Chereads / Kamar Hotel.. / Chapter 24 - Setelah Jadi Bingung

Chapter 24 - Setelah Jadi Bingung

Mencari karyawan hotel yang memiliki bakat menyanyi bisa dibilang sulit, tetapi Harris dengan gampangnya mengatakan mencari orang berbakat menyanyi itu sangat mudah. Dia berkata seperti itu dalam hatinya sangat berharap mendapat kepercayaan dari semua peserta meeting. Kesempatan seperti ini yang bisa membawa kehidupannya berubah. "Pencari bakat ibarat berjudi, bila menemukan orang berbakat langsung naik daun dia pun ikut terkenal dan bisa hidup senang. Aku bisa hidup terkenal dan senang," Harris berfantasi.

"Aku menawarkan diri sebagai pencari bakat di internal hotel kita, bagaimana? Apakah forum meeting ini bisa menyetujui ?".

Tetapi Harris sepertinya akan menghadapi persoalan lain. Semua peserta meeting tersentak, tidak setuju.

Fantasi Harris menjadi pencari bakat sukses menghilang dalam benaknya, bersamaan dengan itu muka Harris nampak cemberut.

"Kepandaian dia dalam urusan menyanyi seperti apa!?" Semua orang berpendapat dan melihat kepada Harris dengan pikiran tidak percaya.

Jeanni mendukung Harris, dalam forum meeting dia begitu gigih bicara supaya semua orang percaya Harris punya kemampuan sebagai pencari bakat.

Perdebatan sengit muncul dalam forum meeting, Kenjo dengan Jeanni.

"Jadi pencari bakat menyanyi dia harus punya bakat menyanyi juga," kata Kenjo dan langsung Sunny, Mirawati serta Agung Sutalaksono punya pendapat yang sama dengan Kenjo. "Pendapat dari Kenjo benar, kami juga berpikir seperti itu," kata Mirawati.

Jeanni melotot kepada Kenjo, dia melempar isyarat supaya Kenjo tidak menyampaikan opininya yang bisa menghalangi keinginan Harris.

"Pendapatku, Harris dikasih kesempatan dulu. Tanpa dikasih kesempatan kita tidak bisa menilai apakah dia bisa atau tidak," Jeanni bertahan dengan pendapatnya. "Aku percaya semua orang dalam forum meeting ini punya prinsip menyampaikan pendapat berdasarkan fakta."

"Betul itu," ujar Agung Sutalaksono. "Sekarang apa yang mau kita komentari dari Harris?" Akhirnya memberi saran supaya semua orang mau memberi kesempatan buat Harris. "Aku ikut pendapat Jeanni, pencari bakat ialah Harris."

Semua orang menghela nafas, mereka melihat kepada Agung Sutalaksono. Setelah beberapa saat kemudian terdengar Mirawati bertanya seperti apa proses pencarian bakat itu.

"Gampang, sangat gampang. Proses pencarian bakat karyawan ini tidak akan mengganggu pekerjaannya," sahut Jeanni.

Sebenarnya Kenjo berpura-pura menyanggah Harris ditunjuk sebagai pencari bakat supaya orang tidak curiga kalau Harris direncanakan jadi pencari bakat. "Jaman sekarang kalau terpilih menjadi orang punya jabatan dikondisikan terlebih dahulu," Kenang Kenjo teringat pada ucapannya kepada Jeanni beberapa hari lalu.

Mata Kenjo melirik, melihat Mirawati dan Agung Sutalaksono sama-sama terdiam. Keduanya seperti sedang memikirkan ucapan Jeanni. Sementara Sunny bergeser duduk mendekati Harris bicara pelan. Kenjo tersenyum lalu bicara. "Saya suka kata-kata Kamu!" Mata Kenjo menatap Jeanni, lalu kepalanya ke pundak kanan, matanya melihat pada muka orang-orang yang duduk di sebelah kanannya. "Harris cocok diberi tugas pencari bakat, dia bisa bertanya mengenai pencari bakat itu dari Jeanni."

Harris tersenyum kepada Kenjo, matanya berkaca-kaca dengan hati terharu bahagia. Dia merasa beruntung mendapat dukungan dari Jeanni dan Kenjo.

Semua orang tampaknya mengikuti apa yang sudah disampaikan oleh Jeanni dan Kenjo, sehingga mereka segera memutuskan Harris sebagai pencari bakat.

Harris mendongak, membalas orang-orang yang memilihnya dengan senyuman. Dia tanpa sadar menunjukan kesombongan, "Mereka yang aku pilih nanti ketika tampil menyanyi di atas panggung bisa mengalahkan penyanyi Jandoet."

Mirawati masih meragukan kemampuan Harris mencari orang berbakat menyanyi. "Jika kenyataannya Harris tidak bisa kerja nanti yang saya salahkan Jeanni dengan Kenjo," ujar Mirawati sambil bergurau.

Semua orang tertawa, mereka melihat Jeanni.

"Oke kalau begitu...selamat bekerja Harris," pilihan terakhir menurut Mirawati karena kekurangan orang untuk tim Kenjo.

***

"Apa aku melakukan kesalahan?" Jeanni bertanya kepada Kenjo dengan wajah lelah setelah mengikuti meeting. Kemudian dengan suara dingin dan dalam dia bercerita tentang dukungannya kepada Harris.

Kenjo menatap Jeanni.

"Sebentar lagi lelaki tengil itu akan sibuk mencari karyawan hotel yang berbakat menyanyi, kamu bisa tenang tanpa dicemburui berkomunikasi dengan ibu Mirawati."

Kenjo tersenyum lebar. "Oke, terimakasih."

Jeanni membalas senyuman. "Aku harap kamu tidak lupa dengan ucapan kamu sendiri."

Dalam sekejap Kenjo mengingat kembali seluruh percakapan yang mengajak Jeanni supaya memperdaya Harris dengan kepalsuan. "Saya masih ingat, tentang hadiah pun masih ingat."

Jeanni tersenyum lalu mengangkat tangan kanannya. "Tos dulu," ujar Jeanni.

Kenjo tertawa pelan dan tangannya mengikuti gerakan tangan Jeanni. Pok!setelah tos jantung Kenjo berdebar, teringat perbuatan bohong yang diucapkan supaya Jeanni mau mendekati Harris.

Jeanni mengharapkan hadiah yang dijanjikan untuknya. Tidak peduli dia harus total berakting. Jeanni merasa sangat memerlukan uang hadiah untuk membeli tas seperti tas milik Mirawati, tas idamannya yang sering terbawa mimpi.

Pagi-pagi, Harris menemui Jeanni di rumah Jandoet. Namun ketika Harris berada di teras rumah Jeanni tidak membiarkan Harris berlama-lama ngobrol. Harris tercengang sambil tertawa, "Apakah ada orang lain yang mau datang kemari?"

"Tidak ada," ujar Jeanni

Harris melirik Jeanni sekilas, tatapan Harris membuat Jeanni senang.

"Oh Tuhan! Dia ternyata cantik dan tidak galak," pikir Harris.

"Kamu sudah bisa cara mencari orang berbakat menyanyi?" Jeanni mengalihkan pembicaraan.

Harris ragu sejenak. "Belum, aku masih bingung."

Jeanni tertawa. "Aku mengerti kedatangan kamu sekarang." ****