Chereads / Princess The Billionarie / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

Sakit yang dirasakan Mama Alda semakin parah hingga akhirnya ia harus mengembuskan nafas terakhirnya.

Almira dan Medina menangis histeris. "Mama!

"Mah, jangan tinggalin kita. Kita sayang Mama, Mama kuat," teriak Almira dan Medina secara bersamaan.

Hati kedua kedua adik dan kakak itu hancur, ditinggal pergi oleh wanita yang sangat mereka cintai sepenuhnya. Tidak ada kebahagiaan lain selain melihat sang Mama tersenyum. Namun sayangnya senyuman dari bibir Mama Alda tidak akan pernah terlihat lagi untuk selama-lamanya. Hanya ada kenangan yang sangat indah yang terukir didalam hati Medina dan Almira.

Rita, merasa tidak tega sekaligus sedih melihat kondisi kedua keponakannya yang merasa sangat terpukul dengan kepergian Alda. Sang tante pun dengan lembut mencoba untuk menguatkan hati Medina dan juga Almira. "Sayang, jangan menangis. Kalian masih ada tante," ucapnya seraya mengelus punggung kedua keponakannya itu.

Dulu, Rita memang tidak begitu dekat dengan kedua keponakannya itu yakni Medina dan juga Almira. Namun disaat-saat seperti ia begitu langsung sigap mendekap dan merangkul kedua keponakan kesayangannya. Raut wajahnya menunjukkan raut wajah yang begitu lembut dan tenang seolah-olah berperan sebagai ibu pengganti untuk Almira dan juga Medina.

Deraian air mata terus keluar dari pelupuk mata cantik Almira. Hatinya sekarang benar-benar hancur dan rapuh. Almira tidak dapat berkata-kata lagi, sekarang ia hanya dapat memeluk erat Mama Alda yang sudah terbujur kaku.

"Mama kenapa tega tinggalin Medina sama Kak Mira. Nanti kalau Mama pergi gimana kehidupan kita kedepannya," batin Medina yang juga sangat hancur ketika melihat Mama Alda sudah tidak bernafas lagi.

"Ini semua salah aku! Mah jangan pergi Mah!" Almira tiba-tiba berteriak histeris setelah memeluk sang Mama.

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung mengalihkan pandangannya dan menatap Almira dengan tatapan haru. Rita segera menghampiri Almira yg terus histeris begitu juga dengan keluarga Almira yang lain, mereka dengan sigap mendekap dan membelai Almira.

"Sayang dengerin tante, kamu adalah wanita kuat. Jangan pernah merasa sendiri karena kamu masih memiliki keluarga. Kita semua keluarga kamu sayang, kamu jangan seperti ini," lirih Rita yang begitu tidak tega melihat kondisi Almira.

Hati yang begitu sangat sakit dan hancur membuat Almira tidak mau mendengarkan apa yang diucapkan oleh tantenya. Saat ini ia hanya menginginkan Mama Alda kembali dengan senyuman manis yang biasa diberikan kepadanya.

"Kak Mira, Kakak jangan seperti ini. Kakak masih ada aku," lirih Medina yang begitu sedih melihat Kakaknya. Dibalik kesedihannya yang begitu mendalam, Medina sangat paham jika Kakaknya jauh lebih sedih dan terluka karena semua sumber kebahagiaannya harus pergi meninggalkannya dengan waku yang sangat cepat.

Medina mencoba menguatkan hati sang Kakak dengan terus memegang erat tangan Almira yang begitu dingin. Medina sendiri tidak dapat menahan air matanya meskipun ia selalu mencoba menguatkan Almira.

"Kenapa semua ini harus terjadi padaku? Aku rela jika ditinggalkan oleh laki-laki brengsek itu. T-tapi kenapa harus Mama juga yang ikut pergi meninggalkan aku? Aku sangat mencintai Mama dan aku enggak sanggup jika harus kehilangan Mama," batin Almira yang mulutnya kelu, seluruh tubuhnya merasa lemas, dan juga telapak kaki dan tangannya yang begitu dingin.

"Semoga aja Kak Mira bisa kuat, aku tahu bagaimana hancurnya hati Kak Mira saat ia harus merasakan batalnya pernikahan yang sudah diimpikannya selama ini. D-dan sekarang Kak Mira harus menerima kenyataan lagi jika Mama sudah pergi untuk selama-lamanya," rintih Medina sambil menyanggah air mata yang sejak tadi terus keluar membasahi pipinya.

"Medi," lirih Almira dengan gugup sambil menatap wajah cantik adiknya itu.

"Kakak sabar ya Kak. Aku percaya Kakak kuat dan Kakak harus yakin jika kita bisa mengikhlaskan kepergian Mama untuk selama-lamanya. Kakak jangan takut karena ada Medi yang akan selalu ada untuk Kakak sampai kapanpun," ujar Medina yang terus berusaha agar Almira tidak merasa sendiri.

"Tapi ini semua karena Kakak, Medi. Mama seperti ini karena Kakak. Kaka enggak tahu lagi harus bagaimana, hati Kakak begitu sakit melihat Mama sudah seperti ini," lirih Almira yang terus dihantui rasa bersalah dalam dirinya.

"Enggak Kak! Kakak jangan berbicara seperti itu. Mama pergi karena memang sudah waktunya," jelas Medina.

"Iya Almira. Kamu jangan terus menyalahkan diri kamu sendiri, kamu harus bisa menerima kenyataan ini," sambung Rita yang sejak tadi hanya bisa menitikkan air matanya melihat Alda sudah pergi meninggalkannya dan juga melihat kedua keponakannya yang begitu bersedih.

Perasaan Almira sudah sangat hancur. "Seandainya saja Mama enggak mengetahui batalnya pernikahan aku, mungkin saat ini Mama masih ada disini, Mama masih hidup dan masih bisa memeluk aku," batin Almira dalam hatinya.

Beberapa perawat masuk kedalam ruangan ini dan segera menghampiri Mama Alda. Sebuah kain berwarna putih sudah terlihat jelas menutupi wajah cantik Mama Alda. Rita tidak henti-hentinya mengelus punggung kedua keponakannya. "Sakit! Hati aku begitu sakit menerima kenyataan pahit ini! Apakah ini adalah awal kehancuran dalam hidupku?" batin Almira saat wajah sang Mama sudah tertutup kain yang baginya menakutkan itu.

"Tunggu!" teriak Almira dengan tiba-tiba saat para perawat itu akan membawa Mama Alda.

"Kakak," ucap Medina.

"M-mira," lirih Rita.

Lagi-lagi Almira menjadi pusat perhatian semua orang yang ada didalam ruangan itu. Kinaya segera berlari mendekati sang Mama. "Tolong izinkan aku memeluk dan mencium Mama untuk yang terakhir kalinya," pinta Almira pada perawat yang akan membawa jasad sang Mama dan direspon dengan anggukan kepala oleh para perawat di rumah sakit itu.

Almira kembali membuka kain itu dengan perasaan sedih tak terkira. Saat ini adalah saat-saat paling menakutkan dalam hidupnya, kehilangan wanita terbaik yang selalu menjaga dan melindunginya. "Mama, Mama adalah panutan Almira. Mira begitu sangat mencintai mama. Maafkan Almira yang selalu membuat mama sedih, maafkan Almira yang sering merepotkan mama."

Ini adalah hari yang paling Almira takutkan seumur hidup Almira. Ya, hari ini Almira harus kehilangan cinta terbaik dalam hidupnya. "Mama nanti doain dari sana semoga Mira dan Medi bisa terus bahagia setelah ditinggalkan oleh Mama untuk selama-lamanya meskipun Almira rasa itu tidak mungkin," rintih Almira dalam hatinya sehingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu merasa penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Almira.

Almira menyeka air matanya, lalu segera mengecup kening sang Mama dan diakhiri dengan ia mebisikan rasa cintanya pada sang Mama. "I love you," bisik Almira pada telinga kanan sang Mama.

Setelah itu para perawat kembali menutupi wajah Mama Alda dengan kain.

"Aku tidak tahu apakah aku akan kuat hidup tanpa Mama setelah ini," batin Almira dengan jutaan luka dalam hatinya saat ini.