Chereads / Kamar Hotel.. / Chapter 10 - Salah Sasaran

Chapter 10 - Salah Sasaran

Harris bersama Yanto berdiri di pintu masuk ruangan kerja Sunny, sorot mata mereka tajam dengan senyum yang kaku.

Sunny tidak melihat kedatangan Harris dengan Yanto. Dia masih asyik dengan imajinasi yang menguasai alam pikirannya.

Harris merasa diacuhkan, kemudian dia menghampiri Sunny, melontarkan olok-olok. "Aku dengar supervisor habis pertemuan dengan Kenjo, apakah dia sedang mencari sesuatu?"

Sunny menengok melihat ke arah Harris, dia hanya tersenyum. Sunny belum mau menanggapi olok-olok dari Harris.

Melihat Sunny diam saja Harris memperolok lagi. "Apakah Kenjo ingin bertemu dengan asisten chef hotel kita?" Setelah itu Harris tertawa.

Sunny tersentak, selama beberapa saat mengerutkan alis nya. Dia paham olok-olok Harris ternyata gampang dimengerti apa sebabnya. Semacam ada perasaan tidak suka Harris kepada Kenjo. "Aku harus mencari tahu apa sebab dia berprilaku jelek kepada Kenjo," pikir Sunny matanya sambil mengamati muka Harris dan Yanto.

Dari emosi yang terpancar di muka, serta lagak nya, kemudian Sunny bisa menerka Harris sedang dibakar oleh api cemburu. "Dia sedang cemburu kepada Kenjo." Sunny meyakini.

Beberapa detik kemudian Sunny tersenyum, melihat Harris tak ubahnya seperti seorang badut. "Aku yang bicara berdua dengan Kenjo, dia cemburu."

Sebelum Harris bicara lagi, Sunny mendongakkan kepala, memperlihatkan muka kepada Harris dan Yanto. "Kamu bicara apa tadi?" Tatapan mata Sunny yang lembut membuat Harris nervous.

"Kamu sedang cemburu kepada Kenjo, ya?" Desak Sunny.

Harris tambah nervous.

Yanto terbelalak mendengar kata-kata Sunny.

Keyakinan Sunny bertambah, Harris tidak bisa menyembunyikan perasaan cemburu kepada Kenjo. "Rupanya diam-diam Harris mengagumi aku. Kalau tidak, mengapa ada cemburu setelah mendengar aku bertemu Kenjo?" Pikir Sunny.

"Kamu terlalu cemburu," Sunny tersenyum mencibir.

"Sialan banget, supervisor bisa tahu aku cemburu kepada Kenjo," Harris mengumpat dalam hati. Lalu dia teringat saat melihat Mirawati berdua Kenjo. Mirawati menganggukkan kepala, Kenjo seperti tengah merayu, " Kamu percaya kita nanti akan bertemu lagi?"

Harris menarik nafas pasrah, sekarang lagak nya yang semula kasar terlihat menjadi kalem. Perubahan ini dia lakukan demi menjaga rahasia hati nya. Tidak boleh menyebar kemana-mana.

"Aku harus kalem di depan supervisor," pikir Harris Sunny bisa bercerita kepada Mirawati.

Harris mulai berpikir, dia berencana akan membuat kesepakatan dengan Sunny sama-sama menjaga rahasia.Tetapi, saat dia ingin membicarakan kesepakatan itu mulutnya terasa sangat berat untuk bicara.

"Kamu menjadi lelaki kok pengecut, kalau kamu naksir kepada wanita langsung utarakan supaya wanita itu tahu," ekspresi Sunny berubah menjadi berwibawa.

Wajah Harris berubah menjadi pucat, dan berkeringat. Harris tidak pernah menyangka bahwa Sunny membuatnya tak berkutik.

Kemudian Harris menengok menatap wajah Yanto, "Pasti dia yang menceritakan rahasia aku kepada Sunny," pikirnya dengan hati geram.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan supaya kamu tidak bercerita tentang aku ke semua orang?" Harris menjadi sangat gugup.

"Kamu tidak perlu berpikir begitu.... ," Sunny berkata dengan santai.

Dia merasa sedang memegang kendali, semua tugas kerja akan dengan mudah bisa dikerjakan sampai selesai.

Akhirnya mereka bertiga membuat kesepakatan, Sunny menjaga rahasia Harris. Dan Harris berhenti cemburu kepada Kenjo. Yanto tersenyum sebagai saksi dari kesepakatan mereka.

***

Meeting ke dua, Sunny menyampaikan bahwa jalan sudah terbuka untuk mengontrak Jandoet.

"Luar bisa!" Seru Agung Sutalaksono, melihat Sunny sedang memperlihatkan sebuah kartu nama Jandoet kepada peserta meeting.

Mirawati tersenyum ke arah Sunny. Dia gembira keinginan mengadakan event

dengan orang terkenal sebentar lagi akan terlaksana. "Kapan event itu bisa dilaksanakan?" Mirawati seperti tidak sabar ingin segera merasakan dampak dari penyelenggaraan itu terhadap perkembangan hotel.

"Proposal belum dibikin," sahut Agung Sutalaksono. "Meeting berikutnya kita bahas proposal, setelah itu baru bisa eksyen."

Peserta meeting mendengarkan penjelasan Agung, terkecuali Harris.

Event harus didukung publikasi, satu bulan sebelum hari pelaksanaan delapan frekuensi penyiaran publikasi menggunakan print media dan elektronik, koran, majalah, radio dan televisi.

"Kita juga perlu pasang gambar ukuran raksasa di depan gedung hotel," Agung membuat semua peserta meeting berimajinasi.

"Luar biasa," tanpa sadar Mirawati berseru, hatinya sangat gembira karena imajinasi nya. Kemudian luapan gembira itu dilihat oleh semua peserta meeting.

Harris melihat Mirawati menebar senyum, wajahnya terlihat bertambah cantik dengan senyum nya.Perasaan suka Harris kepada Mirawati bertambah besar. Dia berimajinasi lain sendiri.

Setelah meeting selesai Agung Sutalaksono langsung berpamitan pergi.

Dada Harris terasa berdebar, kulit wajahnya kelihatan merah. Mendengar Mirawati berkata, " Maaf Harris ke luar sebentar, saya mau bicara berdua Sunny."

Sambil berjalan meninggalkan ruangan Harris menduga ada sesuatu yang sudah direncanakan Mirawati mengajak Sunny berbicara empat mata.

Harris berjalan menuju ruangan loby. Dia ingin duduk di sana dan berharap pikirannya bisa tenang.

"Jadi kamu sudah bertemu dengan Kenjo?" Tanya Mirawati setelah melihat Harris sudah jauh pergi. "Menurut kamu Kenjo orang jahat apa orang baik?".

Sunny terdiam, belum mau menyahuti ucapan Mirawati. Ucapan itu didengarnya sangat aneh.

Terdengar Mirawati bicara lagi. Bicara menceritakan Harris waktu memberi kabar, Kenjo berpura-pura menginap di hotel ini buat melakukan rencana jahat.

"Ibu percaya Harris?" Tanya Sunny.

Mirawati ragu-ragu menganggukkan kepala, "Tapi firasat aku tidak yakin kalau Kenjo berniat jahat."

"Mengapa ibu tidak segera menemui Kenjo?"

"Belum waktu nya. Aku mau dia menjadi akrab bukan karena aku pemilik hotel," sahut Mirawati.

"Mustahil bisa," Sunny menyanggah. Sanggahan nya itu beralasan sebab dia pikir beberapa Minggu lagi Kenjo akan tahu siapa Mirawati.

"Ada yang luput dari pemikiran ibu, ketika kita meminta Kenjo buat dapat tarif murah dari Jandoet, saat itu dia tahu ibu adalah pengusaha hotel," Sunny menjelaskan.

Ketika Mirawati mengerti apa yang dibilang Sunny, saat itu dia merasa terpesona.

Mirawati akan selalu membanggakan Sunny, sebagai supervisor yang bekerja serba bisa.

Beberapa menit kemudian, sambil melempar pandangan mendalam pada Sunny, Mirawati menemukan sebuah ide luar biasa.

****