Belum semuanya di ekspos tentang Jeanni, biar mereka yang ngobrol bertanya-tanya siapa sebenarnya Jeanni. Kenjo hanya memperkenalkan status Jeanni masih singel, dan akhirnya kemudian diprotes keras oleh Jeanni kerena dinilai seperti mengobral barang yang tidak laku-laku.
Jeanni menarik nafas berulang-ulang, dia berusaha menahan emosi karena buntut dari Kenjo memperkenalkan setatus singelnya terus Harris diam-diam menggoda.
Yanto melihat Jeanni merasa suasana gerah dan risih menghadapi godaan Harris, dia berpikir ada kesempatan buat menarik perhatian Jeanni. Lalu sambil tersenyum dia bicara, "Jangan dimasukan ke dalam hati, Jeanni. Lelaki yang satu ini gemar menggoda wanita tetapi jika dilayani keberaniannya tidak ada."
"Sialan! Apa maksudnya bicara begitu?!" Mata Harris melotot, dia tersinggung merasa dilucuti hargadirinya. Bicara dengan suara setengah membentak kepada Yanto hingga nampak takut, tetapi tak lama Harris tertawa tak tahan melihat kelucuan muka Yanto nampak pucat-pasi karena ketakutan.
"Akh, kamu bikin aku gentar aja!" Yanto memainkan sikutnya. Dia bermaksud melakukan protes.
Harris menghindari sikutan dengan gerak reflek, "Hahaha," tertawa sambil pergi.
"Awas kalo datang ke ruangan ini lagi!" Yanto menghardik sambil mengangkat tinggi tangannya mengepal.
Harris terus pergi tanpa menengok lagi.
Kenjo dengan Jeanni hanya tersenyum setelah melihat kelakuan dari mereka berdua tadi
***
Kenjo dengan Jeanni berjalan menuju ruangan kerja Sunny, mendapat sambutan luar biasa hati Jeanni sangat senang. Setelah Kenjo memperkenalkan Jeanni kepada Sunny, mereka berbicara.
"Sebelum pergi kami berbicara dulu dengan Jandoet, demi untuk mendukung event hotel Jandoet menugaskan Jeanni untuk bersama-sama membicarakan tarif..," kata Kenjo kepada Sunny.
"Tapi sebelumnya maaf, pihak penyelenggara menyediakan budget berapa untuk artis?" Jeanni ikut bicara
tetapi jawaban Sunny di luar dugaan Jeanni.
"Kalau bicara budget kita bicara dengan ibu Mirawati," kata Sunny. "Sebenarnya yang sedang kami butuhkan..... ."
"Tarif artis Jandoet?" Jeanni cepat menimpali seperti dia hafal dengan jalan pikiran Sunny.
Mata Sunny menatap kagum kepada Jeanni. Sebentar tersenyum sebelum melanjutkan bicara. "Betul, kami menunggu informasi tapi sampai sekarang belum ada," ujar Sunny, matanya melirik Kenjo.
Kenjo tersipu malu, dia merasa ucapan Sunny ditujukan kepada dirinya yang hingga sekarang masih belum tahu berapa tarif artis Jandoet. Buat menghilangkan rasa malu Kenjo langsung bicara, dia berharap penilaian Sunny kepada dirinya masih positif.
"Saya bicara serius dengan Jandoed tadi malam. Dia senang mendengar akan dikontrak. Karena itu dia meminta saya membawa Jeanni ke sini buat mengambil surat perjanjian kontrak," kata Kenjo.
Mendengar kata-kata Kenjo dalam benak Sunny menilai ada peluang buat kontrak dengan artis Jandoet, tapi dia masih ingin mendengar tarif yang akan ditawarkan dari pihak artis. "Perjanjian kontrak?" Sunny ragu. "Bagaimana bisa perjanjian kontrak dibuat tanpa nilai kontraknya?"
"Nilai kontraknya sesuai kemampuan pihak hotel," sahut Kenjo.
Sunny tercengang, tak lama kemudian raut wajahnya menunjukan hatinya gembira mendengar Jeanni menjelaskan apa yang diucapkan Kenjo.
"Kemampuan hotel menyediakan budget untuk mengontrak artis Jandoet berapa? Itulah nilai kontraknya," kata Jeanni.
"Hotel kita punya budget buat kontrak artis tidak besar," ujar Sunny.
"Tidak menjadi soal," bersamaan Jeanni dengan Kenjo menyahuti sehingga Sunny sangat gembira.
"Aku mengerti, aku mengerti sekarang," rasa senang Sunny membuat sebentar-sebentar tersenyum dengan mata menatap wajah Kenjo dengan Jeanni. "Aku sampaikan segera kabar gembira ini kepada ibu Mirawati sekarang," ujar Sunny kemudian.
"Jadi perjanjian kontrak dibuat sekarang, Bu?" Tanya Jeanni sedikit mendesak.
Menurut pikiran Jeanni lebih cepat perjanjian kontrak itu lebih baik.
Pikiran Sunny ternyata sama persis dengan pikiran Jeanni.
"Kita sama-sama menghadap ibu Mirawati," ujarnya, "Setelah itu kita bikin perjanjian kontraknya."
"Tapi ada hal yang harus ibu Sunny ketahui juga," ujar Jeanni seperti ingin ungkapkan sesuatu.
"Apa itu?" Sunny mengerutkan kening. Ditatapnya Jeanni dengan Kenjo yang sedang saling memberi isyarat.
Kenjo membaca Jeanni akan mengatakan semua yang dilakukan Jandoet sebenarnya buat membantu memperlancar keterlibatan Kenjo dalam panitia event.
"Apa lagi yang akan kamu utarakan?" Sunny tidak sabar ingin segera Jeanni bicara.
Setelah melirik Kenjo beberapa detik Jeanni bicara. Dia mengatakan kalau Jandoet sangat mendukung rencana event dari hotel kita karena ada Kenjo di dalamnya.
Sunny tersenyum melirik Kenjo sesaat, kemudian melihat Jeanni. "Betul, kami merekrut Kenjo jadi anggota tim."
Jeanni mengangguk berulang-ulang.
Kenjo tersenyum melihat Jeanni, "Sekarang kamu boleh percaya..... ," ujarnya.
Sunny menarik nafas lega karena yang diungkapkan Jeanni tidak akan mempengaruhi keputusan kontrak nanti. "Baiklah kawan-kawan, mari sama-sama menemui ibu Mirawati. Aku juga sudah tidak sabar ingin memiliki surat perjanjian kontrak artis."
Jeanni tersenyum, dan dengan cepat dia berdiri dari duduknya. Melihat Sunny berjalan meninggalkan ruangan Jeanni segera berjalan mengikuti dari belakang. Mereka menuju ruangan kerja Mirawati.
Ketika memasuki ruangan kerja Mirawati terlihat Jeanni terpana melihat kecantikan dan kesahajaan Mirawati.
Setelah Sunny memperkenalkan kepada Mirawati, tatapan mata Jeanni seperti tidak mau beralih ke tempat lain. Kagum sangat luar biasa pada pengusaha wanita pemilik hotel kita.
"Kalau ditanya hotel kita punya berapa budget untuk kontrak artis, tidak besar dan tidak terlalu kecil. Kemarin sudah dianggarkan oleh pak Agung Sutalaksono sebesar empat puluh juta rupiah ntuk kontrak selama empat bulan," kata Mirawati, "Plus satu kamar hotel tempat menginap artis."
"Deal, Bu" sahuta Jeanni.
Mirawati dengan Sunny senang.
"Surat perjanjian kontraknya besok akan dibuat oleh pak Agung, tapi payment down bisa diambil hari ini," kata Mirawati. Ini keputusan terbaik dari Mirawati karena event akan digelar delapan hari lagi. ****