Kenjo ikut meeting.
Sebuah catatan unik yang dibuat oleh Agung Sutalaksono dalam menyimpulkan jawaban responden. Jumlah nya tidak banyak(15%) responden mengatakan menginap di hotel kita waktu kendaraan mogok dekat lokasi hotel.
Sebagian besar(70%) responden mengatakan tidak mengetahui hotel kita. Mengatakan mengetahui(30%).
Dari responden menginap di hotel waktu kendaraan mogok sebagian besar(53%) mengatakan pelayanan dan kebersihan hotel sangat bagus, hanya sebagian kecil(0,25%), mengatakan tidak bagus(15%).
Laporan hasil survai itu dibaca dan dipelajari oleh peserta meeting.
Kenjo tersenyum, pengalamannya juga dialami oleh banyak orang, menginap di hotel waktu kendaraan mogok. Kemudian menjadi pembahasan serius, dipaparkan oleh Kenjo. "Jumlah nya kecil tapi bisa menjadi persoalan besar dan merusak citra hotel. Karena mobil nya mogok orang masuk hotel, tidak ubahnya dengan tukang tambal ban yang menebar paku di jalan."
"Apa maksudnya?" Tanya Sunny belum tahu kemana tujuan bicara Kenjo.
"Ya, apa maksudnya?!" Harris menimpali dengan sengit.
Mirawati tidak bertanya, hanya menggeleng-geleng kepala.
Agung tersenyum, menatap Kenjo penuh pujian. Dia belum mau bicara karena baru sedikit mengerti.
"Sabar dulu, saya belum selesai bicara," Kenjo menepis ucapan peserta meeting. Sorot mata nya tajam, satu per satu wajah peserta meeting dia tatap, setelah senyum nya lepas Kenjo melanjutkan bicara. "Maksud saya, dari data tersaji orang bisa berasumsi ada unsur pesugihan dalam usaha hotel ini.."
Semua orang mata nya terbelalak, tidak terpikir oleh mereka Kenjo berpendapat seperti itu.
"Luar biasa cara Kenjo menganalisa data, realita dan berbau-bau metafisika," ujar Agung Sutalaksono, baru pertama jumpa dia terkagum-kagum.
Mirawati tersenyum. Memiringkan kepala ke arah Sunny dengan senang berkata, "Kita tidak salah memilih orang."
Sunny memalingkan wajah ke arah Mirawati. Yang diungkap oleh Mirawati telah membuat hati nya berbunga-bunga, melambung senang.
Semua orang yang berada di ruangan meeting sedang membuka matanya dan melihat Kenjo berbicara mengapa dia punya pikiran yang mengagetkan. "Jaman sekarang ada yang berbisnis menggunakan manajemen kemenyan dan manajemen modern." ujar Kenjo.
Semua orang tertawa, Agung Sutalaksono mengangguk, " Aku paham...aku paham."
Mirawati dengan Sunny menyaksikan Agung sedang memuji cara berpikir Kenjo. Kesaksian nya itu seperti sebuah refrensi buat hati nya menjadi simpatik kepada Kenjo.
Kecerdasan Kenjo menghadirkan kegembiraan yang tak terbatas bagi Mirawati, Sunny dan Agung Sutalaksono.
"Dunia ini luas, ada banyak orang pintar!" Ekspresi tidak suka terlihat di wajah Harris. Menatap Kenjo dengan tenang, "Kepintaran boleh kamu tunjukan, tapi aku akan terus menghalangi bila kamu mendekati Mirawati dengan kepintaran." Greget Harris dalam hati.
Semua mata memandang Mirawati memanggil Kenjo untuk duduk dekat Sunny.
"Hmm?" Harris terkejut.
Kenjo dan Mirawati saling berpandangan dan tertegun. Keduanya tertegun begitu lama. Keduanya tahu lebih banyak tentang isi hati. Keduanya tahu benar apa yang sedang terjadi di lubuk hati. Keduanya sangat sulit untuk melupakan waktu berkenalan.
Sunny ternganga melihat pemandangan itu, untungnya Agung dan Harris tidak melihat.
Kedua lelaki itu hanya melihat Mirawati saat bicara.
Harris mengerutkan alisnya, dia melihat Kenjo benar-benar Duduk di sebelah Sunny tidak jauh dengan Mirawati. Gemeretak giginya menunjukan dia tidak suka. "Bagaimana mungkin dia mendapat perhatian dari dua wanita?"
"Kumpulan berbagai pendapat hasil survei merupakan bahan pembahasan meeting. Saya harap dapat menciptakan sebuah solusi buat pemasaran hotel kita," ujar Mirawati dan semua orang mendengarkan.
Kesimpulan meeting mereka menyepakati hasil survei Agung sebagai data valid.
Berbagai pemikiran merumuskan dan mendapat persetujuan dari pemilik hotel selanjutnya dibuatkan tema-tema target event segera dilaksanakan.
"Kita akan memakai artis penyanyi yang cocok pada event ini," ujar Mirawati.
Kenjo mendongakkan kepala sambil mengangkat tangan kanan berkata lantang, "Intrupsi, kalau bisa artis Jandoet yang kita pakai!"
Semua orang memandang ke arah Kenjo.
"Tugaskan saya untuk menghubungi Jandoet, jangan orang lain. Jika tidak, kita tidak tahu apakah Jandoet mau atau tidak," kata Kenjo, seperti sebuah garansi atas kedekatannya dengan Jandoet.
Tetapi tidak lama kemudian Harris melihat sinis kepada Kenjo, "Artisnya bisa gratis tidak?" Kata Harris berharap semua orang memujinya. Setidaknya dengan berkata seperti tadi dia menunjukan sebuah loyalitas, pikirnya.
Agung tersentak kaget, melihat Harris sedang menyimpan perasaan tidak suka kepada Kenjo. "Hahaha, mana ada artis bisa gratis di kota."
Sunny dengan Mirawati geleng kepala menatap Harris.
Terpancing emosi Kenjo dengan mata kemerahan melihat ke arah Harris, tapi dengan suara yang tenang dia berkata merendah, "Saya akan bicara, mudah-mudahan artisnya mau."
"Sial! Tidak punya keberanian kah dia untuk melawanku?" Harris memprotes dalam dirinya melihat Kenjo tetap merendah.
Setelah meeting dinyatakan selesai, Kenjo segera pamit. Dia khawatir Jandoet memerlukan mobilnya karena sangat lama dia pakai. "Saya harus tetap sadardiri mobil orang jangan seperti mobil punya sendiri," pikir Kenjo.
Setelah kepergian Kenjo, Agung Sutalaksono bicara kejeniusan Kenjo kepada Mirawati. "Dia tidak ingin tampil menonjol sebagai orang jenius. Kita tertolong ada orang seperti dia dalam tim."
Mirawati tersenyum menatap Agung Sutalaksono, tidak ingin membicarakan Kenjo.
***
"Kontrak artis tiga bulan, tampil satu kali dalam satu Minggu, setiap hari Sabtu...Aku telah meminta mereka supaya artisnya kamu," kata Kenjo mengharapkan dukungan Jandoet.
Jandoet yang sedang latihan nyanyi melirik pada Kenjo, dia tersenyum tanpa menambahkan kata-kata.Tapi hatinya sangat gembira melihat Kenjo pulang membawa job menyanyi. ****