Pagi jam 07.30
Jeanni berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar Jandoet. Kadang-kadang dia berdehem, dia berpikir dengan berdehem bisa membangunkan Jandoet dari tidurnya.
Namun setelah beberapa lama pintu kamar tetap tertutup, tidak ada tanda-tanda Jandoet bangun membukanya.
Kemudian dengan tidak bersemangat Jeanni berjalan menuju ruangan makan untuk sarapan. Dengan raut wajah kesal Jeanni menggeser kursi dari pinggir meja makan, lalu duduk. Dia memanggil asisten rumah tangga minta dibikinkan four C Soto Ayam kesukaannya.
Datang Kenjo dari kamarnya, menggeser kursi depan Jeanni lalu duduk. Memandang muka Jeanni sedang gusar, tak lama kemudian membuka mata lebar-lebar melihat asisten rumah tangga menyajikan satu porsi soto.
"Asyik nih, sarapan soto," kata Kenjo, menelan ludah mencium aroma bumbu soto.
Jeanni hanya melirik Kenjo, tak lama tangannya meraih sendok dari tempatnya. Kemudian kepalanya menunduk menghadapi soto itu sambil tangannya mengaduk dengan sendok.
Sebentar kemudian Jeanni menyantap soto ayam dengan lahapnya. Setelah makan beberapa sendok, baru dia melihat Kenjo. "Caramu menatapku... kamu berharap aku akan berbagi soto?"
Kenjo mengangkat alisnya. Tanpa berkata sepatah kata, dia menepuk perutnya, mengisyaratkan kalau dia pagi ini sedang tidak lapar.
"Bagus..." Jeanni tersenyum merasa aman, dia menikmati makan soto dengan tenang, sampai habis satu porsi.
Kenjo tertawa.
Setelah menyelesaikan makan soto kesukaannya Jeanni tercengang melihat Jandoet datang bersama Syam gitaris dengan berpakaian rapih. "Jadi yang aku ketuk tadi pintu kamar kosong..." Gerutu Jeanni .
Rupanya Jandoet pagi sekali sudah ke luar rumah tidak ada yang tahu menjemput Syam gitaris.
Jeanni selalu terpesona melihat Syam gitaris, penampilannya menyenangkan dipandang mata.
Beberapa saat kemudian mereka duduk di ruangan makan. Sambil menikmati minuman kesukaan masing-masing, duduk di kursi mengelilingi meja makan penuh kue-kue lezat.
"Payment down sebesar 50% dari nilai kontrak. Ada fasilitas satu kamar hotel untuk artis satu hari sebelum hari H," kata Jeanni segera dia menyerahkan selembar chek kepada Jandoet.
"Penandatanganan kontrak jam empat sore, acara resmi. Kalau bisa jam setengah empat kamu sudah tiba di sana. Pihak hotel mengundang banyak wartawan televisi, radio, dan media cetak supaya penandatanganan kontrak langsung dipublikasikan... ," Kenjo memberi penjelasan.
Jandoet tersenyum seperti biasa, "Aku setuju...luar biasa...luar biasa..tidak percuma aku punya manajer Jeanni yang bekerja bagus," ujar Jandoet.
Setelah mendengar kata-kata Jandoet, senyuman Jeanni dan Syam gitaris telihat lebar.
Sebuah usulan dilontarkan Syam, "Kalau bisa diusulkan, setelah acara penandatanganan kontrak fasilitas kamar hotel langsung diberikan," kata Syam gitaris, semua orang tertawa.
***
Sementara di hotel kita, di ruangan kerja Mirawati nampak Agung Sutalaksono tengah sibuk menelpon beberapa kantor redaksi pemberitaan, kantor berita Antara, koran dan majalah minta wartawan untuk meliput jalannya acara penandatanganan kontrak artis sore nanti.
Agung Sutalaksono berterus terang kepada Mirawati konsep acara penandatanganan kontrak diliput oleh media itu datangnya dari Kenjo. "Event besar harus dipublikasikan diberbagai lini lewat media cetak, media elektronik dan pemasangan gambar raksasa di jalan atau tempat strategis yang banyak dilalui orang." Masih segar dalam ingatan Agung.
Sunny datang menyerahkan dua buah stopmap berisi surat perjanjian kontrak artis kepada Mirawati, "Surat perjanjiannya sudah jadi," ujar Sunny dengan wajah gembira.
Mirawati membaca pasal demi pasal, setelah itu menyerahkannya kembali kepada Sunny, "Materai belum ada, tolong segera dilengkapi."
Sunny seperti kebingungan, tidak punya persediaan meterai. Sementara kantor pos dan giro tempat biasa dia membeli materai sangat jauh jaraknya. Ketika dia dengan terburu-buru berjalan ke luar Agung melihat dan bertanya.
"Mau kemana?"
"Ke kantor pos beli materai," sahut Sunny.
Agung melarang Sunny pergi ke kantor pos, "Pakai materai punya aku," ujar Agung. Kemudian meminta Sunny supaya menugaskan Harris menata tempat untuk acara penandatanganan beberapa jam lagi akan dimulai.
"Oke," Sunny menyanggupi dengan senang, cepat dia berjalan ke luar mencari Harris.
Di depan pintu dia berpapasan dengan Kenjo, heran melihat Kenjo tergesa.
"Artis Jandoet sudah ada di ruangan loby, apa langsung dia ke ruangan ibu Mirawati atau bagaimana?" Kata Kenjo kepada Sunny. Kemudian menjelaskan, penggemar Jandoet banyak berdatangan, dan awak media juga sudah banyak di sana.
Mendengar Jandoet sudah ada di ruang loby dengan refleks Mirawati dan Agung Sutalaksono terbelalak. Keduanya jadi kebingungan, tempat untuk acara penandatanganan kontrak belum ditata.
"Jadi bagaimana?" Tanya Agung Sutalaksono kebingungan kepada Mirawati.
"Bawa masuk ke ruangan saya, supaya bisa ngobrol sebelum acara dimulai," sahut Mirawati, dia melihat Sunny masih berdiri sedang menunggu perintah.
Agung Sutalaksono membuat inisiatif, "Bagaimana jika aku dengan Sunny yang menjemput?" Tanpa basa-basi lagi dia menggandeng lengan Sunny dan pergi menjumpai Jandoet di ruangan loby.
Entah dari mana penggemar Jandoet mendengar berita artis pujaannya sedang berkunjung ke hotel kita. Mereka berbondong-bondong datang menjumpai Jandoet untuk memenuhi keinginannya foto bersama artis pujaan.
Tiba di ruangan loby Agung Sutalaksono dengan Sunny didatangi oleh beberapa wartawan yang sudah lama mengenalnya. Banyak pertanyaan yang dilontarkan, namun Agung berkelit. "Maaf rekan-rekan wartawan, semua pertanyaan nanti akan dijawab oleh ibu Mirawati. Acara sebentar lagi akan kami mulai, mohon bersabar menunggu," kata Agung Sutalaksono bersikap manis.
"Baik Pak. Tapi nanti kami minta waktu untuk melakukan wawancara dengan ibu Mirawati," sahut seorang wartawati dari majalah wanita.
"Ya, ya... nanti kami fasilitasi bagi rekan-rekan wartawan yang mau mewawancarai ibu Mirawati," ujar Agung disambut gembira oleh wartawan yang ada di ruangan itu.
Sunny melihat Jeanni duduk tidak jauh dari Jandoet sedang foto bersama penggemarnya. Lalu menghampiri Jeanni dari samping.
"Masih lama kah foto-fotonya?" Sunny menoel bahu Jeanni.
Jeanni menoleh ke arah Sunny, berseru gembira, berpelukan sampil cipika-cipiki. "Sebentar lagi."
Agung menghampiri Sunny dengan Jeanni. "Artisnya bawa ke ruangan ibu Mirawati, mungkin ada sesuatu akan dibicarakan."
Jeanni kaget, menatap Agung sangat serius. Kemudian dia menghampiri Jandoet, berbisik bicara.
"Sebentar, sebentar," kata Jandoet kepada Jeanni sesudah itu dia menuruti permintaan tiga orang penggemar foto bersama.
Banyaknya orang di ruangan loby membuat Harris dengan Yanto heran, keduanya tidak menyangka artis Jandoet memiliki banyak penggemar.
Sunny menghampiri Harris dengan Yanti, meminta keduanya mengatur tempat buat acara penandatanganan kontrak.
"Siap," kata Harris dengan Yanto, hati keduanya gembira mendapat tugas. Melihat Sunny sudah pergi mengiringi Jandoet bersama rombongan menuju ruangan kerja Mirawati.****
...,,,