Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 65 - Bab 26. Dewi dan Waktu

Chapter 65 - Bab 26. Dewi dan Waktu

"Siallll! Kenapa laki-laki itu malah tiba-tiba melakukan hal bodoh?!" Celicia menatap ke arah terakhir Randy terlihat.

Wajah cewek itu penuh dengan kerutan, matanya melotot menatap apa yang dia lihat saat ini. Sampai dalam hatinya dia berkata, 'Jika aku melihatnya lagi, aku akan membantingnya!'

Walaupun terbawa kesal, namun dia tetap harus segera membiarkan hal tadi lewat. Karena dua saudara yang ada di depannya sepertinya sudah memulai pergerakan.

Dia merasakan salah satu pusaran angin mulai bergerak ke depan dan mencoba menghancurkan pusaran angin lawannya.

"Gawat... Bila aku diam terus, maka ada kemungkinan dunia ini akan berakhir."

Dunia berakhir yang dia maksud adalah bagaimana dia menyimpulkan waktu saat ini sebagai titik akhir dari pemberhentian Rina. Sesuatu harus dia lakukan agar wanita itu tidak mengulang waktu dan membuat rencana baru lagi.

'Lalu bagaimana dengan Dina?' Dia kini berpikir ke arah wanita satunya. 'Jika Rina kembali, maka seharusnya penglihatan Dina juga akan berubah. Di sisi lain, wanita itu juga ada kemungkinan sudah menyiapkan penangkal dari setiap rencana yang dibuat oleh saudaranya Rina.'

'Ah...! Aku gak ngerti lagi!" Celicia mencengkram rambutnya dengan kedua tangannya. Dia dipenuhi dengan kebimbangan dan tak menauan.

'Kalau sudah begini... Maka hanya ada satu hal yang bisa kulakukan...' Dengan menatapi kesal kedua pusaran angin itu, Celicia memanggil pedangnya.

***

"Gwarghhh!"

*Buk!

Randy melesat ke udara dan mendarat secara kasar ke dalam sebuah tanah. Kepalanya menancap dan sulit untuk dikeluarkan.

"Eleuh Eleuh... Butuh bantuan...?" Suara terdengar jelas meskipun kepalanya berada di dalam tanah.

"Eh- Iwyaw!" Tanpa pikir panjang Randy mengiyakan bantuan itu.

*Poof!

Kepala Randy berhasil terlepas dari dalam tanah.

"Terima kasih ba-." Namun, saat matanya melihat sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa bersamanya. "-nyak?"

Pupil mata Randy seketika menurun dan melihat ke arah tanah. Keringat mulai keluar dari wajahnya, tubuhnya mulai merasa dingin.

'Tadi itu... Apakah hantu?' Pikir lelaki itu dengan ketakutan tanpa mengingat logika Dunia Time Fracture.

'Randy...!' Dalor memanggilnya dari dalam.

'Dalor? Ada apa?' Meskipun tidak melihatnya langsung, namun Randy sadar kalau Dalor sedang ketakutan. 'Apakah kau melihat hantu?' Randy mencoba bercanda untuk menenangkannya.

'Hey elu kalo bercanda gak usah kebangetan, gak lucu tahu! Lagipula hantu lebih takut sama gue!' Dalor sadar arah pembicaraan seketika melenceng. 'Eh... Lupakan saja! Tadi itu, suara tadi, aura tadii! Tidak salah lagi! Itu pasti dewi itu!'

'Dia? Di sini?' Randy seketika mengingat laporan ketiga bawahannya bahwa Rena tadi juga memberi salaman kepada mereka. 'Kupikir dia mundur bersamaan dengan Rena.'

'Tadi itu memang benar-benar dia, namun seketika auranya menghilang bagaikan ditelan bumi.'

Sesuatu seketika membuat pikiran Randy serasa janggal. Pasti ada maksud tertentu dari kedatangannya yang sangat singkat tadi.

"Check..." Randy mencoba mengidentifikasi tubuhnya. Siapa tahu ada sesuatu yang aneh di dalamnya.

Namun saat dicek sekalipun hasilnya nihil.

'Tidak ada yang akan kau dapat, aku sudah melakukannya lebih dulu.'

'Eh, begitu, ya?' Sepertinya Randy terlambat menyadarinya.

'Jadi, satu-satunya hal yang bisa kita simpulkan: dewi tadi hanya ingin mengucapkan salam, begitu?'

Meskipun terdengar ngasal, namun itu hanyalah satu-satunya yang bisa mereka berdua pikirkan saat ini. Apakah ada niat buruk atau tidak sebaiknya mereka singkirkan dulu.

'Gue benci ngomong, tapi ya... Itu cuman satu-satunya yang bisa gue pikirin.'

Mereka sudah masuk ke dalam jalan buntu.

"Randy! Apakah itu kamu?!" Tak lama kemudian ada suara yang memanggil dari kejauhan.

Tiga siluet cewek sedang berjalan kemari dengan berlari.

Tidak perlu menggunakan sihir untuk mengetahui siapa tiga bayangan itu, Randy sudah tahu jawabannya.

"Ira, Hannah, Dian! Kalian tidak apa-apa?" Randy mengingat laporan mereka. Pertarungan sebelumnya jelas membuat mereka terluka dan kelelahan, belum lagi ditambah dengan kedatangan tamu tak diundang.

Mereka bertiga semakin mendekat dan membuat mata Randy kian menajam sampai bisa menangkap wujud 3 bayangan itu.

"Sepertinya kalian tidak apa-apa..." Randy tersenyum karena tidak melihat adanya luka di kulit mereka.

"Tenanglah, jika kami terluka Hannah yang imut ini akan menyembuhkan kita, bukan?" Dian mengunci leher cewek itu dengan lengannya, wajahnya yang tersenyum cerah terpampang jelas di mata laki-laki itu.

"He-hey! Jangan menghinaku dengan pujianmu itu! Dan lepaskan tanganmu dariku!" Terkadang hinaan memang bisa dibalut dengan pujian palsu. Dan apa yang Hannah rasakan dan kira adalah kepalsuan.

"Uluh uluh... Lihatlat siapa yang malu-malu!" Namun bukannya kapok, Dian malah mengeratkan kunciannya itu.

"Randy, bagaimana situasi mereka berdua?" Melupakan mereka berdua, Ira masuk ke dalam pembicaraan inti.

"Buruk, sangat buruk! Aku terpental dan meninggalkan Celicia sendirian di sana."

"Celicia?!" Ira membuka lebar-lebar matanya.

"Oh, sepertinya aku lupa memberitahumu..." Sebenarnya Randy tidak ada niatan memberitahu mereka agar terkesan seperti kejutan, namun karena situasi telah berubah, apa boleh buat. "Dia sudah memilih..." Sambil mengatakan itu, Randy kembali menatap ke arah Rina dan Dina berada.

Dua pusaran angin semakin kuat dan bahkan bisa terlihat jelas dari tempat mereka berada.

"Hmm..." Saat melihat kedua pusaran itu, Randy kembali mengingat yang barusan terjadi. Suara yang dia dengar tadi masih teringat jelas di ingatannya.

Dia kini melirikkan matanya ke arah tiga gadis yang menjemputnya itu. Asumsinya yang tadi bahwa dewi tadi hanya mengucapkan salam kini telah berubah.

'Dalor... Sepertinya memang ini alasannya.' Dia berbicara di alam bawah sadarnya.

'Ya, tidak salah lagi... Sepertinya dewi ini juga berubah karena waktu.' Mata hijau iblis itu menyala dalam kegelapan. 'Dia menjadi orang yang tidak suka dilihat saat ini. Mungkin itu juga alasannya kenapa kita belum bisa melihatnya sekarang.'

Dewi yang tidak mau dilihat oleh orang lain, entah karena dia pemalu atau hanya ingin terlihat misterius saja.

"Randy? Apakah kamu sedang berbicara dengan seseorang yang ada di dalam dirimu?" Ira yang dari tadi melihat perilaku aneh Randy seketika bertanya.

Meskipun cewek itu hanya mendengar suara Dalor sekilas, namun dia segera mengetahui kalau makhluk yang berbicara dengannya saat itu adalah makhluk yang selalu membantu pacarnya yang sedang dalam kesulitan.

'Tidak usah sungkan, aku pernah berbicara dengannya meskipun sekilas. Dia pasti sudah tahu siapa aku...' Dalor memberi ijin

"Hmm(mengangguk)... Kurang lebih seperti itu."

"Apakah aku boleh bertanya? Soal makhluk itu?" Ntah kenapa saat cewek itu mengatakan kalimat tadi, seluruh bulu kuduk Randy menjadi berdiri dan mengeluarkan keringat dingin di sekujur tubuhnnya.

"Eh, Ira... Tenanglah... Dia itu monster, bukan gadis cantik atau semacamnya..." Randy harus segera menangkisnya sebelum situasi semakin rumit.

"Ehm benar juga, tidak mungkin gadis cantik suaranya semengerikan itu."

"Ah ha-hahahaha!" Randy tertawa tapi matanya ke arah lain. Dia sedang berpikir untuk segera mengubah subjek pembicaraan.

"Sebaiknya kita tidak boleh lama-lama di sini. Celicia akan kesulitan nanti!" Dia seketika ingat kalau ketua OSIS itu masih ada di sana.

"Ah iya! Ayo kita temui dia!"

Dengan begitu, Randy dan bawahannya pergi kembali ke tempat dimana dua saudara itu berada.