Almira membisu, ia hanya dapat menatap mata sang Mama dengan teduh ia merasa begitu bersalah. "Sudah, sekarang lebih baik Mama istirahat ya," rintih Medina sambil tersenyum simpul ke arah sang Mama.
Mulutnya melengkung membentuk senyuman yang sangat cantik. "I-iya sayang," sahut Mama Alda sambil tersenyum tipis kearah Almira dan Medina
Tanpa disadari mereka bertiga sudah tidur terlelap dengan nyaman, terlihat pemandangan yang sangat cantik dimana Almira dan Medina tidur dengan menggenggam kedua telapak tangan sang Mama, sambil menyenderkan kepalanya di samping pundak malaikat tanpa sayap yang mereka miliki.
Sang surya mulai menampakkan cahayanya bias sinarnya masuk kedalam 'kamar nomor '209' kamar dimana Mama Alda di rawat. Almira pun perlahan membuka matanya, matanya sembab karena terlalu banyak menangis.
Terpampang senyum manis diwajah Almira ia begitu bahagia melihat Medina yang dari semalam tidur dalam pelukan sang Mama, rasa sakit yang ada dalam hati Almira sedikit berkurang ketika menatap wajah sang Mama dan adiknya, Medina.
Mama Alda dan Medina adalah sumber kekuatan Almira, bagi Almira hanya ibu dan adiknya cinta dalam hatinya.
Almira kembali meneteskan air matanya ketika menatap wajah sang Mama yang masih tertidur pulas, sesekali ia memegang pergelangan tangan sang Mama untuk memastikan jika tidak terjadi hal yang tidak diinginkan olehnya.
Almira begitu sangat mencintai ibu dan juga adiknya, Medina. Dibalik kehancuran hatinya Almira selalu berusaha untuk selalu terlihat tegar dan kuat karena ia tidak ingin melihat ibu dan juga adiknya bersedih karena harus memikirkannya.
Air mata mengalir di pipinya ketika Almira mengingat perjuangan Mama Alda selama ini, Mama Alda harus banting tulang menghidupi dan juga membesarkan kedua Putrinya tanpa sedikitpun di bantu oleh Suaminya dari mulai biaya pendidikan dan lain-lain.
Ia juga kembali mengingat sosok sang Ayah yang selama ini pergi entah kemana, ia hanya dapat melihat foto sang Ayah yang menggendongnya ketika ia masih bayi dan ketika Mama Alda sedang hamil anak keduanya yaitu Medina.
Usia Almira dan Medina hanya berjarak empat tahun. Setahu Almira ibunya pernah bercerita jika dulu ayahnya pergi meninggalkan mereka untuk berniat mencari pekerjaan ke luar kota, karena ketika usia kandungan Mama Alda sudah masuk usia tujuh bulan kondisi ekonomi keluarganya begitu sangat memburuk, Perusahaan besar yang dipimpin oleh ayahnya bangkrut.
Namun sampai akhirnya Mama Alda melahirkan Medina, anak keduanya, suaminya itu tidak pernah lagi memberi kabar kepada istri dan anak–anaknya. Mama Alda juga sudah mencari Suaminya itu namun tidak berhasil, hingga akhirnya Mama Alda putus asa dan tidak mencari lagi keberadaan Suami yang telah memberikannya dua Putri yang sangat cantik dan juga cerdas.
Sempat terpikir dibenak Almira jika Ayahnya adalah sosok laki–laki yang tidak bertanggung jawab karena tega meninggalkan anak istrinya tanpa sebuah kabar. Namun ia mencoba kuat dan tegar.
Meski Almira dan Medina tidak pernah sedikitpun merasakan sosok kasih sayang seorang Ayah seumur hidupnya namun mereka bersyukur karena masih memiliki ibu yang kuat dan begitu sangat mencintai anak–anaknya, Mama Alda adalah Malaikat tanpa sayap untuk Almira dan Medina
Almira tidak tahu lagi bagaimana kehidupannya kelak jika ia harus kehilangan ibunya untuk selama–lamanya.
Almira kembali menatap mata sang Mama yang masih memejamkan matanya lalu ia mencium kening sang Mama dengan perasaan penuh cinta. "Aku sayang banget sama Mama, jangan pernah tinggalin kita ya Mah, jangan seperti Papah yang udah ninggalin kita bertiga," lirih Almira setelah mencium kening ibunya.
"Almira belum siap jika harus ditinggalkan oleh Mama, Mira enggak sanggup Mah, Mama sayang kan sama Mira dan Medi? Mama kuat ya Mah," lirih Almira.
Hembusan angin yang masuk, kembali membuat Almira merasakan kepedihan yang teramat dalam ketika seharusnya ia menikah namun harus batal bahkan sekarang wanita yang sangat ia cintai terbaring lemah di Rumah Sakit.
Siang mulai menjelang, terik matahari diluar sana seperti tengah menyergap semua orang agar tidak ada yang berani keluar dari wilayahnya. Terlihat ada dua wanita cantik dan manis yang tengah menangis tersedu–sedu karena melihat kondisi ibunya yang semakin lemah dan memburuk, mereka berdua adalah Almira dan Medina
Detak jantung Almira dan Medina berdebar sangat kencang ketika melihat kondisi ibunya semakin memburuk mereka tidak tega melihat ibunya yang sangat kesulitan bernapas, air matanya mengalir deras ketika ibunya terus memegang dadanya, rasa sakit yang di rasakan ibunya membuat Almira semakin bersedih dan terpuruk.
Almira mengerutkan keningnya ia merasa sangat bersalah atas apa yang menimpa ibunya. "Ini semua karena aku," batin Almira dalam hatinya ia terus menyalahkan dirinya sendiri.
Air mata mengalir di matanya. "Andaikan aku bisa menggantikan posisi Mama, aku enggak tega liat Mama kesakitan seperti ini," gumam Almira dalam hatinya.
Pipinya terus dibanjiri air mata. "Mama ... Maafin Almira ini semua karena Mira, Mira minta maaf Mah," rintih Almira sambil menatap mata ibunya.
"Enggak sayang, kamu enggak salah apa-apa sama Mama, jangan gitu ya sayang, Mama enggak kenapa-kenapa kok," rintih Mama Alda sambil menahan rasa sakit yang di deritanya.
Sementara itu Mama Alda hanya dapat tersenyum tipis ke arah kedua putrinya Almira dan Medina, kondisinya yang sudah sangat lemah membuat Mama Alda tidak dapat berkata–kata, ia hanya dapat memandang wajah kedua putrinya dengan tatapan perpisahan.
"Mama kuat ya Mah disini ada Kak Almira dan Medi yang siap menjaga Mama kita gak mau kehilangan Mama," ujar Medina sambil mengusap air mata yang ada di pipinya.
Mama Alda hanya dapat tersenyum tipis untuk menutupi rasa sakitnya. Air mata berkilauan menghiasi matanya. "Kalian kasih dan cinta Mama. Mama sangat mencintai kalian Almira ... Medina. Kalian harus bisa saling menjaga dan saling mencintai ya sayang kalian harus bisa hidup rukun sama-sama ..." lirih Mama Alda terbata–bata.
Suasana yang sepi dan dingin membuat siapapun yang berada di ruangan ini tidak akan bisa menahan air matanya. Senyuman tipis menghiasi bibirnya untuk menutupi semua rasa sakitnya. "Rita, Mbak minta tolong sama kamu, Mbak mohon jaga dan lindungi terus Almira dan Medina," lirih Mama Alda sambil menatap teduh ke arah Rita.
Bibirnya bergetar. "I-iya Mbak ... aku pasti akan menjaga dan menyayangi Almira dan Medina," sahut Rita sambil meneteskan air matanya.
Semua orang yang ada di ruangan itu menitikkan air matanya mereka semua terharu dengan apa yang di katakan Mama Alda yang begitu sangat mencintai kedua putrinya bahkan disisa-sisa kehidupannya. Pepatah kasih ibu sepanjang masa itu memang benar-benar nyata. Hal inilah yang sedang di rasakan oleh dua gadis cantik yang begitu sedih karena kondisi sang Mama bukannya semakin membaik justru sebaliknya.