Chereads / Kamar Hotel.. / Chapter 15 - Seperti Kado

Chapter 15 - Seperti Kado

Terperanjat bukan kepalang, Kenjo membelalakkan mata mendengar cerita Sunny. Tidak mengira wanita yang selalu dia kenang ternyata pengusaha pemilik hotel ini. "Jika begitu wanita yang mengantarkan teko air ke kamar nomor 19 beberapa hari lalu itu Mirawati. Tapi mengapa waktu itu Yanto bilang bernama Ira asisten chef?" Kemudian Kenjo tersenyum, dia berpikir semua yang dialami ketika itu karena ada orang yang tidak senang Mirawati berteman dengannya.

Kenjo menghela nafas, menahan emosi yang tiba-tiba meluap. Dia tidak ingin memperlihatkan luapan emosi nya di hadapan Sunny. Dia berusaha supaya tetap tersenyum selama mendengarkan Sunny bercerita selama di ruangan itu, dengan benak nya melayang jauh.

Kenjo merasakan kembali suasana saat Mirawati masuk dalam kamar nomor 19. Tapi Mirawati melihat asing kepada Kenjo. Siapa wanita itu? "Okh, wanita yang masuk ke kamar nomor 19 tadi nama nya Ira, karyawan hotel di dapur asisten chef," kata Yanto.

Kenjo mengaku semua itu sudah dia lupakan.

"Bila mengundang buat membicarakan persoalan seperti itu, saya tidak mau," kata Kenjo tegas kepada Sunny. Tapi setelah banyak ucapan Sunny didengar, sepontan dia merencanakan sesuatu buat mencari tahu siapa yang di balik kekuatan jahat itu.

"Tidak!" Sahut Sunny tegas. Dia takut gagal menjalankan rencana Mirawati. Dia langsung berterus-terang. "Mengundang untuk acara bisnis, kita akan mengajak kamu masuk ke dalam bisnis yang sedang direncanakan ibu Mirawati."

"Akha," hati Kenjo senang. Dia mendapat jalan buat mencari tahu siapa orang yang berani berbuat jahat kepadanya beberapa waktu lalu itu. Lalu tanpa berpikir panjang, mengabaikan pengukuran bakat dan kemampuan dia menerima ajakan Sunny.

"Walau belum tahu kegiatan bisnis apa, saya menerima ajakan ini dengan senang hati," ujar Kenjo dengan wajah datar, tidak ada menunjukan ekspresi senang.

Muka cantik Sunny menyeringai gembira beberapa saat setelah Kenjo membuat keputusan menerima tawaran bergabung. "Ini seperti sebuah kado bagi ibu Mirawati," Sunny mengapresiasi keputusan Kenjo. "Kabar gembira ini segera saya sampaikan kepada ibu Mirawati," berulang-ulang Sunny bicara.

Kenjo mengerutkan alis mata, melihat Sunny lepas kontrol dalam luapan gembira.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara pintu diketuk. Sunny memperbaiki posisi duduk, matanya melirik ke arah pintu. "Masuk!" Seru Sunny.

Pintu terbuka, Yanto melangkah masuk, " Johari ketua rombongan, Bu."

Melihat Yanto yang datang, Sunny menarik nafas lega. Tapi kemudian dia mengerutkan kening nya mendengar nama Johari disebut-sebut Yanto. "Ada apa lagi dengan ketua rombongan itu?."

"Banyak mau nya," sahut Yanto. "Setelah nambah kamar, dia memohon semua anggota rombongan menerima kupon breakfast... ."

Sunny menatap muka Yanto, mengamati gerak dan cara bicara nya. Ini kelebihan yang dimiliki Sunny, dengan mengamati gerak dan cara bicara seseorang dia bisa melihat orang itu sedang bicara benar atau berbohong.

"Bila kita penuhi permintaannya, berapa kupon tambahannya?" Tanya Sunny, dia tahu Yonto tidak berbohong.

"Empat kupon," jawab Yanto.

Sunny tidak segera memberi jawaban, dia harus berhitung terlebih dahulu sebelum memberi kebijakan. Ini memerlukan waktu cukup lama.

Dan menjadi kesempatan buat Yanto mengikuti keinginan mengamati ruangan dan gerak-gerik Kenjo dengan Sunny selama berada di ruangan.

Menengok ke arah Kenjo mengangguk dengan senyum ramah. Yanto menarik nafas lega.

Sunny menilai memberi tambahan gratis kupon breakfast masih dalam hitungan wajar. "Kita penuhi saja keinginan Johari itu," kata Sunny.

Yanto membalikan badan, lalu pergi ke luar.

Kenjo menatap kepergian Yanto, orang pertama yang akan diawasi nanti. Kenjo punya keyakinan dari Yanto bisa memperoleh banyak informasi yang dia perlukan.

Melihat Yanto sudah menghilang dari pandangan mata, Kenjo segera bicara pamitan kepada Sunny. "Apa pembicaraan kita sudah selesai?" Tanya Kenjo. "Kalau sudah, saya pamit."

Sunny menatap Kenjo, lelaki itu sedang bersiap-siang berdiri dari tempat duduknya. Senyum Sunny kemudian berkembang. Dia tidak bisa bicara Kenjo jangan buru-buru pamitan.

***

Sunny mengantar Kenjo ke luar samai ruang loby. Setelah melihat Kenjo naik ke mobil Sunny berbalik berjalan ke tempat kerja. Dilihat nya Mirawati sedang berjalan ke luar dari ruangan diikuti Harris.

"Bagaimana hasil pertemuannya?" Tanya Mirawati kepada Sunny berdiri dihadapannya.

"Hasil pertemuan nya sangat memuaskan," jawab Sunny, ekspresi hati sedang gembira terpancar dari muka nya. "Dia menerima tawaran bergabung dengan proyek yang akan kita adakan."

Mirawati tersenyum, dengan bergabungnya Kenjo sebuah presitise yang sedang di idamkan segera di dapat. "Kalau begitu segera adakan meeting lagi dengan Agung, ajak Kenjo."

Sunny tidak sependapat bila mengadakan meeting lagi. Dia juga menyampaikan penyesalan nya pertemuan dengan Kenjo tidak banyak membicarakan proyek membuat event.

"Rencana saya akan ngobrol satu kali lagi dengan Kenjo, setelah itu mengadakan meeting," tutur Sunny.

"Terlalu lama," sahut Mirawati. Dia ingin rencana segera diwujudkan. "Buat jadwal pekan depan meeting membuat roundown kegiatan tim," Mirawati membuat petunjuk, setelah itu dia berjalan cepat menuju halaman parkir hotel.

Harris terbirit-birit menyusul melihat Mirawati sudah jauh berjalan.

***

"Orang berhati lurus, tidak punya niatan berbuat jahat selalu di sayang Allah," pendapat Kenjo.

Pendapat nya tadi dia ingat berulang-ulang. Muncul perasaan bahagia dari menjadi orang baik, mendapat tawaran bergabung dari Sunny. Tetapi dia tidak mau menceritakan itu kepada Jandoet.

Kenjo punya prinsip, tahu dari kenyataan bukan dari perkataan.

Jandoet dan Jeanni mengamati Kenjo dengan wajah berseri ke luar dari mobil. Kedua nya lalu bergunjing.

Pengamatan Jeanni, wajah Kenjo berseri penyebab nya wanita. "Lelaki seperti Kenjo berbahagia hanya karena wanita," ujar Jeanni.

Jandoet menyangkal," salah, salah besar kamu!"

Jeanni cemberut. Sebentar melihat wajah Jandoet lalu pergi. "Lelaki selalu bicara membela lelaki di hadapan wanita." ****