Mirawati diakui oleh Jeanni sebagai wanita yang penuh dengan kejujuran dalam dirinya. Cantik dan bersahaja, dia selalu konsekwen dengan ucapannya.
"Nanti satu hari sebelum penyelenggaraa event, kamar nomor 19 biarkan kosong," kata Mirawati kepada Sunny, setelah itu dia menoleh ke belakangnya untuk meraih tas berwarna cokelat terbuat dari kulit asli di atas meja tempat menyimpan mesin ketik elektrik brother.
Mata Jeanni terpana, melihat tas milik Mirawati sangat mirip dengan tas yang selama diimpikan, yang selama ini dia masih menabung untuk bisa membelinya.
Setelah meraih tas, Mirawati menatap Jeanni. Lalu menawarkan payment down. "Mau pakai uang kartal apa giral?
"Bebas, Bu.... mau bayar pakai uang kartal boleh, mau pakai giral juga boleh..pokonya apa yang ditawarkan oleh hotel kita tidak bisa kami menolak," sahut Jeanni.
Mirawati mengeluarkan buku check dari dalam tas itu, semua mata memandang, melihat tangan Mirawati membubuhkan tulisan di atas selembar check. Dua puluh juta rupiah. Sesudah itu dia menyerahkan kepada Jeanni.
Kenjo senang,semua orang juga senang melihat Mirawati menyerahkan check itu kepada Jeanni. Kemudian terlintas di benak mereka sebuah event bergengsi yang akan mengundang banyak perhatian manusia.
Lama Jeanni mengamati check, keningnya berkerut melihat angka dua puluh juta rupiah.
"Cepat simpan ke dalam tasmu, jangan diliatin aja checknya," dengan suara pelan Kenjo menyarankan Jeanni.
Wajah Jeanni berubah sedikit merah. Dia merasa dianggap seperti orang baru melihat kertas check. "Apa'an sih Kenjo ini, pake nyaranin aku segala," gerutunya.
Sunny, Mirawati dan Harris melihat Jeanni, mereka tersenyum melihat perubahan Jeanni setelah diberi saran oleh Kenjo.
Jeanni melirik wajah mereka satu-persatu, Harris dengan senyum menggoda membuat Jeanni merasa tidak nyaman berada di ruangan kerja Mirawati, dan ingin berpamitan. "Apakah sekarang boleh berpamitan?" Kata Jeanni membuat mereka tersentak.
"Mau kemana?" Sunny mengamati Jeanni.
"Iya, mau kemana buru-buru," sahut Mirawati menatap Jeanni. Sebenarnya masih ingin bercakap-cakap lebih lama lagi. "Apa kamu juga mau ikutan pamit?" Tanya Mirawati kepada Kenjo, tapi belum sempat yang ditanya menjawab dia bicara lagi, "Baiklah, tapi besok datang lebih pagi. Ruangan untuk kerja tim sudah tersedia."
"Saya harus mengantar Jeanni pulang," ujar Kenjo. Melihat ekspresi Jeanni berubah sedikit tenang, "Kalau pulang tidak diantar saya khawatir dia kesasar di jalan," ujarnya lagi sambil menatap wajah Jeanni.
Pada saat itu Harris berkata, "Betul, jaman sekarang wanita cantik bila pulang harus diantar." ujarnya Harris menggoda.
Ekspresi Jeanni berubah, ucapan Harris membuat wanita-wanita mengerutkan kening. Mereka tahu Harris ini seringkali bicara semaunya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Menyebalkan!" Jeanni menggerutu. Dia ingin menimpali kata-kata Harris tapi penuh keraguan, dia mengira Harris punya posisi jabatan penting di hotel kita. Senyum palsu akhirnya dia mainkan menghadapi Harris menjadi lebih mudah.
Dengan cepat Harris mengalihkan pandangannya, melihat wajah Jeanni senyumnya berkembang. Senyum itu seperti sedang menebarkan pesonanya memanggil-manggil jiwa Harris.
Kenjo menyadari sedang ada permainan senyum antara Jeanni dengan Harris. Pada akhirnya dia mengetahui Jeanni sedang memainkan senyum palsu.
"Mainkan terus Jeanni, mainkan. Bikin dia tidak berkutik lewat senyuman kamu," ujar Kenjo kepada Jeanni di perjalanan pulang ke rumah Jandoet.
Jeanni awalnya mengerutkan bibir mengingat situasi tadi di ruangan kerja Mirawati, merasa agak kecewa. "Berengsek kamu," kata Jeanni tanpa ekspresi.
Kenjo melihat wajah Jeanni. Dia mengulangi kata-katanya yang tadi, "Mainkan, Jeanni. Kamu akan merasakan yang di dapat dari permainan senyum palsu."
"Apa'an sih."
"Yang tadi di ruangan kerja Mirawati," ujar Kenjo.
Jeanni termenung, mengingat-ingat sesuatu.
"Saya tahu kamu tadi memainkan senyum palsu kepada Harris." ujar Kenjo.
"Terus kamu mau apa?" Tanya Jeanni.
"Kalau kamu bisa memainkan senyum palsu dengan Harris hadiah menanti kamu," jawab Kenjo
Jeanni membelalakan mata. "Okh, benarkah itu?"
"Ya, kamu harus mempercaya itu," kata Kenjo. Saat itu benaknya sedang menyusun rencana dengan mengarang cerita:
Harris dikenal lelaki tidak mempunyai rasa malu, tidak mau bercermin. Selama ini selalu menggoda Mirawati dan menurut kabar burung Harris diam-diam menyimpan perasaan cinta juga kepada Majikannya itu.
Rasa takut sesuatu hal yang tidak diharapkan bisa muncul, Mirawati ingin membuat rencana menghindar dari Harris.
Dia mencari wanita yang punya kemampuan mengundang perhatian Harris, mau mengerjakan sampai dia mendapat seorang pendamping. Dia akan memberikan hadiah sebagai ucapan terimakasih.
Jeanni masih akan memikirkan tawaran tadi, dia perlu waktu untuk berpikir soal itu.
Kenjo melihat kesediaan Jeanni sebagai titik awal menuju suasana tenang dan damai. Segala urusan dengan Mirawati yang memerlukan waktu lama dapat berjalan dan sukses tanpa ada halangan yang dibuat oleh Harris dengan dasar cemburu.
"Tapi permainan ini hanya kita berdua yang tahu," ujar Jeanni.****