Celicia maju ke arah pusaran angin dengan mengayunkan pedangnya.
"Iron Body!" Dia memperberat massa tubuhnya dengan kekuatan buff-nya agar tidak terlempar seperti laki-laki bodoh itu.
*Slash!
*Fwoosh!
Saat mencoba membelah pusaran itu, bukannya membuat celah, tebasannya tadi malah mengakibatkan sebuah tarikan yang lebih kuat daripada yang sebelumnya.
"Tubuhku tertarik?!" Ucapnya sambil mencoba menahan tarikan itu dengan menancapkan pedangnya ke tanah. "Apakah ini adalah penyebab Randy terlempar tadi?"
Ada kemungkinan begitu.
Hanya mengandalkan senjata sihir membuat sebuah perhitungan yang tidak akurat. Terlebih lagi pusaran angin ini sepertinya bukan berasal murni dari angin sungguhan. Melainkan lebih ke arah sihir penolakan seperti magnet.
Karena Celicia tadi telah menebas sisi positif yang sifatnya melempar, kini sisi negatif yang sifatnya menarik terbuka dan menarik segala yang bisa ditarik oleh sisi itu.
"Lagi-lagi salah perkiraan..." Kedua tangannya mencengkram kuat gagang pedangnya, gigi-giginya menggeram memperlihatkan kekesalannya pada penilaiannya sendiri.
"Setidaknya aku bisa sedikit memberi hajaran pada mereka meskipun sedikit!" Dengan membawa tekad, Celicia mencoba mengambil sebuah taruhan.
Bila dia melepas pegangannya dan membiarkan dirinya masuk ke dalam pusaran. Ada kemungkinan dia akan masuk ke dalam sana dan bertemu dengan mereka berdua. Bila dia bertemu, meskipun hanya setebas saja, dia ingin melukai mereka.
Satu persatu jemarinya terlepas dari gagang pedang. Celicia mengambil dalam-dalam nafasnya dan menoleh balik ke arah pusaran.
"Aku benci ini... Tapi! Aku datang!" Ucapnya sambil melepaskan pegangannya dan terserap masuk ke dalam pusaran.
*Ctak!
Celicia mendarat ke dalam pusaran dengan berlurut sambil tangan kanannya menggegam dengan menghantam tanah.
Dunia di dalam pusaran terasa gelap, dia hampir tidak bisa melihat apa-apa. Jika diibaratkan, di sini seperti berada di dalam gua tanpa penerangan.
"Sepertinya aku melakukan kesalahan dengan memasuki tempat ini." Dia melengkungkan bibirnya dan menatap ke atas dengan mata yang bergemetar. "Randy, selamatkan aku..."
Dalam kegelapan, tidak ada yang bisa mendengar suara permintaan tolimong cewek itu.
Selain...
*Dor!
*Ctang!
Suara tembakan dari sebuah dessert eagle terdengar tertangkis oleh sebuah senjata.
***
"Kita sudah dekat!" Randy berjalan bersama dengan bawahannya.
Dengan beberapa langkah kaki panjang, mereka semua sampai pada lokasi.
"Hah?!" (Ira)
"Kenapa ini?!" (Hannah)
"Kita tertarik?!" (Dian)
"Apakah kedua saudara itu yang melakukannya?!" (Randy)
Mereka tidak tahu kenapa ada lubang itu, namun yang pasti, lubang itu menarik mereka cukup kuat.
'Randy! Gunakan Light of the Evil dan biarkan angin itu menyerapmu!' Suara dari dalam Randy memandu pergerakan laki-laki itu.
Randy seketika refleks membiarkan lubang itu menelan dan membawanya masuk ke dalam dunia gelap itu.
"Randy?!" Ketiga gadis itu terkejut dengan yang dilakukan laki-laki itu.
Namun Randy yang berada di depan mereka hanya menoleh ke belakang dan mengangguk dengan memasang tatapan yang meyakinkan.
"Bila itu yang kau mau..." Ira dengan perlahan melepas pertahannya dan membiarkan dirinya terserap seperti Randy.
Hannah dan Dian hanya bisa terdiam dan saling mengangguk pada satu sama lain untuk melakukan hal yang sama.
"Garghh!" (Hannah)
"Syalll!" (Dian)
***
Mereka masuk ke dalam kegelapan yang membawa hawa yang familiar.
"Light of the Evil!" Dalam sekejab setelah kakinya menginjakkan tanah di dalam pusaran, Randy segera mengaktifkan sumber pencahayaannya dan menerangi kubah yang gelap itu.
"Randy?! Kami ke sana!" Menyadari cahaya dari Randy, ketiga gadis itu berjalan ke arah sumber suara.
Mereka datang dari arah yang berbeda-beda.
"Randy! Tidak ada waktu untuk berdiam! Aku merasakan pergerakan di sini!" Ira yang baru bersatu langsung memberi tahu situasi saat ini.
"Dengan tempat yang kecil dan gelap, suara sebesar ini terdengar cukup keras!" Hannah memutar kepalanya dan melihati dari ujung ke ujung tembok pusaran angin itu.
"Ntah kenapa, rasanya mengerikan sekali di sini..." Dian yang baru pertama kali merasakan ini langsung memegangi kedua lengannya sambil menatapi sekitar. "Tempat ini dipenuhi keuntungan untuk musuh."
"Keuntungan?" (Ira)
"Bukankah tempat gelap sangatlah memudahkan musuh untuk menyerang kita secara diam-diam?"
"Hmm?!" (Randy)
Mendengar penjelasan tadi, ketiga orang itu langsung melebarkan matanya. Mereka yang menganggap diri mereka sudah berpengalaman pada ruangan gelap seperti ini seketika melupakan sesuatu yang penting.
Lawan mereka bukanlah monster yang hanya menyerang dengan membabi buta, namun manusia yang memiliki akal dan pikiran.
"Aku tidak akan membiarkannya!" Ira seketika berbalik dengan tergesa-gesa dan mengangkat tangannya sedada. "Ground Wall!"
Dia membuat sebuah dinding yang dapat melindungi siapapun yang berada di baliknya.
"Ira?!" Randy melompat dari tempatnya berdiri dan melototi tembok yang dibuat oleh pacarnya yang berada tepat di belakangnya.
Namun keterkejutan Randy seketika berubah menjadi helaan nafas.
Karena...
*Dor!
Tepat setelah tembok terbuat, sebuah tembakan dari sebuah pistol menghantam tembok itu.
"Sial! Cahayaku membuat kita terpojok!" Randy berlari jauh dari lokasi berdirinya.
"(Semuanya! Cobalah untuk berpencar! Buat mereka bingung untuk menyerang!)" Randy mengatakannya dengan telepati.
Mendengar permintaan itu, mereka bertiga memgangguk dan berpencar mencari kedua lawannya.
Untun saat ini tidak ada masalah bila mereka berjauhan dengan Rasyid. Cahaya yang dhasilkan laki-laki itu membuat dunia di dalam pusaran angin seperti dunia malam yang disinari bulan.
Kini laki-laki itu sendirian, ketiga bawahannya sudah meninggalkannya. Namun sayangnya dia masih bisa mendengarkan suara itu, suara tembakan yang terus mengejarnya.
*Dor!
*Dor!
*Dor!
"Apakah kau sengaja untuk tidak menembakku, Rina?!" Maki Randy dalam larinya.
Dia berlari dan berlari, namun tak ada satupun peluru yang mengenainya. Peluru itu seperti sengaja hanya untuk membuatnya takut dan menjauh.
'Menjauh?!' Pikiran Randy seketika sadar akan sesuatu. Dia merasakan sesuatu yang tidak beres sedang terjadi, atau malah, dia seperti telah masuk perangkap Rina saat ini.
"Sepertinya mereka tidak perlu berbicara untuk memanfaatkan satu sama lain." Randy memuji bagaimana kedua saudara itu membuat rencananya.
Ada kemungkinan saat ini Randy sengaja dibuat menjauh dari mereka bertiga agar Dina membereskan mereka, sedangkan Rina yang terus mengejar akan menghabisi Randy seorang diri.
'Terkadang membedakan mereka bila sedang bermusuhan atau tidak menjadi terasa sulit.'
Mereka saling memanfaatkan satu sama lain.
'Randy, elu jangan lari terus! Lawan balik! Kalo enggak, tiga cewek itu bakal kuwalahan pas lawan Dina!'
'Tenang aja, mereka kan bertiga?!'
'Mereka memang menang jumlah, tapi masa elu lupa kalau kita belum tahu kayak apa kekuatan si Dina itu?'
Seketika setelah diberitahu iblis itu, Randy selerti tersentak dan menghentikan langkah kakinya seperti mobil yang sedang ngerem.
"Dark Sword!" Dia mengeluarkan pedangnya di cengkramannya. "Dark Slash!" Dan langsung mencoba menebas Rina yang mengejarnya.
Tapi serangannya sia-sia, Rina yang dia pikir berada di belakangnya rupanya masih berada jauh di sana.
Tapi hal itu tidak menyurutkan optimisasi laki-laki itu. Randy sudah bersiap untuk segera melawan balik, bila tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada bawahannya.
"Rina! Aku tahu kau ada di sana! Keluarlah! Dan Hadapi aku!" Randy mengangkat pedangnya dan di arahkan ke arah sosok bergerak dengan pakaian pelayan yang berdiri jauh dari sana.
"Dik Randy... Sebaiknya kamu gak usah ikut campur! Pergilah!" Dengan mengarahkan moncong dessert eagle-nya ke arah pemuda itu, Rina memberi aba-aba bahwa dia siap bertarung.