Harris berjalan, mendengar suara Jeanni berseru kemudian berhenti dan membalikan badannya seraya bersandar pada dinding dengan wajah angkuh. Dia masih tersinggung karena Jeanni bisik-bisik bicara dengan Syam gitaris. Namun hatinya masih ingin bicara berdua bersama Jeanni.
"Ada apa kamu menyusul ku?" Tanya Harris, wajahnya cemberut. Sebentar melirik melihat wajah Jeanni, kemudian berpaling melihat ke arah pintu lip
Jeanni bersikap tenang, menjaga emosinya supaya tidak terpengaruh dengan keangkuhan Harris. Matanya sejuk menatap pada muka Harris, mengamati ekspresinya. Dia paham Harris sedang tersinggung karena percakapannya dengan Syam gitaris. Lalu dia mencoba memberikan penjelasan. "Syam bicara soal artis lokal, tidak membicarakan kamu. Dimana letak kesalahannya?"
Harris menengok, menatap muka Jeanni.Tetap diam dan tidak berkata apa-apa.
Jeanni menajamkan perhatian pada Harris, dan memikirkan apa yang akan dikatakan selanjutnya buat melunakkan Harris yang pelit bicara. "Aku sekarang jadi mengerti kamu," ujar Jeanni, dengan ucapan seperti ini firasatnya mengatakan Harris berbaikan kembali.
Sebuah senyum tipis terlihat di muka Harris, matanya menatap pada Jeanni. Dia terusik dengan ucapan tadi dari Jeanni. "Kamu mengerti apa tentang aku?"
Kemudian jawaban yang menohok keluar dari mulut Jeanni. "Kamu cemburu pada Syam!"
Seketika, wajah Harris merona. Bicara mangkir, tetapi hatinya gembira. Dia berpikir senang isi hatinya sudah dipahami oleh Jeanni. "Apa alasanku cemburu?"
"Ala, kamu jangan bohongi perasaanmu sendiri," kata Jeanni. Hatinya kembali seperti biasa melihat Harris sudah mau bicara lagi walau situasi masih canggung.
Harris tersipu malu, dengan kepala menunduk. "Akh, bisa aja. Kamu..."
Jeanni sudah mengira, ngambeknya Harris bisa diatasi dengan perkataan lembut dan sikap manis nan menggoda. Tipe lelaki seperti Harris kelemahannya gampang tergoda, gampang jatuh cinta dan gampang cemburu. Meskipun begitu, dia akan membuat Harris tetap dihargai dengan menyimpan rahasia kelemahannya.
"Masa sih?"
Harris akhirnya menengadah dan memandang Jeanni, dengan tenang mengakui kalau ucapan Jeanni memang tepat, dikatakan memang saat ini sedang ada perasaan cemburu di hatinya, semua itu akibat dari melihat kedekatan Jeanni dengan Syam. "Kalau mau bermesraan janganlah di depanku," ujar Harris, wajahnya yang tegang terlihat lebih kalem.
"Siapa yang bermesraan? Pikiran kamu saja kerdil," sahut Jeanni, "Kali lain kamu jangan punya perasaan seperti itu, ya," suara Jeani terdengar lembut.
Harris merasakan sentuhan lembut di hatinya.
Suasana sepi, Harris dengan Jeanni merasa romantis. Keduanya memilih bertahan tidak beranjak dari tempat itu yang menyerupai lorong, jalan menuju pintu lip antara kamar-kamar di lantai dua. Kalau pagi hari saat waktunya breakfast lorong itu banyak dilalui tamu hotel menuju pintu lip.
"Kita kembali lagi ke kamar, yuk?" Ajak Jeanni seraya memegang lengan Harris dan mentarik-tariknya.
"Tidak mau. Aku malu sama Jandoet dan Syam," Harris menolak ajakan.
Jeanni melepas pegangannya, kedua alisnya berkerut, tajam tatapan matanya.
"Kalau kamu tidak mau lagi masuk ke kamar, aku tidak akan memaksamu!" Ujar Jeanni terdengar kesal suaranya.
Ketika Jeanni berbalik mau pergi kembali ke kamar, lengannya terasa dipegang dan ditarik Harris. Jeanni berbalik jadi berhadapan. Tatapan mata Harris terasa menusuk hati.
Pada saat itu, di ujung lorong, pintu lip terbuka. Keluar Kenjo dari lip. Kemudian dia berjalan di lorong menuju kamar nomor 19, dia melihat Harris dengan Jeanni, sedang berpegangan tangan dengan wajah saling menatap. Seperti sedang saling berjanji.
Harris dengan Jeanni menyadari ada suara kaki orang berjalan. Keduanya langsung melepas pegangan tangannya masing-masing.
"Astaga naga, bikin kaget aja!" seru Harris dengan Jeanni. Matanya terbelalak melihat Kenjo tersenyum berjalan menghampiri.
"Ternyata kamu ada di sini," ujar Kenjo kepada Harris, "Tadi dicari oleh ibu Sunny."
Harris tidak segera menyahut, kelihatannya dia sedang mempertimbangkan apakah tetap bersama Jeanni atau pergi menemui Sunny.
Jeanni tercengang, Harris memilih pergi untuk segera menemui Sunny.
Kenjo tersenyum melihat Harris setelah berpamitan berjalan tergesa-gesa menuju pintu lip.
Setelah melihat Harris masuk lip, Jeanni langsung memalingkan kepalanya dan bicara kesal kepada Kenjo. "Jika bukan karena kamu, aku tidak mau dekat-dekat Harris! Aku mau mundur saja."
Kenjo tercengang. "Tidak bisa!"
"Kenapa tidak bisa?"
"Itu namanya keputusan sepihak."
"Pokonya aku mau mundur," Jeanni bersikeras.
Namun Kenjo hanya tersenyum, "Tapi saya lihat tadi cukup bagus, kamu memang berhak dapat hadiah itu."
Jeanni melotot, "Apa yang kamu lihat? Kamu jangan punya pikiran mesum!"
Sambil menggelengkan kepala Kenjo melempar senyum kepada Jeanni. Setelah itu dia berjalan menuju depan pintu kamar nomor 19.
Jeanni mengikuti Kenjo, berjalan di belakangnya.
Kenjo membuka pintu kamar, nampak di dalam Jandoet tengah berbicara dengan Syam gitaris. ****