Setelah Olivia lahir, kebahagiaan mereka bertambah lengkap, jadi mereka telah mempunyai anak sepasang laki-laki dan perempuan. Suaminya dengan bahagianya menelepon David dan istri juga tidak lupa menelepon Papanya Sekar, bahwa cucunya telah lahir dan untuk Papanya Sekar, ini cucu yang kedua, karena adiknya Sekar semuanya belum menikah. Kepada David dan istri, juga ke Papa, Sekar menambahkan undangan suaminya, untuk mereka semua datang pada hari selamatan anaknya Olivia, dan dengan gembira mereka berjanji akan datang tepat pada hari selamatan anaknya. Ketika mereka, baru pulang dari rumah sakit, mereka terkejut karena tidak tahu, bahwa David dan Istri beserta Papanya Sekar rupanya sudah ada di rumah mereka, mereka semua tertawa karena sewaktu suaminya telepon, mereka semua sudah datang di Jakarta, mereka semua gembira menyambut kedatangan bayi mungil mereka.
Dan suaminya, pagi itu harus kembali ke Jakarta karena bekerja kembali begitupun David dan istri juga harus kembali, tetapi Papanya Sekar tidak pulang masih mau menjaganya, jadi yang tertinggal di rumah Papanya Sekar, semua kerepotannya terbantu dengan ada Papanya, karena Papanya Sekar sangat cekatan, dia sudah biasa mengurus anak, sewaktu Sekar dan kedua adiknya kecil yang selalu mengurus mereka adalah Papanya, jika Papanya hendak berangkat kerja mereka sudah dimandikan dan diberi makan, sedangkan mamanya hanya duduk saja tidak mau bekerja atau turun tangan ke dapur, bisanya hanya marah-marah saja. Tetapi Sekar, tidak seperti mamanya yang terlalu kejam pada anak-anaknya, Sekar sangat sayang pada anaknya Chandra. Juga Papanya, di rumahnya sangat senang dan gembira karena anak-anak gadisnya sudah bekerja di daerah dimana Sekar ditempatkan sebagai kepala cabang kantor, Kedua adiknya juga senang ada Papanya di rumah, mereka sudah sangat rindu pada Papanya tetapi tidak mau kembali ke Jakarta, karena sudah merasa betah disini.
Pada suatu malam, Papanya Sekar terkejut karena kedatangan dua anak muda tidak dikenal, mereka langsung mencium tangan Papanya Sekar dan memanggilnya Papa, lalu Papanya Sekar bertanya, "Siapa kalian, aku tidak kenal." "Kami, teman-temannya Sonya dan Maria, dan kami kesini untuk berkenalan dengan Papa, katanya Papa sudah datang dari Jakarta," kata mereka.
Tidak lama kemudian Sonya dan Maria keluar dari kamar dan langsung memeluk Papa, dan mereka memperkenalkan kekasih mereka masing-masing, yaitu Yoga kekasih Sonya dan Juna kekasih Maria, mereka sudah berpacaran cukup lama, tetapi tidak pernah memperkenalkannya pada Sekar, mungkin mereka takut karena Sekar orangnya agak galak, dan menurut mereka Sekar hampir mirip dengan mama, jadi mereka agak takut dan sesudah mereka berbincang-bincang dengan Papanya Sekar, malam telah menunjukkan pukul 22.30 WIB, lalu mereka pamit pulang. Lalu papanya, mengatakan kepada mereka berdua, "Papa, tidak apa-apa jika kalian mempunyai kekasih tetapi kalian harus hati-hati, kasihan kakakmu, karena Johannes pulang satu minggu sekali, ingat itu," Jawab mereka, "Ya Pa, kami mengerti, kami kasihan kakak juga kami sangat menghormati Mas Johannes." Sesudah percakapan itu mereka langsung masuk ke kamar masing-masing untuk tidur karena hari telah larut malam, juga mereka harus bekerja esok harinya.
Sekarang, pemandangan di halaman rumah mereka jadi berbeda jika pagi hari, karena Sekar habis melahirkan, kalau pagi sesudah mandi berjemur sambil menjemur olivia bayinya, dan Papanya ber olahraga, si mbok menyuapi Chandra dan mbak Irah membersihkan rumah dan memasak, begitupun Yudi mencuci mobil, dan kedua adiknya berangkat kerja di jemput oleh kekasihnya masing-masing, semua Sekar mengetahui karena sedang dirumah cuti melahirkan, jadi tahu semua kesibukan di dalam rumah tangganya.
Dalam sehari-hari Sekar dibantu Papanya, kalau putrinya sangat rewel, Papanya tidak segan-segan untuk menggendongnya. Kalau ada suaminya maka tugas Papanya, istirahat dan berolah raga saja.
Pada waktu senja yang sangat cerah suaminya dan Papanya sedang duduk di teras rumah, kemudian Papanya Sekar meminta tolong pada suaminya, "Johannes, Papa, minta tolong untuk menanyakan keseriusan Yoga dan Juna terhadap hubungan mereka masing-masing, karena Papa khawatir, cuma Sekar yang disini sedangkan kamu hanya satu minggu sekali pulangnya, Papa juga tidak ada disini." Lalu suaminya menjawab, "Ya Pa, memang aku sudah dengar dari Sekar bahwa Sonya dan Maria ada hubungan dengan pemuda disini, nanti aku akan tanyakan keseriusan mereka, kalau hanya main-main tidak usah saja begitu, Pa." "Ya, kalau main-main tidak usah saja," kata Papanya Sekar.
Sesudah percakapan selesai lalu Papanya Sekar masuk kedalam, sedangkan suaminya masih duduk diluar sambil merokok, sesudah rokoknya habis Johannes masuk ke dalam kamar dan langsung menuju tempat tidur putrinya, suaminya menciumi dan mengelus-elus rambutnya, kemudian Johannes berbaring disampingnya sambil memeluk dan menciumi dengan mesranya, dan suaminya selalu mengatakan, "Aku kangen kamu Ma, bau tubuhmu yang aku rindukan." Dan Sekar menjawab, "Bukan, kamu saja yang rindu aku juga rindu dan cinta padamu." "Aku cinta, dan sayang sekali sama kamu, coba dari dulu kita menikah, tidak jadi begini jadinya kita ya, Ma," katanya. Lalu Sekar jawab, "Mungkin, ini sudah jalan Tuhan yang terbaik, kamu sabar menunggu aku." Lalu mereka tidur sambil berpelukan dan kemudian mereka terkejut dibangunkan oleh jeritan putrinya, mungkin haus atau buang air kecil, tidak sabar minta diganti, lalu dengan sigap suaminya menggantikan popoknya, dan tidak lama kemudian Papanya Sekar di luar kamar mengetuk pintu, dan menanyakan ada apa dan kenapa olivia menangis, dan kemudian Sekar katakan, "Tidak ada apa-apa Pa." Sesudah digantikan popoknya, dan setelah Sekar susui olivia putrinya itu tertidur lagi.
Keesokan harinya, ketika Sekar terbangun dan terliha suaminya masih tertidur pulas disampingnya sedangkan Olivia putrinya tidak ada di tempat tidurnya, Sekar terkejut, pasti Papanya, telah masuk kamar ketika Olivia putrinya menangis, dan benar saja ketika Sekar kehalaman depan, maka Sekar melihat Papanya sedang menjemur Olivia putrinya, karena sudah menjadi kebiasaan Papanya dari Sekar kecil bila selesai mandi langsung mereka di jemur agar kena matahari pagi.
Sudah menjadi hal yang biasa bila suaminya kembali ke Jakarta, dan mereka menunggu satu minggu lagi untuk berjumpa. Ada perkataan suaminya yang menjadi pikirannya, yaitu Johannes menginginkan Sekar pindah kembali ke Jakarta, walaupun tidak mempunyai jabatan, tetapi Sekar sudah merasa betah tinggal di daerah ini juga disini Sekar mempunyai rumah sendiri tidak mengontrak rumah.
Dan perkataan suaminya itu Sekar katakan kepada Papanya untuk minta pendapatnya, "Pa, ini ada perkataan Johannes, agar aku kembali pindah ke Jakarta, katanya biar dekat dan kita selalu kumpul keluarga, bagaimana menurut Papa ?." Lalu Papanya berkata, "Menurut Papa, wajib kamu pikirkan dan pertimbangkan Sekar, sebab jauh dari suami itu banyak sekali godaannya, begitupun suami kamu, pasti itu sudah dia pikirkan matang-matang." Jawaban Papanya itu menjadi pikiran Sekar, ada benarnya juga, tetapi bagaimana dengan pekerjaan kedua adik-adikku dan bagaimana mengenai rumahnya, nantinya perlu di jual, aduh aku repot dan pusing jadinya.
Pada Malam itu, ketika Sekar hendak tidur tiba-tiba handphone berdering dan saat di angkat ternyata suaminya yang menelpon, untuk menanyakan, "Bagaimana keadaan kamu dan anak-anakku, karena aku merasa sangat cemas akan keadaan kalian disitu." Karena di rumahnya semuanya perempuan, lalu Sekar jawab, "Baik semua." Dan itu yang selalu menjadi pemikiran suaminya.