Sehari sebelum pernikahan, calon suami Almira datang ke rumahnya untuk membatalkan pernikahan mereka secara sepihak. Pria yang bernama Agya itu mengaku sudah tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya ke jenjang pernikahan.
"Agya? Tumben banget kamu dateng ke sini?" Almira bertanya kepada calon suaminya sambil tersenyum tipis. Ia bingung melihat calon Suaminya yang tiba-tiba saja datang menemuinya. Padahal, seharusnya hari ini tidak ada jadwal pertemuan mereka.
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan." Agya menatap wajah Almira dengan sangat serius.
Almira mengerutkan keningnya, ia merasa tidak enak hati karena wajah calon suaminya terlihat begitu sangat serius. "Apa kamu bilang?" tanya Almira sambil menatap ke arah Agya.
Tampaknya Agya hanya ingin berbicara berdua dengan Almira. "Bisa kita bicara empat mata?" tanya Agya sambil menarik tangan Kinaya.
Almira mengangguk, ia pun mengajak calon Suaminya itu ke kebelakang rumah. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" Almira terus menatap sorot mata Agya sambil mencoba untuk menyembunyikan rasa khawatirnya.
Tempatnya cukup terbuka dan banyak orang yang terlihat berlalu-lalang. Mereka semua sibuk menyiapkan pesta pernikahan untuk besok pagi. "Kamu apa kabar?" tanya Agya basa-basi.
"Baik, kamu kenapa tanya begitu, kangen?" ledek Almira.
Beberapa hari ini memang mereka jarang sekali bertemu karena sibuk dengan urusan masing-masing.
Agya hanya tersenyum simpul mendengar apa yang ditanyakan Almira. "Mir," panggil Agya sambil menundukkan kepalanya. Almira menatap tajam mata Agya sambil mengerutkan alisnya. "Iya ada apaan sih?" tanya Almira yang mulai sedikit panik.
Agya memandang wajah Almira dengan ekspresi datar. "Aku ingin meminta maaf." Agya menatap mata Almira yang terlihat mulai sayu.
Almira terlihat heran dengan sikap Agya, calon suaminya. "Kenapa? Aku enggak apa-apa kok. Aku paham pasti kamu sibuk, kan? Makanya kamu enggak bisa menyiapkan pesta pernikahan kita besok." Almira masih berusaha untuk tetap berpikir positif meskipun perasannya sudah sangat tidak enak .
"Bukan itu!" seru Agya, lidahnya kelu ia bingung harus memulai pembicaraan itu darimana.
Sambil mengerutkan alisnya. "Terus kamu mau ngomong apa?" Almira kini mulai gelisah. Sekarang ia yakin pasti calon suaminya akan membawa kabar buruk.
Agya menelan ludahnya dan mengatur nafasnya sebelum akhirnya ia berbicara kepada Almira. Melihat calon suaminya bersikap seperti itu membuat Almira semakin cemas. "Aku tahu selama pacaran aku sering menyusahkan kamu, manja, bahkan sering memarahi kamu, untuk itu aku meminta maaf. Tapi aku mohon jangan jadikan semua itu menjadi sebuah pertimbangan, karena hari pernikahan kita akan dilaksanakan besok." Almira berbicara dengan nada melirih dan berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdetak kencang.
Almira dapat melihat kebimbangan diwajah calon suaminya, ia takut jika Agya akan membatalkan pernikahan mereka. Dadanya mulai berdetak kencang.
"Bukan itu masalahnya." Agya menatap wajah cantik Almira
Sambil menatap tajam mata Agya. "Lalu apa?" Kini hatinya sudah tidak karuan, keringat dingin mulai membasahi kedua telapak tangannya.
Agya terdiam lalu memejamkan matanya. "Aku mau membatalkan pernikahan kita," ucap Agya dengan wajah datarnya.
DEG!
Almira langsung ambrug dan lemas. Hatinya begitu sakit dan pedih mendengar apa yang dikatakan oleh calon suaminya. "Kamu jangan bercanda, ya!" seru Almira sambil menatap tajam mata Agya.
Meskipun mulutnya berbicara seperti itu hatinya tidak dapat berbohong, jantung Almira berdebar begitu kencang, ia begitu cemas menunggu jawaban calon Suaminya. "Semoga apa yang dikatakan Agya bohong," batin Almira yang kini matanya mulai berkaca-kaca.
"Aku serius Mir! Orang tua aku sangat menentang keras hubungan kita dan juga ada beberapa alasan yang enggak bisa aku ungkapkan sama kamu. Kenapa aku mau membatalkan pernikahan kita."
Sekujur tubuh Almira terasa lemas. "Agya, besok adalah hari pernikahan kita. Besok adalah hari yang sudah dinantikan sejak lama oleh kita, undangan pernikahan juga udah tersebar," rintih Almira dengan suara bergetar.
Sementara itu Agya hanya dapat terdiam melihat Almira tertunduk lesu mendengar apa yang ia katakan. Air mata Almira jatuh berderai membasahi pipi. "Kamu memang benar–benar keterlaluan. Dengan mudahnya kamu putuskan hubungan kita yang udah berjalan lama!" seru Almira sambil mengusap air mata yang sudah mulai keluar membasahi pelupuk matanya.
"Aku minta maaf sama kamu."
Pikiran Almira kosong. Kenyataan ini membuat ia merasa sangat terpukul. Harapan membina rumah tangga dengan pria yang sudah cukup lama bersamanya pun hancur. Seketika mata Almira menggelap dan ia pun tidak sadarkan diri.
"Mir?" Agya terkejut melihat Almira tergelatak di lantai setelah mendengar apa yang dikatakannya.
Agya segera membopong dan membawa Almira ke dalam rumah, Agya terlihat panik melihat kondisi Almira.
"Mas Agya itu kenapa calon pengantin perempuannya? Kok pingsan?" tanya orang–orang yang sedang membantu mempersiapkan resepsi pernikahan di rumah Almira
Agya tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh orang–orang, ia segera membawa Agya ke kamarnya.
Setelah sampai di kamar Almira, Agya segera membaringkan tubuh Almira di atas ranjang, sementara itu Medina, adik kandung Almira panik melihat Kakaknya terbaring lemah di ranjang ia pun segera memanggil Ibunya untuk memberitahukan kondisi Kinaya.
"Mama, Kak Almira pingsan." Medina segera memberitahukan Mamanya.
Mama Alda panik ia pun segera masuk ke kamar, Mama Alda yang panik sekaligus heran kenapa anaknya bisa pingsan, ia juga kaget dengan kehadiran Agya.
Mama Alda pun segera menanyakan mengapa anaknya bisa pingsan kepada Agya. "Agya, kenapa Almira bisa sampai pingsan seperti ini dan kenapa kamu ada disini? Besok kan kalian akan segera menikah?" tanya Mama Alda yang begitu terkejut melihat kondisi Putri sulungnya terbaring lemah diatas tempat tidur.
Agya pun segera menjelaskan kenapa ia datang kesini dan kenapa Almira bisa jatuh pingsan, ia mengaku sudah tidak dapat melanjutkan hubungannya dengan Almira ke jenjang yang lebih serius, Agya meminta maaf kepada ibu kandung Almira, Mama Alda. Tidak lupa juga Agya meminta maaf kepada Medina dan seluruh anggota keluarga Almira.
"Apa kamu bilang? Dengan mudahnya kamu hancurkan hati anak saya!" Mama Alda langsung marah besar.
Agya tidak dapat berkata–kata lagi dan ia hanya dapat tertunduk diam dihadapan Mama Alda dan semua anggota keluarga Almira.
Tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan Agya. "Kamu memang keterlaluan!" Nada bicara Mama Alda kini semakin meninggi.
Matanya berkaca–kaca. "Dasar laki–laki jahat, tidak punya perasaan! Asal kamu tahu ya, kamu menyakiti hati Almira berarti kamu menyakiti hati kami, keluarganya! Satu bulan yang lalu kamu datang kesini menghadap kami untuk meminta restu, awalnya kami tidak merestui hubungan kalian tetapi Almira memaksa dan meyakinkan kami jika kamu pantas untuk menjadi suaminya, Almira setiap hari selalu meyakinkan kami jika kamu adalah laki–laki yang baik. Tetapi ternyata dengan mudahnya sekarang kamu membatalkan pernikahan ini!" sambung Mama Alda sambil menangis.