Chereads / Kamar Hotel.. / Chapter 23 - Kacau Sedikit

Chapter 23 - Kacau Sedikit

Manajemen hotel kita seperti sedang perang, satu Minggu menjadi berita di media cetak dan elektronik.

Tiga hari kemudian iklan berukuran seperempat halaman koran, satu halaman majalah, spot iklan radio delapan kali perhari, gambar raksasa di tempat-tempat ramai menjadi perhatian orang banyak.

"Hotel kita menjadi perbincangan orang," kata Agung Sutalaksono bicara pada kegiatan meeting evaluasi.

Proyeksi yang disampaikan Agung setelah satu bulan pemasangan iklan dan gelaran event menjadikan kamar hotel akan selalu habis dibooking pelanggan.

"Tetapi situasi seperti itu berapa lama?" Mirawati meminta supaya Agung menjelaskan lebih rinci. Dia ungkap kekhawatirannya. Yang dia takutkan setelah hotel ramai satu Minggu kemudian kembali sepi.

Agung Sutalaksono mengangkat jempol tangan buat Mirawati yang ungkapkan kekhawatiran, kemudian dia bicara lagi menjelaskan kepada peserta meeting.

Menurut Agung Sutalaksono kegiatan periklanan, publikasi, sifatnya memberitahu atau mengingatkan khalayak bahwa hotel kita memiliki fasilitas dan pelayanan yang bagus. "Inti yang ingin aku sampaikan setelah event, publikasi dan iklan kita sukses manajemen tidak boleh puas dengan kebijakan pelayanan yang ada, manajemen juga harus membuat evaluasi kepuasan orang menginap di hotel," kata Agung Sutalaksono.

Sejak berita hotel kita mewarnai halaman koran dan majalah serta pemasangan Adlib[1] di radio berturut-turut menurut penilaian Agung Sutalaksono posisi hotel menjadi hotel prestise. Kata Agung, "Sekarang mari sama-sama melihat kembali proposal awal, lihat pada halaman 8, target yang hendak diraih."

Peserta meeting evaluasi masing-masing pegang satu buku proposal dengan warna sampul biru. Mereka seperti belajar dalam kelas dengan dosen membuka buku diktat. Membuka halaman dan membacanya.

Kemudian mereka mendengar Agung menutup pembicaraan, "Tetapi walaupun proposal bagus, perencanaan hebat, akhirnya perlu juga menyertakan faktor keberuntungan sebesar 20%."

Semua peserta meeting evaluasi tampaknya menjadi paham penjelasan Agung Sutalaksono, sehingga mereka mengerti dengan baik dari penyelenggaraan event dan pemasangan iklan yang luar biasa beraninya. Mirawati tersenyum, "Penentu keberhasilan sebuah usaha ternyata faktor keberuntungan."

Agung melihat kepada Mirawati sedang menengadah dan tersenyum ke arahnya. "Betul!"

Di saat semua peserta meeting evaluasi terlibat pembicaraan, sementara Harris menatap Mirawati kemudian menatap pada Kenjo. Harris mengawasi bila ada pria bercakap-cakap dengan Mirawati.

Harris menarik nafasnya, tersenyum menatap Mirawati. Hatinya berdoa agar tidak ada pria yang dikenal selalu bicara dengan Mirawati.

Harris mengenangnya mimpi bersama Mirawati, mimpi di dalam mobil beberapa bulan lalu. Dia berkhayal sendiri di saat meeting evaluasi muncul saran dan perbaikan event.

"Publikasi dan iklan serta gambar-gambar raksasa tidak boleh diganti. Yang perlu dipikirkan bersama soal opening acara penampilan artis Jandoet ke depan," kata Jeanni. Dia meminta sebelum Jandoet tampil, diawali dulu dengan penampilan penyanyi lokal dengan beberapa lagu.

"Konsep pertunjukan perlu diganti, sebelum orang merasa bosan," kritik Jeanni.

"Menghadirkan penyanyi lokal?!" Semua anggota tim penyelenggara kemudian terdiam. Mereka masing-masing dalam hatinya mengaku Alfa. Tetapi untuk mengikuti saran Jeanni tidak semudah yang dibayangkan. "Penyanyi lokal juga perlu dikasih honor, tapi budget nya tidak ada," sahut Agung Sutalaksono.

Ada juga dari mereka mengungkapkan tidak punya koneksi dengan penyanyi lokal. "Bila penyanyi lokal sangat diperlukan, kita mohon waktu buat mencarinya. Ini juga bisa kita laksanakan bila ibu Mirawati menyetujui."

Mirawati tersenyum, dia berpikir bila semua untuk kemajuan hotel kita dia akan selalu setuju. Tapi dia belum mau bicara.

"Acara sudah berjalan lama, apa mereka mau direkrut?" Harris mulai bicara. "Penyanyi opening kita ambil dari karyawan hotel yang bisa menyanyi."

Semua orang tersenyum meremehkan.

Jeanni menilai Harris cuma asal bicara, tidak didasari dengan pengetahuan dunia penyanyi, tapi ada benarnya juga. Lalu dia tersenyum. "Direkrut menyanyi di acara kita pasti mereka mau. Tapi saran dari Harris perlu juga dipertimbangkan."

Harris tersanjung oleh ucapan Jeanni, lalu tak segan-segan dia tersenyum manis. "Perempuan cantik pasti mendukung usulanku," ujar Harris dalam hati. Dia mengangkat jempol ditunjukan kepada Jeanni, senyumnya seperti tidak mau berhenti.

Jeanni tidak menanggapi.

Kenjo dengan Sunny terbelalak melihat Jeanni merespon usulan Harris. Keduanya melirik pada Harris dengan muka cemberut.

Beberapa saat Agung berunding dengan Mirawati. Mereka duduk berdekatan, serius berbicara.

Jeanni melanjutkan bicara, "Sebaiknya ada orang khusus yang membuat kreatif acara supaya acara kita ini yang lamanya 4 bulan tidak monoton."

Perundingan Agung Sutalaksono dengan Mirawati menyepakati buat mengambil saran dari Harris. Penyanyi opening dari karyawan hotel. Besok mulai diumumkan supaya karyawan yang memiliki hoby menyanyi bisa daftar pada tim pelaksana event. "Baiklah, soal penyanyi opening sudah disetujui oleh ibu Mirawati," ujar Agung Sutalaksono.

Harris membelakkan kedua matanya, hatinya mendadak gundah, melihat Agung Sutalaksono duduk di samping Mirawati. "Sejak kapan dia pindah tempat duduk!?" Harris tidak berkedip memandang pada Mirawati dengan Sutalaksono.

"Penyanyi opening dua orang, satu penyanyi asli, satu lagi karyawan hotel," kata Agung Sutalaksono. "Sunny tugas mencari karyawan hotel yang bisa menyanyi, Kenjo mencari penyanyi lokal."

Harris masih cemberut, dia sinis melihat pada Agung Sutalaksono. ****