sutalaksono. Yanto menghela nafas, lalu meneruskan langkah kakinya menuju tempat dia bekerja.

Harris terkejut, mendengar penyampaian kata Mirawati oleh Sunny. Tetapi setelah mendengar banyak yang diucapkan, dia menundukkan kepala.

"Kali lain, kalau mau balik ke hotel lagi kamu ijin dulu kepada ibu Mirawati, jadi dia tidak mencari kemana mobilnya," ujar Sunny.

Harris masih tertunduk, setelah dia tahu Sunny tidak akan bicara lagi dia berani menengadah.

"Sekarang kamu cepat kembalikan mobil, tetangga ibu Mirawati mau pinjam mobil sedang menunggu," kata Sunny.

Harris melihat waktu dari jam tangannya, dia ragu-ragu mau bicara. Waktu sudah menunjukan pukul 00:50.

"Sekarang, Bu?" Tanya Harris, ragu karena dia berpikir sudah lewat tengah malam, Mirawati pun sudah tidur.

"Iya, sekarang. Kamu masih ditunggu, karena jam 01:30 mobil mau mereka pakai," sahut Sunny.

Harris menganggukkan kepala, lalu dia cepat-cepat pergi.

Sunny dengan Agung Sutalaksono tersenyum memperhatikan Harris berjalan cepat.

***

Di dalam kamar nomor 19, Jandoet, Syam gitaris dengan Kenjo dan Jeanni masih terlibat pembicaraan serius.

Jandoet memberi saran kepada Kenjo supaya pria penyanyi opening tetap tampil pada acara Famous Singers of The Hotel. Menurut penilaian penyanyi pria itu memiliki talenta yang bagus.

"Sebagai anggota dari tim penyelenggara acara kamu harus bisa menerima saran aku ini," kata Jandoet.

"Aku juga punya saran yang sama dengan saran Jandoet," Syam gitaris dengan Jeanni mengakui bagusnya talenta yang dimiliki oleh penyanyi pria itu. Sangat disesalkan oleh keduanya sang penyanyi langsung pulang setelah opening acara.

Kenjo secara pribadi sangat menerima saran dari ketiga kawannya itu. Namun untuk menetapkan penyanyi itu selalu tampil pada acara sampai selesai masa kontrak Jandoet, Kenjo perlu persetujuan dari semua anggota tim.

Sampai beberapa saat Kenjo belum mau bicara sinyal persetujuan dengan Jandoet, Syam gitaris dan Jeanni. Dia sedang memikirkan juga penyanyi hasil pencarian Harris. Menurutnya, Harris bisa berulah tidak diinginkan oleh semua orang jika penyanyi hasil mencarinya tidak bisa tampil di opening acara.

Jandoet menjadi tidak sabar melihat Kenjo diam terlalu lama. "Apa yang kamu risaukan?" Jandoet mendesak supaya Jandoet bicara.

"Saya khawatir Harris tidak setuju," kata Kenjo.

"Siapa itu Harris?" Jandoet mengerutkan kedua alisnya. Matanya menatap heran kepada Kenjo.

"Lelaki tadi, yang masuk ke kamar ini terus ke luar ngambek," sahut Jeanni menjawab pertanyaan Jandoet.

"O, jadi lelaki tadi namanya Harris?" Jandoet terperanjat sejenak, sesudah itu dia tertawa terbahak-bahak. "Masa kamu kalah dengan lelaki seperti itu," Jandoet memberi komentar kepada Kenjo.

"Harris orang dekat dengan bohir hotel kita, dia bisa bicara banyak hal yang akhirnya bisa merugikan saya..," kata Kenjo menjelaskan posisi Harris dalam manajemen hotel, kepada Jandoet.

Mata Jandoet melotot kepada Kenjo, hatinya seperti tidak setuju mendengar ucapan Kenjo tadi. "Maksud kamu apa?! Kamu mau bilang Harris dekat dengan Bohir, sedangkan Kenjo ini apalah... apalah, begitu!?" Ujar Jandoet, kurang suka dengan sikap pertimbangan Kenjo seperti itu.

Menurut pendapat Jandoet, karier dalam berkesenian selalu ada kejujuran, obyektif. Yang memiliki talenta bagus dia punya peluang buat populer. Orang tidak punya talenta tidak punya kans buat jadi populer.

Kenjo menarik nafas dalam. Dia seperti diberi pencerahan oleh Jandoet.

"Soal penyanyi hasil rekrut Harris, aku pikir sudah sepakat dia harus mengikuti latihan intensif selama satu Minggu berturut-turut," ungkap Jeanni kepada Kenjo.

Jeanni mencoba mengungkapkan perihal dukungannya buat pria penyanyi opening acara kepada Kenjo. Tetapi kemudian dia menyampaikan keanehannya. "Penyanyi pria itu hasil besotan kamu, tapi soal nama masih kamu rahasiakan," ujar Jeanni.

Kenjo tersenyum, sebentar melirik melihat wajah kawannya satu persatu. Kemudian bercerita bagaimana dia bisa bertemu dengan penyanyi pria berbakat itu. "Namanya, Mamat," kata Kenjo.

Bakat menyanyi Mamat menurut teman-temannya sangat bagus. Dia sering menyanyi di cafe di sekitar batas kota buat mendapat minuman gratis. "Saya berkenalan dengan Mamat di cafe itu," ujar Kenjo, mengenang saat berkenalan.

Ketika Kenjo coba-coba menawarkan menyanyi di opening acara Famous Singers of The Hotel, tanpa berpikir lagi Mamat langsung menerima tawaran itu.

Rasa gembira yang luar biasa terlihat dari ekspresi wajah Mamat, tapi sebentar kemudian dia terlihat merenung, dia mengakui tidak percaya diri bila ada master ceremony memperkenalkan kepada penonton sambil menyebutkan nama Mamat.

"Itulah sebabnya, mengapa tadi aku minta kepada master ceremony jangan memperkenalkan namaku," kata Mamat.

"Kenapa?"

"Aku lagi mencari nama penyanyi yang bagus, tapi sampai sekarang belum dapet," Mamat malu-malu ketika itu, ujar Kenjo.

"O, jadi itu sebabnya tidak pakai nama?" Jeanni dengan Syam gitaris mulai paham.

Kata Kenjo, ada kesepakatan bila Mamat mendapat sambutan bagus dari penonton dan diterima sebagai penyanyi opening Famous Singers of The Hotel, dia akan memberi nama artis buat Mamat.

"Aku akan membantu mencarikan nama," ujar Jandoet, dia punya rencana membuat Mamat menjadi penyanyi ternama.

"Bila tim penyelenggara tidak menyetujui Mamat jadi penyanyi opening selanjutnya, aku siap menampungnya," Jandoet tidak main-main. Dia sudah memperhitungkan berbagai kemungkinannya.

"Setuju banget aku, keputusan kamu sudah tepat," sahut Syam gitaris, mendukung Jandoet tidak hanya di mulut. Terlihat dari sikapnya yang penuh semangat.

Kenjo terpesona melihat semangatnya Jandoet dengan Syam gitaris memberi dukungan buat Mamat.

"Kamu harus bisa mengusulkan Mamat menjadi penyanyi tetap di opening acara," kata Jeanni.

Kenjo terdiam dalam pikirannya tegang. Harris dengan karyawan hotel yang direkrut untuk jadi penyanyi opening masih menghantui pikirannya. ****