Sunny keluar dari ruang kerja Mirawati, berjalan menuju ruangan kerjanya. Melihat ke ruangan loby nampak Harris sedang berbicara dengan dua orang wanita, mereka tertawa terkekeh-kekeh.
Menarik perhatian Sunny, lalu dia berhenti berjalan, menyaksikan gaya Harris di depan dua wanita itu.
Mengamati apa yang sedang dibicarakan Harris dengan kedua wanita itu senyum Sunny langsung terkembang. "Bisa nya dia menawarkan paket VIP hotel sambil merayu, dasar lelaki," gumam Sunny lalu pergi menuju ruangan bagian informasi dan pelayanan. Di sana dia berbicara dengan Yanto sebentar kemudian dia berjalan memasuki ruangan kerjanya.
Setelah berbicara dengan Sunny kemudian Yanto melihat ke arah ruangan loby, melihat Harris seperti sedang gembira dengan dua orang wanita. Yanto bersungut-sungut berjalan menemui Harris.
"Ada apa?" Tanya Harris melihat Yanto datang.
"Dicari ibu Mirawati," jawab Yanto, matanya melirik ke arah wanita yang duduk di kursi depan. Dia mengenali dua orang wanita itu sebagai penghibur yang mangkal di rumah penginapan Rose. Sebelum bekerja di hotel Yanto pernah ngobrol dengan dua wanita itu. Dia hafal keinginan dua wanita yang sedang berbicara dengan Harris mencari koneksi. "Bisa kacau pekerjaanku bila mereka mengenali aku...," pikir Yanto lalu dia ambil ancang-ancang untuk segera menjauh.
Melihat Harris masih asyik bicara dengan dua wanita lalu pelan-pelan Yanto mundur. "Satu, dua, tiga...." ujar Yanto pelan lalu berbalik arah, berjalan cepat menjauh.
Harris melihat Yanto sudah jauh berjalan melenggang. Lalu dia segera menyudahi pembicaraannya dengan dua wanita. "Begini saja, Minggu depan aku akan memberi kabar pada kalian," kata Harris buru-buru pergi.
"Benar ya, Minggu depan!" seru wanita itu sambil pandangan mata nya mengikuti kemana Harris melangkah.
***
Yanto gembira merasa terhindar dari marabahaya, bila dikemudian hari dua wanita tadi terlihat mangkal di hotel kita itu urusannya yang bertanggung jawab Harris. "Sudah berani Harris itu," kata Yanto sepontan, tapi tak lama dia menutup mulut dengan ke dua tangan nya. Dia menyadari perkataan itu tidak perlu.
Ketika telinga nya mendengar langkah orang mendekat, dia meyakini itu langkah Harris, dia bicara dengan suara jelas supaya terdengar oleh Harris. Dia tidak mau kesalahpahaman terjadi. "Berani? Ya, berani. Hidup itu harus berani selama dalam lingkaran benar. Dan kalau mau hidup sukses harus serba berani."
"Kamu tadi menyebut-nyebut aku berani, apa maksudnya?" Terdengar Harris bertanya.
Yanto tidak gugup, dia bicara lagi. "Ya, berani. Bukankah kamu pernah bilang hidup itu harus berani...," ujar Yanto, sesudah itu menghela nafas melihat Harris pergi tanpa basa-basi lagi. Tiga menit kemudian senyum Yanto terkembang, dari mata nya terpancar keteduhan. "Selamat datang di hotel kita," sapa nya kepada sekelompok orang yang datang menghampiri. Mereka adalah rombongan ilmuwan dari daerah akan mengikuti seminar di kota, ingin menginap di hotel kita.
***
Sunny sedang bingung setelah mendengar cerita dari Mirawati yang sesungguhnya tentang Kenjo.Belum lama berkenalan.
Sunny berpendapat, Kenjo bisa menyadari bahwa dirinya sedang dimanfaatkan buat mendapat tarif murah dari Jandoet. " Dia bisa menolak, atau mau membantu," kata hati Sunny.
Sunny fokus ingin melaksanakan tugas dari Mirawati itu berhasil memuaskan. Karena menurut perhitungan nya bila Kenjo tidak terbujuk bisa berpengaruh negatif kepada pelaksanaan event yang akan diselenggarakan. Oleh sebab itu dia akan menerima kepercayaan Mirawati yang berkurang.
Sunny masih bingung, bagaimana memulai pendekatan kepada Kenjo?
Sunny kemudian mencoba mencari cara dengan pikirannya. Lama dia berpikir, setelah itu dia tersenyum merasa ada sebuah gagasan baik melintas dalam pikirannya. "Aku akan menghubungi Kenjo besok sebelum datang ke tempat kerja," kata Sunny perlahan. Semua ini demi karierku, demi kemajuan hotel kita dan demi kebanggaan Mirawati.
Pesawat telepon kantor hotel yang kabel nya disambungkan divaralel dari ruangan informasi dan pelayanan ke ruangan kerja supervisor seperti sedang menggoda hati Sunny. Beberapa kali muncul keinginan menelpon ke tempat Jandoet untuk minta bicara dengan Kenjo tapi selalu dihalangi rasa gengsi. "Tadi habis bertemu, masa sekarang aku menelpon dia? Apa kata dunia!?" Terdengar bisikkan di telinga Sunny.
Kemudian ambisinya seperti meronta, berteriak. "Ini menyangkut urusan pekerjaan, bila ingin sukses singkirkan gengsi." Setelah itu Sunny membuka laci meja kerja mengambil folder tempat kartu nama. Mencari kartu nama Jandoet yang tersimpan diantara ratusan kartu nama dalam folder itu.
Pencarian kartu nama itu terhenti, Sunny mendengar pintu ruangan kerja diketuk orang dari luar. "Silahkan masuk!" Seru Sunny, lalu pintu terbuka. Dilihatnya Yanto berjalan mendekat sambil berkata," Ibu, Ketua rombongan ilmuwan yang nginap di hotel kita ingin bertemu."
Sunny lama memandangi Yanto, benak nya menimbang-nimbang hal yang disampaikan Yanto tadi.
Sebelum dia mengatakan kesediaannya menerima ketua rombongan ilmuwan tiba-tiba sebuah idea melintas di benaknya. "Untung kamu datang, Yanto," ujar Sunny.
Yanto melihat kepada Sunny dengan perasaan heran.
Sunny mengambil kartu nama Jandoet dari foldernya dan menyodorkan kepada Yanto. "Nanti kamu telepon nomor di kartu ini, katakan supervisor hotel ingin bicara dengan Kenjo," kata Sunny, dia mulai bisa tersenyum kembali. Setelah Yanto menerima kartu nama Sunny bicara lagi, "Sekarang kamu boleh bilang kepada ketua rombongan ilmuwan itu... bisa bicara dengan supervisor waktunya 10 menit."
"Siap Bu," ujar Yanto sesudah itu melangkah pergi ke luar.
Sunny memandangi kepergian Yanto sambil senyum nya terkembang.****