Setelah berjalan dari tempat mobil bus mogok dengan jarak cukup jauh, Kenjo gembira, bola matanya berbinar-binar melihat ada hotel kelas Melati, tidak jauh dari tempat dia berdiri. Hotel itu terletak di Timur sebrang jalan. Lalu dengan mencoba untuk semangat Kenjo berjalan memasuki halaman gedung utama hotel.
Suasana lobby hotel itu banyak orang, kemudian tanpa ragu lagi Kenjo berjalan menghampiri ruangan petugas registrasi.
Sambutan hangat dari karyawan hotel merespon kedatangan Kenjo, "Selamat datang di Hotel kami", ujar seorang karyawan hotel itu dengan sangat santun menyapa kedatangan Kenjo. "Tetapi kami mohon maaf sebelumnya, saat ini hanya ada dua kamar yang masih kosong, kamar no 12 dan no 19. Semua kamar sudah terisi" ujar karyawan hotel itu sambil menyodorkan price list kamar dan beberapa jenis service-nya untuk tamu hotel.
Dengan tenang Kenjo meraih price list itu, lalu membacanya.
"Saya pilih kamar nomor 19", kata Kenjo setelah dua menit dia mengamati price list kamar hotel yang disodorkan oleh karyawan itu tadi.
"Saya harus bayar sekarang atau nanti ? " tanya Kenjo, hati nya sudah tidak sabar ingin cepat menerima kunci, supaya bisa segera masuk kamar. Setelah itu Kenjo mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk buat kelancaran kerja karyawan hotel bagian registrasi.
Kening karyawan hotel berkerut, matanya sangat teliti membaca KTP milik Kenjo, beberapa menit, setelah itu dia menoleh ke arah Kenjo, "Ini sudah peraturan dari hotel kami, pembayaran sewa kamar diselesaikan ketika chek-in bagi yang menginap satu malam. Bagi tamu menginap lebih dari dua malam pembayan bisa diselesaikan saat chek-out. Berapa malam rencana bapak akan menginap di hotel kami?".
"Saya mau menginap satu malam saja" kata Kenjo sambil tangannya membuka dompet dan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar sewa kamar.
Setelah menerima uang pembayaran sewa kamar dari Kenjo, karyawan hotel mengambil kunci kamar nomor 19 dari gantungan tempat penyimpanan kunci yang menempel di dinding ruangan. Kemudian beranjak mengantar Kenjo menuju kamar nomor 19 di lantai tiga.
"Lewat sini, pak " kata karyawan hotel berjalan ke arah pintu lips, Kenjo mengikuti berjalan di belakang.
Dalam waktu tidak kurang dari 3 menit
karyawan bersama Kenjo tiba di depan pintu masuk lips. "Kamar nomor 19 ada di lantai 3 " ujar karyawan hotel kepada Kenjo, saat keduanya memasuki pintu lips.Dan saat itu juga seorang lelaki ke luar dari lips berpapasan menyapa Kenjo, "Lho, kamu tidur di sini?" Ujarnya seperti sapaan orang sudah saling mengenal.
"Iya" sahut Kenjo.
"Kalau saya tahu mau menginap di hotel ini kamu saya jemput", ujar lelaki itu lagi lalu pergi.
Kenjo mengerutkan kening, mengingat-nginat waktu dimana kenal dengan laki itu. Tetapi lelaki itu hanya jadi sebuah teka-teki membuat hati Kenjo penasaran.
Karyawan hotel melirikkan matanya sambil tersenyum kaku ke arah Kenjo, "Seperti nya bapak kenal dengan mas Harris ?"
Kenjo bingung,"Siapa mas Harris?" Dia balik bertanya.
"Lelaki yang menyapa kepada bapak tadi", sahut karyawan hotel."Dia sama dengan saya, karyawan hotel kami juga. Hanya tugasnya yang berbeda, awal nya mas Harris sebagai officeboy, karena pandai mengendarai kendaraan kemudian dia diangkat jadi sopir hotel".
Kenjo terbengong, karyawan hotel itu seperti sedang berkeluh-kesah."Hotel kami punya sopir tiga orang, sopir yang lain sangat iri kepada mas Harris. Kata mereka mas Harris suka mengambil hati boss hotel kami".
Kenjo tersenyum, mulutnya seperti berat untuk mengatakan sebenarnya dia tidak pernah kenal dengan lelaki bernama mas Harris itu.
Karyawan hotel dan Kenjo menghentikan langkahnya di depan pintu kamar nomor 19. Setelah membuka pintu keduanya segera masuk.
Kenjo sangat senang melihat kerapihan dalam kamar, dia seperti lelaki jatuh cinta pada pandangan pertama melihat dalam kamar ada Televisi, dua tempat tidur tertutup rapih dibatasi sebuah meja kecil tempat telepon. Di sudut ruangan terdapat almari baju. Ruang kamar ber-AC .
"Selamat beristirahat, Pak ", ujar karyawan hotel. "Bila membutuhkan sesuatu telpon saja ke nomor 123, servis kami akan segera bapak nikmati dari kamar nomor 19 ini".
Setelah berbicara karyawan hotel bergegas ke luar kamar.
Kenjo menaruh tas gendongnya dengan melemparkan ke atas tempat tidur. Jiwa nya sedang bermain-main menikmati suasana baru. Suasana yang membuat hatinya ingin menginap lebih dari satu malam.
Kenjo mengingat waktu chekout hotel besok siang jam 13.00, dia harus memanfaatkan waktunya istirahat, mengingat-ngingat Jandoet kawannya yang mendorong keinginan ke kota, selanjutnya tidur.
Kenjo mengingat pengalaman perjalanan tadi siang, dua mobil bus yang dia naiki tidak sampai tempat tujuan. Semuanya mogok.
Dia takut itu pertanda buruk bila terus melanjutkan perjalan ke kota menyusul Jandoet, karena itu dia memilih menginap di hotel ini, besok dia melanjutkan perjalanan ke kota.
Tapi selama di dalam kamar benak Kenjo mengingat banyak yang dialami, perkenalan dengan Mirawati yang membuat hati senang dan mengingat pengendara motor yang menjemputnya sudah membuat Kenjo iri hati.
"Mirawati", nama itu terucap dari mulut Kenjo. Terdengar lirih. Wajah Mirawati hadir di pelupuk mata Kenjo.
"Bila perkenalan kita mendapat restu dari Tuhan, besok atau pada kesempatan lain kita bertemu lagi" kata Mirawati yang terus terngiang membekas di telinga Kenjo.
Akh! Basa-basi!! Ucapan tidak berdasar jangan dipercaya!!! Perkenalan tadi siang tidak ada peluang untuk ada kesempatan bisa bertemu selanjutnya. Pikiran sehat Kenjo menekan angannya supaya jangan terobsesi kepada Mirawati.
"Aku yakin bertemu....." angan Kenjo merasa hati bisa menjadi dekat.
Tok! Tok! Suara pintu kamar diketuk, perdebatan yang sedang berlangsung dalam diri Kenjo langsung buyar.
Kenjo segera membuka pintu kamar, kedua matanya terbelalak melihat Mirawati berdiri di depan pintu kamar sambil kedua tangannya membawa teko tempat air putih dan gelas di atas nampan.
"Kamu!?" Kenjo tidak berkedip menatap Mirawati.
Mirawati bersikap biasa, dia tidak sepontan dengan pertemuan kali kedua ini. Karena dia sudah mendengar info dari Harris.
"Awal servis kami buat tamu hotel yang masuk lewat jam sembilan malam" kata Mirawati, karyawati hotel itu, lalu berjalan meletakan teko bersama gelas nya di atas meja. Setelah itu berjalan ke luar lagi.
Kenjo seperti orang terkena hipnotis, dia hanya menatap bengong melihat kehadiran Mirawati.***