Sementara itu keluarga Almira yang lain mencoba menenangkan Mama Alda seluruh keluarga Almira sangat membenci Agya yang tega melukai hati Almira, sementara itu Medina segera mengambil minyak angin.
Ia membukanya dan menggoyangkannya dibawah lubang hidung Almira, Medina juga mengoleskan minyak angin itu ke pelipis dan telapak kaki Almira supaya Kakaknya cepat sadar.
"Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini! Saya tidak sudi melihat wajah kamu di rumah ini!" Mama Alda terlihat sangat murka dengan laki–laki yang berani mengkhianati Putri tercintanya.
Agya pun langsung pergi meninggalkan rumah Almira tanpa menoleh ataupun pamit kepada keluarga Almira.
Tidak lama setelah itu Almira tersadar dan membuka matanya. "Mama..." rintih Almira Mama Alda pun segera menoleh ke arah Almira dan segera memeluk erat putrinya.
Mereka berdua menangis tanpa dapat berkata–kata. Almira menumpahkan semua kepiluan yang ada dihatinya dalam dekapan hangat Mama Alda.
"Aku tahu perasaan Mama saat ini, pasti ia sangat malu dengan kondisi ini. Karena semua undangan sudah disebarkan semua," batin Almira sambil meneteskan air matanya.
Almira sangat terpukul dengan kondisi yang ia hadapi, cita–cita untuk menikah dengan pria yang telah bersama dengannya selama dua belas tahun ternyata harus kandas begitu saja.
"Mama ... Almira minta maaf karena udah buat Mama malu." Almira melirih sambil menatap haru wajah Mama Alda
Sakit memang. Namun perasaan Mama Alda yang harus menanggung malu karena undangan sudah terlanjur tersebar itu jauh lebih sakit.
"Tidak, sayang. Kamu tidak salah. Ini memang sudah jalan takdirnya. Mama bersyukur karena kamu tidak jadi menikah dengan laki–laki itu. Mama kan dari awal udah enggak setuju kamu menikah dengan Agya."
Semua anggota keluarga Almira yang ikut menyaksikan kejadian itu pun ikut terharu. Mereka menitikkan air matanya karena dapat merasakan betapa pedihnya hati Almira saat ini.
Setelah mereka berpelukan tiba–tiba Mama Alda merasa sesak nafas lalu Mama Alda terjatuh dan tidak sadarkan diri, Almira sangat panik dan segera meminta Medina, adiknya. Untuk memberikan minyak angin kepada Mama Alda wanita yang sangat mereka cintai, namun Mama Alda tak kunjung sadar.
Hati Almira semakin hancur ketika melihat malaikatnya terbaring lemah dan tidak sadarkan diri, berbagai pikiran buruk sudah menghantui pikirannya, ia tidak berhenti memandangi wajah sang Mama yang tidak berdaya itu.
Air mata terus membasahi wajah cantik Almira. "Ini semua salahku, Mama seperti ini karena aku, aku enggak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika nanti terjadi apa–apa dengan Mama, kuat ya Mah, Mama kuat Mah," batin Almira sambil mencoba menyadarkan sang Mama.
Setelah semua orang mencoba menyadarkan Mama Alda namun tidak ada satupun yang berhasil bahkan kedua Putri kesayangannya tidak berhasil untuk menyadarkan sang Mama. Semua keluarga Almira bersepakat untuk membawa Mama Alda ke Rumah Sakit karena mereka sangat khawatir dengan kondisi Mama Alda, apalagi sebelumnya Mama Alda sempat mengidap penyakit yg cukup serius.
Air mata berkilauan dimatanya. "Mama bangun ... Mah Almira disini, Mira enggak apa–apa kok kehilangan calon Suami Mira asalkan Mama sadar, Mama kuat Mah," lirih Almira sambil memegang tangan ibunya dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Almira tidak berhenti menggenggam tangan sang ibu, sambil memandang wajah ibunya ia tidak ingin terjadi apa–apa dengan ibunya Almira terus menitikkan air matanya, hatinya begitu perih dan hancur.
Medina, sang adik mencoba menguatkan hati Kakaknya. "Sudah Kak, kita punya Mama yang kuat, Mama pasti bisa melewati semua ini, kita berdoa dan yakin ya Kak, Kakak tenang dan sabar Medina akan selalu ada untuk Kakak dan Mama, Medina sayang kalian, Medina enggak mau kehilangan kalian," rintih Medina sambil menggenggam erat tangan sang Kakak, Almira.
Sementara itu Medina juga terlihat meneteskan air matanya ia tidak menyangka bahwa keluarganya akan mengalami nasib memilukan seperti ini, namun ia berusaha tegar demi sang Kakak.
Medina selalu menguatkan Almira begitu juga dengan anggota keluarga Almira yg lain mereka selalu ada di samping Almira dan Medina untuk selalu menguatkan mereka.
"Almira, Medina, kalian berdua yang sabar ya sayang, Mama Alda pasti enggak kenapa–kenapa, kalian bedoa dan percaya ya jika Mama Alda tidak akan mengalami hal–hal yang tidak di inginkan" ucap Tante Rita sambil memeluk Almira dan Medina.
Rita mencoba menguatkan hati kedua keponakannya, meskipun dirinya sendiri sedang bingung dan merasa panik sekaligus sedih melihat saudara perempuan satu-satunya terbaring lemah tidak berdaya.
Almira hanya dapat mengangguk lesu sambil memeluk Tante Rita yang selalu memberikan semangat dan menguatkannya.
Setelah sampai di Rumah Sakit, Dokter segera memeriksa kondisi Mama Alda dan semua keluarga termasuk Medina dan Almira hanya dapat menunggu di luar ruangan. Almira semakin hancur dan perih saat melihat ibunya terbaring lemah di atas ranjang Rumah Sakit.
Setelah memeriksa Mama Alda seorang dokter dan perawat keluar menemui keluarga Almira, ia mengatakan jika Mama Alda masih belum sadarkan diri akibat trauma yang di alaminya kondisi tubuh Mama Alda juga semakin melemah.
Sontak pernyataan Dokter pun membuat Almira lemas seketika ia hampir terjatuh dan pingsan untungnya ada Tante Rita yang sigap dan segera menyanggahnya. "Mama ..." rintih Almira.
Almira segera masuk dan menemui ibunya yang masih juga belum sadarkan diri ia merasa begitu bersalah. "Mamaaa ... Bangun ... Mama kuat Mah ada Almira dan Medina disini," ucap Almira sambil meneteskan air matanya.
Almira menggenggam tangan ibunya yang dingin, hatinya semakin pedih ketika melihat selang oksigen terpasang di hidung ibunya.
Bibirnya bergetar dan suaranya sangat lemah.
"S-sayang M-mir ..."
Almira segera menatap ibunya ketika mendengar suara lemah ibunya. "I-iya Mah, Mama baik–baik aja kan Mah? Mama cepet sembuh ya ada Almira dan Medina di sini temenin Mama," rintih Almira sambil memegang tangan ibunya yang dingin.
"Mama cepet sembuh ya, maafin aku karena udah bikin Mama seperti ini, Mama harus menggung malu karena batalnya pernikahan aku. Maafin aku Mah," sambung Almira sambil meneteskan air matanya dan memeluk ibunya yang terbaring lemah di rumah sakit.
Air mata berkilauan di matanya. "Almira, Medina, Mama sangat sayang dengan kalian berdua Nak, cinta dan kasih sayang Mama akan selalu mengalir deras dan tidak akan pernah berhenti untuk kalian. Mama enggak rela jika ada satu orang pun yang mencoba menyakiti hati kalian," lirih Mama Alda sambil menggenggam tangan kedua putrinya, Almira dan Medina.
"Almira kamu adalah anak yang kuat ya sayang Mama yakin pasti kamu akan mendapatkan laki–laki yang jauh lebih baik," sambung Mama Alda sambil tersenyum ke arah mata Almira.
Sementara itu kedua putrinya hanya dapat terdiam mereka sangat terharu dengan kata–kata yang baru saja di lontarkan Mama Alda.