Chereads / BALAS DENDAM MANTAN ISTRI / Chapter 21 - Hidup Yang Baru

Chapter 21 - Hidup Yang Baru

Kembali ke Jakarta merupakan suatu hadiah yang terbesar dalam hidupnya Sekar, karena selama dia pindah ke daerah, Sekar sudah tidak memimpikan lagi untuk kembali ke kota Jakarta yang mempunyai kenangan pahit baginya, walaupun Jakarta merupakan tempat kelahiran Sekar.

Setelah sampai, mereka langsung masuk kedalam rumah istirahat sebentar kemudian mereka mulai merapikan koper masing-masing yaitu memasukkan pakaian ke dalam lemari pakaian, dan si mbok merapikan lemari pakaiannya Chandra dan Olivia, sedangkan mbak Irah merapikan pakaian Sekar kedalam lemari, mengenai pakaian Johannes suaminya Sekar, yang merapikannya Sekar sendiri,

karena pakaian suami tidak boleh dirapikan oleh orang lain harus istri yang mengurusnya menurut Sekar.

Sesudah rapi dan beres semua lalu mereka makan malam dan makanan untuk makan malam, istri David yang menyiapkannya, karena istri David tahu bahwa mereka habis perjalanan jauh jadi sangat lelah.

Malam itu mereka sudah menempati rumah baru, dan karena terlalu lelah mereka tertidur lebih cepat.

Mereka terbangun di pagi hari, tetapi mereka masih merasakan lelah, kemudian Sekar mengatakan kepada mbak Irah, "Mbak, tolong belikan 1 bungkus tepung beras ukuran 1/2 kilogram, 1 santan kara yang kecil, 1 bungkus gula merah ukuran 1/2 kilogram dan 1 bungkus vanili yang kecil." "Ya, bu," dan kemudian mbak Irah belanja ke Mini Market depan rumahnya Sekar, dan tidak lama kemudian mbak Irah sudah pulang dari belanjanya.

Lalu Sekar masak semuanya untuk dijadikan bubur sumsum, setelah selesai masak bubur sumsum, lalu Sekar memanggil mbak Irah untuk menaruhnya di meja makan agar semuanya makan bubur sumsum termasuk Johannes suaminya Sekar.

Sesudah siap bubur sumsum di meja makan lalu Sekar memanggil semuanya untuk makan bubur sumsum, tetapi Johannes protes.

"Ma, kenapa makan bubur sumsum ?, mana nasinya ?." Jawab Sekar, "Mas, kamu masih merasa lelah apa tidak." "Masih," Johannes mengiyakan

"Makanya makan bubur sumsum agar segala lelahnya hilang," Sekar menerangkan.

Kemudian semuanya makan bubur sumsum dan tidak ada yang protes, setelah bubur sumsum habis lalu mbak Irah membantu Sekar di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Karena sudah kebiasaan kami kalau pagi sarapan karena kalau tidak sarapan pagi nanti masuk angin dan kepalanya pusing.

Setelah sarapan pagi, mereka bersiap akan berangkat kerja dan Johannes mengatakan kepada Sekar, "Ma, nanti berangkat kerja aku yang antar, ini hari pertama kamu kembali bekerja di Jakarta."

"Tapi Mas, aku mau berangkat sendiri ke kantor, jangan kamu antar disini kita semuanya bekerja dan aku ada Yudi yang mengantarku," ujar Sekar.

"Oh ya sudah, kalau begitu, ," kata Johannes.

Sebelum berangkat ke kantor, Suaminya Sekar selalu bermain dulu dengan kedua anaknya, dan kebiasaan yang lain Johannes sangat senang menciumi kedua anaknya itu, sampai salah seorang anaknya menangis, setelah itu baru dia mencium aku, karena anaknya menangis, maka Sekar mengatakan, "Mas, senang ya, kalau melihat Olivia menangis."

Dengan tersenyum Johannes tidak menjawab dan langsung berangkat kerja dengan wajah yang bahagia.

Dan ketika Sekar sampai kantor, teman-teman lamanya menyambutnya dengan gembira, lalu Sekar diantar teman-temannya ke ruangan tempatnya bekerja.

Hari itu di kantor Sekar hanya berkenalan dengan pekerjaannya dulu, juga belum banyak yang harus dikerjakannya.

Seperti biasa waktunya untuk pulang, tetapi aku kedatangan tamu yang tidak diundang, yang tiba-tiba masuk dan duduk didepanku dengan wajah yang ceria, tidak lain dan tidak bukan dia adalah suaminya Sekar sendiri Johannes, Sekar kaget, "Ada apa Mas, kenapa kesini." Dan jawaban Johannes, "Aku kesini jemput istri ku lah." "Oh, begitu." ujar Sekar."

Lalu Sekar memperkenalkan Johannes suaminya pada atasannya dan juga teman-teman kantornya.

Karena Sekar sudah bersiap hendak pulang, maka mereka lalu keluar kantor untuk pulang ke rumah, dan Yudi sopirnya Sekar oleh suaminya Sekar disuruh pulang lebih dahulu, karena mereka masih ada keperluan dan belanja kebutuhan rumah tangga.

Mereka akhirnya, mampir di rumah makan padang untuk membeli lauk pauk matang, Johannes menelpon mbak Irah dan mengatakan, "Mbak, untuk makan malam jangan masak lauk ... ya ... masak nasinya saja, karena kami sudah belanja lauknya." Dan Mbak Irah mengangguk, "Iya Pak, disini baru saja datang Papanya bu Sekar sendirian."

"Oh ya, layani dengan baik Mbak dan bilang sama Papa sebentar lagi kami pulang," kata suaminya Sekar.

Sesampainya di rumah lalu mereka membersihkan diri, kemudian langsung menuju meja makan karena makan malam bersama seluruh keluarga termasuk para asisten rumah tangga dan keluarganya.

Sesudah makan malam kemudian mereka duduk di ruang keluarga kecuali para asisten rumah tangga karena mereka harus membersihkan dapur dan meja makan.

Setelah mereka duduk di ruang keluarga, Papanya Sekar membuka pembicaraan, "Begini, Papa mau dengar pendapat kalian berdua mengenai Mama yang penyakitnya semakin parah, Papa ini tidak enak dengan tetangga, karena Mama sering memaki mereka dengan alasan yang tidak jelas, apa sebaiknya Mama. . Papa . . . bawa ke psikiater lagi, kalau dulu dibawa Herman temannya Sekar, itu sudah agak baikan, sekarang kambuh lagi, jadi bagaimana baiknya menurut kalian."

Dan Johannes mengatakan, "Memang lebih baik di bawa ke psikiater Pa, sebab psikiater yang lebih tahu penyakit itu, kalau kita orang biasa tidak mengerti, tahunya Mama kerjanya hanya marah-marah saja tapi itu kejiwaan, kamu setuju tidak Ma, pendapat ku itu." Lalu Sekar mengiyakan, "Aku, setuju semuanya, biar kami tahu pemicunya Mama sakit itu apa."

Setelah pembicaraan itu mereka fokus untuk menyembuhkan Mamanya Sekar, berbagai upaya sudah dilakukan dan terakhir dengan terpaksa Mamanya Sekar di bawa ke dokter ahli jiwa, rekomendasi dari suaminya Sekar, dan disini suaminya Sekar turun tangan langsung untuk membawa Mamanya Sekar ke dokter ahli jiwa, dan Mamanya Sekar pun mengamuk dia tidak mau di bawa ke dokter ahli jiwa karena dia tidak gila.

Sesudah sampai di dokter lalu suaminya Sekar dan Papanya Sekar menceritakan kronologis penyakit marah-marah Mamanya Sekar, karena mereka ingin tahu pemicunya.

Setelah beberapa kali diperiksa dokter ahli jiwa, akhirnya dokter ambil kesimpulan, "Ibu ini stres dan ketakutan yang menyebabkan dia marah-marah tidak karuan, pemicunya yaitu ketika dia mencubit murid yang nakal karena di kelas dia selalu membuat ke gaduhan maka oleh Ibu ini, dia dicubit agar tidak mengganggu murid yang lain, tetapi keesokan harinya Ibu ini didatangi orang tua murid tersebut yang pekerjaannya adalah Preman pasar, dia tidak terima anaknya dicubit maka dia mengancam Ibu ini dengan pisau belati yang ditancapkan di atas meja sekolah, dan sejak saat itu Ibu ini selalu merasa ketakutan."

Sesudah mendengar penjelasan dokter itu, maka mereka ambil keputusan, agar Mamanya Sekar di rawat, mereka semua menginginkan agar Mamanya Sekar sembuh seperti sediakala, hidup normal dan enak bertetangga, tidak terjadi pertengkaran lagi dan hidup damai.