Lengan yang memegang 2 buah kunci itu melayang ke udara dan membuat kunci-kunci itu berserakan ke tanah.
Celicia yang baru saja memotong tangan itu, dengan tanpa ampun langsung berjalan semakin dekat dan memutarkan pedangnya untuk sekali lagi, dan kini pasti akan memotong perut wanita itu menjadi dua.
"HYAGGHHH!!!"
SLASH!
Tubuh Rina terbelah kesamping menjadi dua. Bagian atas dan bawahnya tergeletak secara tidak teratur.
'Apakah ini sudah selesai?'
Jika seseorang sudah mengatakan itu dalam sebuah novel, itu artinya ini masihlah belum berakhir.
Jelas ada yang aneh, tidak mungkin Rina dengan bodoh tertipu seperti itu.
'Randy, Dispel! Sekarang!'
Suara teriakan Dalor yang berkecamuk di dalam tubuh Randy membuat anak itu tersontak dan refleks mengeluarkan sihir itu secara terbata-bata.
"Dis-dispel!"
Setelah mengatakan itu, seharusnya seluruh tempat di sekitar pohon yang mengikat Dina ini akan tidak bisa menggunakan sihir sampai Randy meng-undo skill-nya.
CPRASH!
Sebuah suara kaca pecah terdengar di tubuh Rina yang sudah terbelah dua itu. Tubuh itu bergaris-garis seperti kaca pecah atau tanah yang gersang, dan perlahan semakin dan semakin melonggar.
Sampai akhirnya meledak bagaikan sebuah bom rakitan para teroris.
Tubuh itu meninggalkan sebuah kunci di dalamnya dan terbang ke arah Celicia.
"Tunggu, ini kunci..." Kunci itu melayang tepat di depannya, kunci dengan gagang seperti kucing merem itu terlihat menjelaskan asalnya. "... Milik Copycat."
"Jangan bilang!" Randy berlari mendekat ke arah Celicia.
Tubuhnya dikerumuni oleh keringat dingin, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun yang pasti...
Dia masih ada di sini, di sekitar sini!
Randy memutar kepalanya 360 derajat secara perlahan, matanya terus menyusuri pepohonan di sekitarnya. Dia berharap, matanya yang tertutup oleh kegelapan dunia Time Fracture bisa menangkap sesuatu.
Namun...
Tidak ketemu, apapun dan satupun.
"Ada apa, Randy? Apakah ada sesuatu yang membuatmu khawatir? Apakah masalah kunci ini (memperlihatkan kunci bergagang kucing)?"
"Tentu saja ada! Jika yang kau lawan barusan adalah Copycat, lalu dimana Rina yang asli?!"
Saat Randy meneriakkan itu, Celicia tiba-tiba melebarkan matanya, sepertinya dia sudah terbutakan oleh kemenangannya sampai melupakan kalau yang dia lawan adalah lawan yang salah.
"Apakah sejak awal Copycat yang habis kulawan ini selalu ada di depanmu?"
Celicia menatap ke tempat Rina palsu itu terbaring sebelumnya, kini tempat itu kosong tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.
Celicia menatapi bekas tempat tergelataknya mayat itu dengan sangat serius. Saking seriusnya, kewaspadaannya juga akan berpengaruh.
Tapi, dari pertanyaan Celicia tadi, Randy bisa menyimpulkan satu hal dengan apa yang terjadi padanya beberapa menit yang lalu.
"Tidak, aku mengalihkan pandanganku untuk beberapa menit saat terbang ke mari..."
"Berarti..." Dia sepertinya sudah mendapatkan jawabannya. "... Rina sudah berganti dengan monster itu dan seharusnya dia sekarang tergeletak di suatu tempat."
"Jadi maksudmu, Rina jadi korban Copycat?"
"Hmm(mengangguk)... Ji-jika kau ingat apa yang terjadi sebelumnya padaku kemarin, mungkin itu bisa menjelaskan hal yang sama seperti yang terjadi sekarang ini." Dia memerah saat mengatakan itu, entah malu atau tidak suka saja.
Perasaan tidak enak langsung masuk ke dalam tubuh laki-laki itu, dia merasa apa yang dia dengar baru saja ini seperti logis-logis saja, namun terasa... Janggal.
"Ada apa, Randy? Kita harus mencoba mengecek kondisinya!"
Celicia mengajak laki-laki itu untuk bergerak bersamanya, namun Randy diam saja tanpa melakukan apapun. Laki-laki itu tenggelam dalam lautan pikirannya, dan memikirkan dalam-dalam dengan situasi ini.
'Jadi, kau sudah memikirkan ini, bukan hanya sejak hari ini, melainkan sejak pertama kali dirimu berkunjung ke rumahku?'
Entah darimana kalimat itu muncul, tapi itu pernah dia dengar sebelumnya.
Setelah mendengarkan kalimat misterius itu, Randy langsung kembali ke dunianya dan melihati Celicia yang melongo melihati Randy yang terdiam seperti orang bodoh.
"Randy, kenapa kau bisa melamun di saat genting seperti ini?"
"Entahlah, mungkin hanya kebiasaan..."
"Kebiasaan? Kebiasaan yang mengerikan..."
"Lupakan saja, ayo kita cek keadaan Rina." Randy memperlihatkan senyum tipis ke gadis itu.
"Namun..." Tapi saat mengucapkan itu, senyum tipis itu langsung hilang bagaikan dimakan angin.
"Persiapkan senjatamu..."
Mendengar saran dari laki-laki itu, Celicia menjadi semakin tidak paham dengan apa yanh ada di dalam pikiran laki-laki itu.
"Apa maksudmu?! Apakah dia masih berbahaya?"
Randy mengangguk dengan tenang, dan tanpa rasa sedikit bersalah. Di anggukannya itu bisa terlihat keyakinan dirinya cukup kuat.
"Ka-kalau begitu, apa boleh buat..."
Celicia memanggil kembali pedangnya dan dipanggul di bahunya.
Dengan begitu, mereka berdua bergegas berjalan ke arah yang kemungkinan menjadi tempat Rina tersungkur.
"Ngomong-ngomong soal kunci ini." Celicia melempar kunci itu ke arah Randy.
Hap...
Randy menangkapnya dengan tepat seperti pemain baseball.
"Kenapa?"
"Ambil saja..."
"Kau yang butuh, kan?"
"Ah, terima kasih..."
"Bukan apa-apa, itu keharusanku bukan hanya sebagai kakak kelasmu, tapi juga sebagai orang yang bertarung di sisimu."
Dengan mengatakan itu, artinya Celicia sudah meyakinkan dirinya untuk bergabung ke tim Randy dalam pengumpulan para monster.
Tapi bagaimana dengan bawahannya, apakah nanti tidak akan kerepotan? Lalu bagaimana dengan Geni si bayangan itu?
Semua itu mungkij terjawab setelah pertarungan ini.
Di sisi lain, Randy memegangi pinggir keningnya seperti orang yang sedang migrain. Namun, ketenangan terlihat di wajahnya saat ini.
Daripada sakit kepala, dia lebih terlihat seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang.
***
Di tempat lain, tempat yang hampir berdekatan dengan tempat Randy dan Celicia beradam
Sebuah percikan api terus terbuat karena gesekan antar dua besi yang saling menghantam.
Clank!
Slash!
Chunk!
"Bagaimana ini bisa terjadi?! Bukankah di sini seharusnya hanya ada si Rina?!"
Ira bertarung di udara layaknya sebuah sirkus yang memainkan akrobat.
Di sisi lawannya, ada seorang gadis dengan tombak(lance)-nya yang hitam terus menusuk ke arah Ira.
Dulu dia pernah menjatuhkan Ira hanya dalam satu kali pukulan, namun Ira tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi, terlebih lagi, kini lawannya sedang melemah dan tidak sekuat dulu, bahkan sudah bergerak seperti layaknya manusia normal.
"Menyerahlah, cepat beritahu aku, dimana pacarmu itu!"
Dia terus menyudutkan Ira dan meminta pertanyaan yang pasti pada gadis itu.
Di sisi lain, Ira menggeramkan giginya dan menatap kesal gadis itu, tombak(spear) yang dia gunakan semakin mencengkram kuat gagangnya itu.
"Tidak, aku tidak akan membiarkanmu mendekati Randy! Aku akan melindunginya meskipun tidak dibutuhkan, terutama dari orang sepertimu, Rena!"
Rena, gadis penghianat itu muncul tepat bersamaan dengan Rina yang sedang berada di lokasi yang sama.
Di sisi lain, Hannah yang merupakan penyihir tipe support harus terus menghindari dari serangan demi serangan wanita yang membawa dessert eagle itu.
Dia terus mencoba melompat dari platform-platform yang dia buat dengan mengandalkan sihir perisainya.
Namun, setiap kali Hannah mau membuat platform dan berlari dengan cepat.
Rina, musuhnya yang merupakan pengguna sihir bertipe waktu itu terus menembak tepat ke arah yang Hannah akan tuju.
"Tch, melenyapkan kalian bertiga sepertinya akan menjadi hal yang merepotkan... Tenang saja, karena aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku tidak akan takut akan kegagalan." Rina memiringkan bibirnya dan melihati Rena, Ira, dan Hannah yang sepertinya akan mengacaukan rencananya.
"Tunggu, 'kalian bertiga'? Apakah Rena bukanlah bagian rencanamu?" (Hannah)
"Ah, tentu saja bukan, meskipun lonte itu punya nama yang mirip denganku sekalipun, aku tidak akan membiarkannya berada di sisiku untuk membantuku."
Sebuah pertarungan tiga faksi terjadi, dan sepertinya itu diluar dugaan, baik Randy, Celicia, bahkan Rina sekalipun.
Pertarungan saat ini bisa dibilang, 1 lawan 2 lawan 1.
Namun, bagian faksi tengah bukanlah orang yang kuat ataupun berpengalaman, jadi bisa dibilang, pertarungan mereka pasti hanyalah sebagai samsak tinju saja.