Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 56 - Bab 17. Melelahkan

Chapter 56 - Bab 17. Melelahkan

"Hah... Apa-apaan tadi, kenapa aku harus berjalan kaki dari kota ke rumah di aaat seharusnya di hari libur itu kita harus bermalas-malasan..."

Randy baru saja sampai rumah setelah berjalan jauh dari tempatnya sarapan pagi.

Tubuhnya yang lemah karena jarang berolahraga dibuat tegang dan bergemetar karena belum pernah merasakan jalan yang sejauh itu. Jantungnya berdebar-debar bukan karena cinta, namun karena lelah dan capai. Keringat membasahi seluruh tubuhnya bagaikan diguyur hujan deras.

Randy yang seharusnya hari ini bersantai malah berakhir menjadi berolahraga ekstrem dan memingsankan.

Untung saja dia masih bisa bertahan sampai rumah tanpa harus kehilangan kesadarannya.

"Celicia sialan, kalau marah-marah, setidaknya jangan mengacuhkan orang yang di sekitarnya..."

Bruk!

Sambil mengeluh, Randy membaringkan badannya ke lantai dekat pintu depan.

Dia sudah tidak tahan dengan keancritan yang terjadi pada dirinya.

"Beristirahat sedikit mungkin akan membuatku segar kembali..."

Dengan begitu, jantungnya yang berdebar-debar kencang perlahan mulai melambat, keringat yang membasahi tubuhnya mulai turun dan membasahi lantai, badannya yang tergang kian mulai mengendur dan membuatnya dalam keadaan santai.

Tubuhnya perlahan menjadi lemas, kesadarannya kian turun, kelopak matanya kian melebar dan menutup seluurh penglihatannya.

Dia saat ini hanya melihat kegelapan dan kenikmatannya bersantai.

Randy memasuki ke dalam dunia mimpi yang indah.

***

"Eh, eh... Lihat siapa yang kutemukan terbaring di ruang tamu dengan tubuh dibasahi oleh keringat yang bau..."

Rina berjalan mendekat ke arah laki-laki yang sedang mimpi indah itu. Mulutnya membentuk sebuah senyuman menyeringai, dia pasti berniat untuk melakukan niat buruk pada laki-laki itu.

"Mungkin aku bisa sedikit bersenang-senang..."

Sambil menatap rendah laki-laki itu, telunjuk wanita itu menyentuh bibirnya bagaikan sedang memikirkan ratusan niat jahat pada anak itu.

***

SSSSSTTTTT

Suara shower terdengar di kuping anak itu.

Dia perlahan membuka matanya dan memeriksa apa yang sedang terjadi pada dirinya.

"... dimana aku...?" Dia bertanya dengan suara yang lirih sampai tidak terdengar oleh orang lain selain dirinya sendiri.

"Eh, eh... Kamu akhirnya bangun juga, keponakanku yang tampan..."

Suara wanita yang menggoda iman terdengar dan masuk ke dalam kuping laki-laki itu dengan merdu, dan akan membuat siapapun yang mendengarnya akan menjadi tak karu-karuhan.

"Bi-bibi Dina?! Kenapa anda mandi bersama saya?! Dan terlebih lagi, kenapa aku ada di sini?!" Randy tidak tahu apa yang sedang terjadi, dia hanya bisa melongo tanpa tahu soal itu. "Kenapa kalian masih di sini?! Bukankah kalian berdua seharusnya sudah tidak ada kepentingan lagi?!"

Randy ingin tahu alasan mereka.

Alasan kenapa mereka masih berada di sini dan mengangguk ketenangan dan kedamaian laki-laki itu.

"Aku sudah minta ijin pada ibumu untuk tinggal di sini untuk sementara, jadi itu tidak ada masalah, bukan?"

"Itu memang bukan masalah, tapi bibi yang berada di sini bersamaku itu adalah masalah!"

Saat berteriak, Randy mencoba menggerakkan tangannya, namun...

GRIKKK!

Kedua tangan laki-laki itu diborgol dan membuatnya tidak bisa bergerak. Hal itu di perparah denvan posisinya yang sedang berjongkok membuat suasana semakin canggung.

"Hey?! Kenapa bibi memborgolku?! Emangnya aku ini tahanan?!" Randy memaki sambil menahan air matanya.

Randy tidak habis pikir, di saat situasi seperti ini, dia itu harus senang atau takut. Namun yang pasti, saat ini dia tidak bisa bergerak, dan di depannya ada seorang wanita berumur 25 tahunan yang masih belum menikah sedang berada di depannya dan tersenyum menggoda ke arahnya.

"Eh, eh... apakah keponakanku tidak suka dengan keberadaan bibi?"

Bibi Dina memasang wajah kecewa, bibirnya mengkerut sambil memainkan peluntiran rambutnya yang berbentuk rumus DNA itu.

"Senang atau tidak itu urusan belakangan, yang jadi pertanyaan sekarang, kenapa bibi memborgolku?!"

"Oh, apakah keponakanku lebih suka berduaan bersama Rina?!"

"Sudah kubilang, aku bertanya kenapa bibi memborgol kedua tanganku?!"

Dia masih tidak bisa menjawab pertanyaan Randy dengan benar.

"Rina! Randy minta tambah!"

Mengenaskan nasib anak itu, ocehannya tidak di dengar oleh bibinya itu.

"Apakah nona memanggil?!"

Dalam waktu singkat, wanita berambut pendek bewarna jingga dengan peluntiran rambut membentuk rumus RNA masuk ke dalam kamar mandi.

"GYAHHH! Kenapa sekarang ada bibi Rina?!"

Kewarasan laki-laki itu semakin tak terkendali, dan berakhir membuatnya pingsan.

Untuk apa yang terjadi pada tubuhnya, dia hanya bisa berserah pada tuhan.

***

Saat kesadarannya pulih, Randy melihat langit-langit yang familiar dengan kehidupannya.

"Aku di kamar?" Ucap laki-laki itu lemah sambil melihati sekitarnya.

"Apakah aku memuntahkan darah lagi?"

Randy mengingat-ingat apa yang terjadi padanya kemarin hari.

Tapi sepertinya itu bukanlah penyebabnya.

Lalu, kalau begitu apa?

Dia terus memikirkan penyebab dirinya pingsan.

Saat melihat ke jendela, Randy melihat langit yang bewarna kuning dan matahari yang menghadap langsung ke kamarnya.

"Egh... Silau(tangannya melindungi matanya dari sinat matahari)..."

Namun, selambu di jendelanya tiba-tiba tertutup oleh seseorang. "Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat senang sekali dalam pingsanmu."

Saat melihat pemilik selambu itu, Randy perlahan mulai mengingat apa yang terjadi padanya.

Wajahnya perlahan memanas dan memerah layaknya sebuah panci yang digunakan memasak air.

Kedua tangannya menutup matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berharap dia bisa melupakan kejadian tadi.

Ini sudah ke berapa kalinya dia pingsan?

"Kenapa hari sabtu yang indah ini malah jadi sangat singkat dan berantakan?"

Dia sama sekali tidak menikmati hari sabtunya dengan bersantai.

"Lusa bakal ada remidi, dan aku harus kembali ke sekolahku yang bagaikan neraka itu... Belum lagi remidiku adalah pelajaran-pelajaran sulit..."

Nasib Randy tidak baik-baik saja saat ini.

"Oh, apakah dek Randy butuh pelajaran tambahan untuk menghadapi remidi?" Rina tiba-tiba nyaut dan berjalan menggoda layaknya seorang model. "Kalau mau... Kak Rina bisa membantu, kok," ucapnya sambil memasang senyuman yang cerah.

Tapi Randy yang sudah tahu sifat kedua bibinya tidak akan masuk ke jurang yang sama dan membiarkannya terbawa arus oleh mereka. Dia harus melawan.

"Emangnya bibi pintar?" Ucap Randy mengejek.

Seperti yang diharapkan, dengan mendengar sebutan itu.

Rina memperlihatkan tanda kurung di keningnya tanpa mengubah raut mukanya.

"Te-tentu saja kakak bisa... Kalau tidak percaya, mari biar kakak buktikan." Sambil menahan kesalnya dia mencoba memperlihatkan kebolehannya, tapi sebelum itu.

Wajahnya mendekat, dan masih memasang wajah itu. "Kumohon, jangan panggil kakak dengan sebutan bibi, okeh?" Sebuah ancama terasa dalam senyuman itu.

"Baik bi-" Randy hampir keceplosan. "Baik kakak!" Namun dengan cepat dia pelesetkan.

Dengan begitu, bibinya memperlihatkan kebolehannya dalam mengisi dan menjawab di ponselnya dengan memanfaatkan soal yang beredar di internet.

Dari hasil dia menekan-nekan tombol, dia bisa dengan mudah menjawab semua jawaban dengan benar tanpa salah.

Namun itu bukanlah apa yang ingin Randy tahu.

Karena...

"Kak Rina, bukankah kakak sudah seharusnya ingat kalau kakak sudah membeberkan kekuatan sihir kakak sendiri tadi pagi?"

Randy antara bingung dan tak percaya kalau wanita itu lupa.

"Eh, kekuatan apa?"

Ah, dia lupa beneran.

"Kekuatan kalau kakak bisa melihat masa depan... Emangnya apa lagi?"

"Eh?!"

Wajahnya tiba-tiba membeku, keringat mulai membasahi mukanya.

Dia mencoba mengelak, namun sudah tidak ada jalan pintas untuk keluar dari skak mata itu.

"Kak Rina, bagaimana kalau kita taruhan saja..."

"Taruhan?" Wajah Rina yang kaku langsung cair.

"Ya, taruhan... Bukankah itu kesukaan kakak?"

"Eh..." Rina langsung memberi tatapan sipit pada Randy, bibirnya menyeringai seperti menandakan kalau mustahil buat laki-laki itu untuk menang.

Tapi, Randy bisa menangkal semua unsur kecurangan wanita itu. Dengan kekuatan Dispel, dia bisa menyegel sihir penglihatan masa depannya.

Seharusnya, penglihatannya itu hanya berfungsi kalau dia mengalaminya secara langsung. Itu artinya, kekuatannya bukanlah kekuatan penglihatan masa depan, melainkan kekuatan untuk kembali mundur beberapa waktu.

'Hehehe, dengan begini aku pasti akan menang...'

'Elu, kejam sekali...' Dalor yang berada di dalam tubuhnya merasa kasihan pada wanita itu.

"Kak Rina, bila aku menang dalam soal-soal ini, maka biarkan aku tidur dengan santai!"

Dengan kepercayaan diri yang kuat, Randy menantang Rina dalam adu otak.