Sunny tidak bisa menahan keinginan foto dengan Jandoet, semua orang yang ada di ruangan kerja Mirawati memperhatikan dia. "Aku ini penggemar berat Jandoet, album-album lagunya aku koleksi di rumah," kata Sunny sambil mengambil kamera pocket dari tasnya. Kemudian menyerahkan kamera kepada Jeanni meminta buat memotretnya.
Jeanni tersenyum senang, tanpa berpikir lagi dia menerima kamera dari Sunny. Memeriksa kamera sebentar sesudah itu melihat Sunny duduk di sebelah Jandoet. "Sambil senyum dong," Jeanni mengarahkan kamera. Cekrek! Cekrek! Dan bersamaan suara itu lampu blitz menerangi.
Syam gitaris diam-diam mengamati Sunny, dia mendapatkan kesan luar biasa dari penampilan dan kecantikan Sunny. Kemudian setelah melihat Jeanni selesai memotret dia berpura-pura gabung untuk difoto.
"Dasar lelaki," gerutu Jeanni dalam hati. Dia tahu gerak kemana tujuan hati Syam
gabung ikut foto bersama. "Tidak seru kalo kamu foto bersama Jandoet," kata Jeanni.
"Maksud kamu apa?" Syam pura-pura protes kepada Jeanni.
Jeanni tersenyum, sambil bicara dalam hati, "Aku tau kamu pengen foto bareng Sunny, Syam."
Melihat tatap mata dan senyuman Jeanni mendadak Syam jadi gundah, "Apes aku, Jeanni tau niatku dari foto bersama aku ingin punya foto Sunny."
"Sekarang kamu berdiri di sebelah Sunny," ujar Jeanni menarik lengan Syam dan mendorong ke dekat Sunny.
"Ikh apa sih ini?," Sunny kaget melihat Syam berdiri di sebelahnya. Lalu melihat Jeanni sedang mengarahkan kamera ke arahnya.
"Kamu senyum dong," ujara Jeanni mengarahkan Syam. "Satu...dua .."
"Tunggu. Tunggu!" Seru Sunny dengan segera dia berpose berdampingan dengan Syam.
"Satu, dua, tiga!" Ceklek, Jeani memotret Syam dengan Sunny berdampingan.
"Sekali lagi, sekarang pose hotel kita hebat," kata Syam mengangkat jempol tangannya sebelah kanan. Meminta Sunny supaya mengikuti.
Beberapa menit kemudian Syam dengan Sunny wajahnya merah malu, berpose saling mengangkat jempol tangan.
Ceklek!
"Sudah!" Jeanni segera menyerahkan kamera kepada Sunny.
"Terimakasih,ya" kata Sunny kepada Jeanni.
Syam menatap Sunny, "Kalau sudah diapdrek aku minta satu fotonya," ujar Syam. Dia bermaksud membuka pembicaraan supaya dapat ngobrol. Namun Sunny terburu-buru menghampiri Harris dengan Yanto berdiri depan pintu.
"Penataan ruangan loby sudah kelar," kata Harris kepada Sunny. Namun matanya melirik ke arah Mirawati yang sedang berbicara kepada Jandoet, Agung Sutalaksono, Syam, Jeanni, Kenjo.
Kenjo yang sedang mendengarkan Mirawati berbicara, melirik ke arah pintu melihat Sunny tengah berbicara dengan Harris dan Yanto. Dia berpendapat Harris dan Yanto sudah menyelesaikan pekerjaan menata tempat buat acara di ruangan loby, segera dia bicara kepada Agung Sutalaksono yang duduk di kursi sebelahnya.
"Harris dengan Yanto sudah datang," kata Kenjo kepada Agung.
Agung mendongakan kepala melihat ke arah Harris, setelah itu dia berdiri.
"Baiklah, sekarang kita kembali ke rungan loby lagi, tempat buat acara penandatanganan kontrak sudah disiapkan," ujar Agung Sutalaksono, semua orang berdiri dari tempat masing-masing.
Kenjo melambaikan tangan memanggil Sunny, setelah yang dipanggil mendekat dia menyuruh untuk membawa dua stopmap dari atas meja kerja Mirawati.
"Kamu yang bawa stopmap duluan ke lokasi, nanti ditaruh di atas meja yang ada kursinya tiga," ujar Agung kepada Sunny sedang memegang stopmap.
Setelah Sunny pergi, Agung mengajak Jandoet dengan Mirawati berjalan menuju ruangan loby, kemudian Jeanni, Kenjo, Syam gitaris mengikuti di belakang.
Sunny meletakan stopmap di atas meja, setelah itu memperbaiki letak tiga kursi. Wartawan melihat itu sebagai tanda acara segera akan dimulai, mereka berjalan mendekati supaya saat meliput acara posisi dekat dengan meja itu.
Tidak lama kemudian artis Jandoet dengan Mirawati didampingi Agung datang, para wartawan mengarahkan kameranya fokus pada Jandoet dengan Mirawati. Saat itu cahaya lampu Blitz seperti kilat menyambar menerangi wajah Jandoet dengan Mirawati.
Segera Jandoet meraih kursi dan duduk, Mirawati duduk di kursi sebelah Jandoet. Cahaya lampu Blitz mulai berkurang. Agung Sutalaksono memilih berdiri menyampaikan prolog acara, tapi karena merasa kakinya pegal akhirnya dia duduk di sebelah Mirawati.
Harris dengan mata melotot memperhatikan Agung duduk di sebelah Mirawati. Kedua telinganya tidak mau mendengar apa yang sedang diungkapkan Agung.
"Sekali lagi kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan wartawan, mayarakat penggemar artis Jandoet yang hadir di sini," ujar Agung Sutalaksono.
Acara penandatanganan kontrak itu wartawan menyebutnya sebagai konprensi press. Hotel kita mengontrak artis ternama untuk menghibur tamunya.
Dua hari kemudian, beberapa koran dan majalah memuat berita artis Jandoet akan menghibur tamu hotel kita setiap malam Minggu.
Melihat banyak koran dan memuat berita tentang hotel kita, Mirawati sangat senang. Kemudian meminta Agung dengan Kenjo supaya memikirkan penyiar iklan di radio swasta dan RRI serta koran dan majalah.
Persiapan membuat kreatif iklan, Agung Sutalaksono menyewa seorang fotografer profesional untuk pemotretan Jandoet. Mirawati tidak ingin foto sebagai illustrasi iklan dari hasil pemotretan asa-asalan. ****