Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 62 - Bab 23. Satu lawan Dua lawan Satu

Chapter 62 - Bab 23. Satu lawan Dua lawan Satu

"Dark Thunder Pierce!"

Rena terbang cepat dengan tombaknya yang mengeluarkan percikan listrik hitam ke arah Ira.

fwoosh!

Dengan terbang kesamping, Ira menghindari serangan mematikan milik cewek itu, namun itu belumlah herarti dia sudah berhasil menghindar.

Sesaat setelah dia menghindar, tepat saat dia menekankan kelajuan terbangnya pada titik nol, sebuah suara pelatuk terdengar dari jauh.

Dor!

Pelatuk itu menembak ke arah Hannah yang berada di dekatnya, beruntungnya Hannah menghindar dengan cara melayang ke bawah dan kembali menginjak ke atas tanah.

Tapi sisi buruknya, Ira yang berada di belakang Hannah terpaksa berefleks cepat untuk menghindarinya.

"Hughh!"

Dengan sedikit menekukkan badannya ke bawah di udara, Ira berhasil menghindari serangan kedua yang terjadi begitu cepat.

Rena yang masih meluncurkaj serangannya tidak segera berhenti, dia terus melesatkan dirinya dengan tombaknya kedepan.

Karena dua mangsa sebelumnya meleset, maka masih ada satu mangsa yang bisa dia hancurkan.

"Hihihihihi..."

Tawa mengerikan cewek itu menyertai lesatan tombaknya ke arah korbannya.

Rina yang menggunakan senjata jarak jauh jelas akan berada dalam kondisi dirugikan saat ini, belum lagi dia berada di atas tanah, bahkan menginjaknya sehingga dia tidak bisa menghindar dengan bebas serangan cewek itu.

Namun...

Saat moncong tombak Rena mau mengenai kepala wanita itu, Rina memundurkan kepalanya dan membiarkan tombak sampai seluruh tubuh Rena melewatinya begitu saja.

GEDEBUG!

Rena yang melesat dari udara ke tanah dengan kecepatan penuh jelas tidak akan bisa berhenti atau rem dengan begitu saja, terlebih lagi setelah dibebaskan oleh Randy, dia menjadi sedikit lebih manusia.

Serangannya yang sedikit melesat juga terjadi karena dia memiliki rasa iba pada lawannya.

"Kenapa?!" Rena yang menghantam tanah, dengan tombak yang juga menancap kuat di tanah itu hanya bisa melotot pada bebatuan di bawahnya. "Kenapa aku selembek ini?!"

Namun bukannya sebuah jawaban yang dia dapat, malah sebuah kepala pistol yang menempel di kepalanya.

"Kau bukan lemah, hanya lawanmu saja yang terlalu kuat..." Rina perlahan menarik pelatuknya, dan akan segera mengakhiri cewek itu.

Namun, sebagai antagonis, Rena tidak akan membiarkan dirinya mati dengan konyol seperti itu. Dia akan berusaha agar tidak berakhir seperti itu.

Tepat saat pelatuk itu akan berada di ujung, Rena dengan cepat merunduk dan berputar 180 derajat ke belakang, sebuah ayunan kaki yang sangat cepat menyertai putaran cepat itu.

BRUK!

Sepatu yang terbuat dari zirah entah kulit monster apa itu menghantam pipi Rina yang mulus ala anak orang kaya.

Rina langsung terlempar ke samping dan menghantam pepohonan di dekatnya.

"Heh, siapa yang kau sebut lemah?" Rena menatap kecut wanita pelayan sok-sok an itu.

Namun kebahagiaan cewek itu tidak berjalan lama, tepat setelah selebrasi singkatnya, tiba-tiba sebuah cahaya menerangi tempatnya berpijak.

"Firestorm!" (Ira)

"Enchanced Spell!" (Hannah)

Saat mata cewek itu menoleh ke bawah, sebuah lingkaran sihir sedang bersiap untuk dikeluarkan.

"Da-"

Belum dibiarkan menyelesaikan kalimatnya, bahkam satu katapun, lingkaran sihir yang berada tepat di bawah Rena menyemburkan sebuah lava api yang panasnya bukan main.

Dari kejauhan, Ira dan Hannah yang berada sedikit berjauhan dari mereka, dengan saling berpegangan memperkuat sihir mereka.

Ira mengeluarkan sihir api biasa, dan Hannah memperkuatnya sehingga menjadi lava yang semengerikan ini.

"Berhasil?" (Hannah)

"Jelas tidak, Rena saja sudah cukup untuk membuat aliansi Valkyrie dan Justiciar kocar-kacir, apalagi sekarang ada dua..."

Dengan begitu, Ira dan Hannah melepas kedua tangan mereka yang saling berpegangan dan fokus ke tempat dimana Rena terbakar, dan Rina pingsan.

Mereka berdua menunjukkan belum adanya tanda-tanda bahaya, tapi itu bukan berarti mereka jinak.

Entah perangkap macam apa yang akan mereka keluarkan saat Ira dan Hannah mencoba mendekati kedua lawannya itu.

Fwooooshhh---

Lava yang menyembur ke atas telah berakhir, dan seperti yang mereka berdua duga.

Sihir eceg-eceg yang mereka keluarkan jelas tidak akan memberi luka yang berarti pada zirah seperti tulang monster itu.

Rena yang melihat kedua lalat penganggu itu hanya bisa menyipitkan matanya sambi menggeram ke arah mereka.

Dia sepertinya bukan hanya kesal biasa sekarang, namun yang dia rasakan saat ini adalah kekesalan yang luar biasa.

"Kalian... Aku hanya minta kalian memberi tahu dimana tuan kalian, kenapa kalian diam saja?!"

Rena mengangkat tombaknya dan membuat sebuah percikan listrik hitam yang sangat besar dan menakutkan. Tombaknya seperti tersambar peitr terus menerus.

"Permintaan ditolak!" Ucap Ira sambil mengangkat tombaknya yang tadi di panggil masuk.

"Maaf sekali, tapi orang itu masih berhutang soal pekerjaan padaku." Hannah menyiapkan bukunya yang menjadi senjata utamanya.

Rena yang melihat keteguhan hati dua gadis itu hanya bisa tersenyum menyeringai dan hina, dia tidak menyangka ada orang yang bersedia mempertaruhkan nyawanya demi orang lain.

Tapi, saat dia mencoba memikirkan soal 'mempertaruhkan nyawanya demi orang' kepalanya tiba-tiba menjadi sakit dan merasa berat, seperti sedang ada batu besar di kepalanya.

'Kenapa aku sakit setiap kali aku mendengar kalimat yang berhubungan dengan keadilan?' Dalam pikirannya, cewek itu sudah semakin mempertanyakan apa yanh dia sedang lakukan sekarang ini.

Mulai dari mempertanyakan:

kenapa dia menjadi justiciar?

kenapa dia menjadi penghianat?

Kenapa dia rela menghabisi nyawa sahabatnya?

Bukankan tujuannya juga sama seperti mereka?

Lalu kenapa?

Kenapa dia malah menganggap orang yang rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan orang yang mereka percaya bisa mengubah dunia, dia malah ketawa?

'Apakah sekarang aku menertawakan ambisi diriku sendiri?'

Pikirannya semakin sakit.

Dan situasi seperti ini adalah situasi yang buruk dan tidak baik terjadi di saat-saat seperti ini.

Tepat setelah dia terdiam dan tak bergerak beberapa saat karena masuk ke dalam kebimbangan dirinya.

Ira mengangkat kedua tangannya ke atas dan seperti bersedia menahan sesuatu di atas kepalanya.

Tak lama setelah itu, sebuah lingkarang awan hitam memgitari bagian atas kepala Ira, awan itu membentuk lingkaran seperti sebuah putaran-putaran adonan makanan.

"Tidak ada waktu untuk bersantai di tengah-tengah pertarungan, Rena. Kau pasti sudau tahu itu!" Hannah menatap tajam ke arah mantan temannya itu. Di wajahnya terlihat penuh akan kemurkaan bahkan tanpa sedikitpun rasa iba pada lawannya.

Awan-awan itu terus berputar-putar sampai berbelok dan melakukan gerakan yang berlawana dari awalnya, kini awan-awan itu berputar-putar membentuk seperti sebuah bola asap yang memiliki 8 titik garis yang berputar-putar secara acak.

Di sisi lain, Rina yang sudah siuman segera mengangkat pistolnya dan lubang-lubang lingkaran waktu yang terlihat mengerikan bagi pengidap trypophobia.

"Aku tidak akan membiarkan cecunguk sepertimu menghalangi rencanaku!"

Rena berada di posisi terdesak, dia tidak bisa bertarung lebih jauh. Kondisi mentalnya semakin mempengaruhi sifat bertarungnya, bukqn hanya itu saja, kini dia sudah tidak mungkin menang karena dua serangan sihir yang cukup kuat sedang bersiap melesat ke arah cewek yang sedang menutupi mata dan keningnya itu.

Tapi, tepat saat kedua serangan dahsyat itu akan melesat.

"Eleuh, eleuh... Sepertinya si Rena sedang kesakitan, ya sudah~ Aku kamu bawa pulang saja... Dada..."

Sebuah portal hitam seperti lumpur menyerap masuk Rena dan membawanya pergi.

Rena seperti tertelan masuk ke dalamnya

DUAR!

DUAR!

DUAR!

Sebuas gumpalan asap panas melesat ke arah tempat asap hitam yang berupa seperti lumpur itu, diikuti dengan ratusan tembakan peluru dessert eagle yang juga mengikuti.

Namun, serangan itu berakhir sia-sia dan hanya menguras mana mereka secara percuma.

Kini hanya ada Rina, Ira dan Hannah saja di sini.

Siapa yang akan menang, atau bala bantuan akan datang?