Di depan rumah, lebih tepatnya di halaman rumah Randy.
Laki-laki itu berdiri sambil mengangkat kedua tangannya untuk menyerah. Kepalanya di penuhi keringat yang keluar dan membasahi sekujur kulitnya, punggungnya terasa dingin, sekujur tubuhnya gemetaran.
Bagaimana tidak, saat ini di depannya terdapat Rina yang sedang mengacungkan pistol berseri dessert eagle ke arah laki-laki itu dari kamarnya sendiri.
"Mau lari kemana kau, Randy?"
"Ke-kemana saja, asalkan bisa menghindarimu..." Randy tersenyum kecut ke arahnya.
"Aku tidak yakin kamu bisa kabur... Terlebih lagi saat ini kamu sedang ketakutan. Monster itu, Copycat... pasti akan langsung menyantap orang-orang yang ragu akan kehidupannya, itu artinya dia memangsamu, Randy."
"Ternyata kau juga sudah tahu soal nama monster yang muncul di Time Fracture, ya? Sepertinya sekarang keponakanmu ini tidak boleh memandang rendah bibinya."
"Itu harus..." Rina berjalan mendekat ke arah Randy dan keluar dari kamar itu tanpa menurunkan pistolnya sama sekali. "Sebagai keponakan, meremehkan bibinya yang sudah berpengalaman adalah hal yang salah."
"Tapi..." Tiba-tiba, senyum kecut Randy berubah menjadi senyuman optimis. "... Copycat tidak menyerang orang ragu, melainkan menyerang orang yang sedang krisis identitas!"
"Hmm(Memiringkan kepala)... Apa maksudmu dengan krisis identitas?"
"Saat ini, baik kau dan kakakmu, Dina memiliki tujuan yang sama, yaitu membunuh satu sama lain!"
Randy mencoba membuat bibinya ke dalam keadaan yang seperti dia mau.
Sebenarnya apa yang Randy katakan hanyalah sebuah kebohongan belaka, namun tidak menutup kemungkinan kalau perkataannya suatu hari akan menjadi kenyataan.
Tapi untuk sekarang, itu masihlah sebuah karangan belaka.
"Tidak, itu tidak mungkin... Mereka memberi perintah padaku secara langsung! Tidak mungkin hal seperti itu terjadi, kau pasti hanyalah berbohong saja, kan?!"
"Mungkin kelihatannya memang begitu, tapi mungkin saja Dina juga diperlakukan dengan sama sepertimu, dia diberi perintah secara langsung oleh 'mereka' untuk menghabisimu. Dan itu artinya, dia terpaksa harus menghabisimu, dan sebagai penutup hidupmu, dia bersikap baik padamu dalam kurun waktu akhir hidupmu!"
Untuk saat ini, Randy masih tidak tahu siapa 'mereka' itu mengacu, apakah pada peneliti yang menciptakan mereka, atau pada suatu yang lain.
Mereka berdua (Dina dan Rina) sudah hidup cukup lama, jadi tidak menutup kemungkinan bila mereka punya bebebarapa orang yang mereka panggil dengan sebutan atasan.
Rina mulai melemaskan cengkramannya pada pistol itu, dia mulai krisis pada kenyataan.
Setiap kata yang keluar dari mulut laki-laki itu sepertinya telah berhasil untuk memakan kepercayaan diri wanita itu.
"Tidak! Itu tidak mungkin, mana mungkin itu yang terjadi! Kau pasti mengada-ngada agar aku termakan oleh Copycat, bukan?" Dia menyeringai gila, kedua senyumannya tampak mengerikan bagi siapapun yang melihatnya.
'Sepertinya aku membuat kesalahan besar sekarang...'
Tapi, mau tidak mau, dia tetap harus menyeretnya dalam lubang kekerisian dan membiarkan bibinya menjadi umpan segar bagi Copycat.
"GYAHH!"
Pistol itu kembali diangkat dan ditodongkan ke Randy.
DOR!
Satu tembakan telah ditembakkan ke arah Randy, beruntungnya tembakan membabi buta itu tidak mengenainya.
'Randy,kabur!'
Dalor yang berada di dalam tubuh laki-laki itu tiba-tiba memberi arahan.
Dia merasakan sesuatu yang sangat berbahaya jika tuannya diam saja dan tetap berada di sana.
"Okeh, okeh!"
Atas perintah itu, Randy berbalik dan terbang dengan merentangkan kedua sayapnya. Dia pergi dari sana secepat angin. Hidup dan matinya tergantung setiap pilihannya saat ini.
***
Set Set Set!
Rina berlari mengejar Randy yang terbang di udara.
Meskipun tidak mengandalkan sihir terbang, namun caranya yang berlari mengejar Randy tanpa kehilangan jejak patut untuk ditakuti.
Rina, tanpa mengalihkan matanya dari Randy, dia terus mengejar laki-laki itu dari lorong-lorong pedesaan dan rumput-rumput yang menjulang tinggi.
Dia seperti sudah terbiasa dengan keadaan tempat-tempat di desa ini, dia bahkan tidak tertabrak sesuatu ataupun mengalami kejadian lainnya yang dapat menghambat pengejarannya.
Tidak lupa pula, dia menodongkan pistolnya ke arah Randy yang sedang terbang begitu cepat, namun dia masih belum berani untuk menekan pelatuknya. Bahkan penembak profesional sekalipun tidak bisa menembak Randy yang sedang terbang dengan begitu cepat, meskipun sayap laki-laki itu cukup besar sekalipun.
Di sisi lain, Randy yang sedang kabur dari Rina sedang melihat ke bawah, bukan ke arah Rina melainkan ke arah apapun yang ada di depannya. Dia dengan cepat memeriksa dan menganalisis tempat-tempat yang dia lihat.
"Buset,dah! Dia cepet banget!" Dalor takjub pada wanita itu.
"Ini bukan saatnya untuk takjub, kita harus mencari tempat sembunyi! Apa kau ada saran?!"
"Hmm(memegangi dagunya)... Tidak, tidak ada... Mustahil bisa sembunyi dari si ratu dari pengendali waktu."
"Sial..."
Randy melupakan fakta, bahwa salah satu dari Dina atau Rina adalah pengendali waktu, namun dari gerak-gerik Rina, dia bisa sedikit menyimpulkan kalau mereka berdua itu sama. Bedanya hanyalah jarak itu saja.
Jika Rina bisa kembali ke masa lalu, maka Dina adalah orang yang bisa melihat masa depan itu.
"Hah?"
Mata Randy menemukan sesuatu yang tidak seharusnya di sebuah pohon taman, yang berada di dekat sawah desanya. Dia menemukan seseorang yang sedang berdiri di sana, dan sedang diikat.
Randy mencoba terbang rendah dan mengecek orang itu.
Saat jarak semakin dekat, siluet orang itu semakin jelas dan pasti.
Dan saat Randy benar-benar bisa melihat wajah dari siluet itu, dia langsung membelalakkan matanya, dan tak percaya dengan temuannya ini.
"Dina, kenapa dia ada di sini?" Tanya Randy sambil menolehkan kepalanya ke belakang.
Mata mereka berdua bertemu, Rina yang daritadi mengejar akhirnya menghentikan kejarannya dan terdiam tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu.
Apa yang Randy temukan saat ini adalah Dina yang terikat di sebuah pohon raksasa dengan masih memakai bando emasnya. Rambutnya yang berbentuk rumus DNA kini terlihat berantakan seperti habis dianiaya oleh seseorang. Wajahnya seperti ada lebam dan bekas luka.
"Apa kau yang sudah melakukan ini semua, Rina?!" Tanya Randy kembali, kini dengan emosi.
Sudut mulut wanita itu muncul, dia memperlihatkan wujud di balik topengnya. Sifat asli pelayan itu.
"Sudah kubilang, bukan? Apa yang kau katakan adalah hal yang mustahil..." Rina tersenyum menyeringai sambil melebarkan kedua tangannya. "... Karena aku sudah mengantisipasinya, setiap perkataanmu!"
Perkataan Rina membuat keringat di tubuh Randy menjadi tidak karu-karuhan, dia hanya bisa terbelalak dengan apa yang ada di dalam otak wanita itu.
"Jangan bilang, kau sudah mengantisipasi semuanya, bukan hanya sejak Time Fracture dimulai, melainkan sejak pertama kali kalian berdua berkunjung?!" Suara Randy yang putus asa sedang mencoba menyelesaikan potongan demi potongan puzzle.
Randy salah perkiraan, dia salah menilai siapa Rina itu. Bahkan meskipun dia sudah meningkatkan beberapa penilaiannya pada Rina sebelumnya, sepertinya itu masih belum cukup untuk mendeskripsikan bagaimana Rina itu.
"Sekarang, cobalah lihat... Dina sedang terikat di sana, dan sedang tertidur sambil menunggu seseorang mengakhiri hidupnya."
Rina menunjuk ke arah Dina yang terikat di pohon.
"Kau punya pilihan, bunuh dia atau aku akan..."
Rina memperlihatkan sesuatu yang berasal dari kantong sakunya.
"...Kedua kunci ini akan kuhancurkan."
Rina memamerkan kunci curian yang dia dapat. Kunci itu adalah kunci yang sudah Randy kumpulkan, yaitu kunci yang gagangnya berbentuk ular, dan kunci yang gagangnya berbentuk bintang laut.
"A-apa yang akan terjadi jika kunci itu bila dihancurkan, Rina...?"
'... dan Dalor?' Dalam hatinya, dia juga menanyakan hal yang sama pada iblis itu.