Setelah beberapa selang waktu, makanan-makanan sampah telah ada tepat dihadapan mereka. Uap panas yang keluar dari atas makanan menunjukkan kalau makanan mereka masih dan baru diangkat dari penggorengan. Aroma khas penggorengan tercium dari burger dan kentucky yang mereka pesan. Di tambah dengan adanya saus, mayonaise, dan kecap di atasnya bisa langsung membuat perut berbunyi hanya dengan sekali pandang.
Dan di dekat makanan-makanan itu ada 4 orang yang kelaparan karena belum sarapan pagi. Dengan air liur yang sudah menetes-netes, mereka semua dengan malu-malu menghabiskan makanan yang ada di depan mata mereka layaknya tsundere yang menolak tapi sebenarnya mau.
Tanpa pikir panjang dan sebuah obrolan yang berarti, mereka semua menghabiskan semua makanan yang ada di depan mereka tanpa sisa.
'Apakah mereka terlalu kelaparan?'
Randy yang melihat sikap ketiga valkyrie itu hanya bisa terdiam sambil melihati sisa-sisa makanan yang sudah tak bersisa. Cara makan yang tidak biasa mereka perlihatkan di depan laki-laki itu. Bahkan Randy secara tidak sengaja melihat mulut Geni yang dipenuhi dengan makanan.
Randy yang awalnya mencoba memakan pesanannya itu dengan etika terpaksa mengikuti cara mereka makan, meskipun itu sangat tidak wajar.
***
Makanan dan minuman sudah habis, kini meja sudah bersih, namun mereka masih belum pulang. Berhubung ini adalah restoran yang menyediakan wifi, jadi untuk pengunjung yang ingin tetap singgah, mereka tidak akan mempermasalahkan ini. Alasan mereka masih tinggal di sini karena mereka masih ada satu urusan yang belum selesai, ada suatu hal yang mereka perlu bicarakan di sini dan saat ini juga.
"Permisi, kalau aku boleh mulai..."
Celicia memulai pembicaraan dan orang pertama yang dia lihat pertama kali tidak lain dan tidak bukan adalah Randy.
Gadis itu menatap tajam laki-laki itu, bahkan hanya dari matanya saja, refleksi wajah Randy terbentuk dan terpancar di sana.
Dari raut muka itu saja, Randy bisa merasakan ke seriusan gadis itu.
"Hmm(mengangguk)... Apakah ini ada hubungannya dengan yang kemarin."
Randy langsung ke inti, dia tidak mau bersikap basa-basi pada orang sepenting Celicia.
"Iya, bisa dibilang begitu." Celicia mengangguk sekali. "Soal permintaanmu kemarin, tentang-" (Seseorang memotong kalimat gadis itu)
"Tunggu, permintaan?! Bukankah Nona Celicia datang ke sini untuk memastikan apakah laki-laki yang di depan anda saat ini berguna atau tidak?!" Geni yang duduk di sebelah gadis itu seketika berdiri dan menggebrak meja sekali.
Gebrakan itu seketika menarik perhatian publik. Mata-mata asing mulai mengunci ke arah mereka.
'Astaga, kumohon, jangan yang kedua kalinya!' Randy tidak tahu harus bagaimana menanggapi hal seperti ini.
"Geni, duduk...!" Celicia dengan tenang langsung menoleh ke arah si pembuat masalah itu dengan menunjukkan matanya yang mengerikan bak tidak tidur selama 1 tahun. "Bukankah aku sudah bilang, jangan menganggu pembicaraan ini?"
"Baiklah nona..." Dengan berberat hati, Geni yang masih kesal dan marah hanya bisa menegangkan rahangnya dan duduk kembali seperti anak penurut.
Para pengunjung yang mengunci mata ke arah mereka berempat kian berkurang hingga habis mengikuti masalah yang sudah tidak lagi besar.
"Mohon maaf atas gangguan sebelumnya, biarkan aku melanjutkan pembicaraan kita." (Celicia)
"Aku sudah memikirkan permintaanmu ini sejak pulang tadi pagi."
"Di kamarku, aku terus mencoba menganalisis setiap perilakumu di sekolah sampai di luar."
"Dan hasilnya, aku bisa mengatakan, aku masih belum bisa menerima keputusan itu."
"Aku tidak bisa membuat Windy dan Naura berada di genggamanmu."
Sebuah jawaban sudah diberikan oleh gadis itu. Randy tidak bisa berbuat banyak bila dia tidak mau membantu. Sangat disayangkan, padahal dengan bantuan Celicia, mungkin pekerjaannya akan jadi jauh lebih mudah.
Penolakan itu bukan berarti Randy hanya diam saja dan membiarkan para valkyrie itu tetap aman. Dia tetap akan menyerang mereka meskipun tanpa bantuan Celicia sekalipun.
Randy tidak mengatakan ini pada siapapun, dia menyembunyikan apa yang ada di dalam kepalanya hanya pada dirinya sendiri.
"Ah(menghela nafas)... Sangat disayangkan, kukira kamu akan membantu seperti yang lainnya." Randy memasang senyum terpaksa.
Dia tidak sedang mencoba-coba menutupi kekecewaannya pada gadis itu. Dia cukup membuatnya sedikit merasa tidak nyaman untuk sedikit membalas perbuatannya.
Jadi untuk sementara, Randy saat ini punya dua opsi untuk membebaskan faksi valkyrie. Pertama dengan bantuan Celicia, atau kedua melakukannya sendiri dengan bantuan para bala bantuan yang sudah dia dapat, dan mungkin Celicia akan datang sebagai penghalang laki-laki itu.
Menggunakan Justice of Word pada Celicia dan Geni masih belumlah bisa. Masih sama seperti yang pernah dijelaskan Dalor saat itu, setidaknya, mereka yang terkena Justice of Word harus memiliki kepercayaan pada apa yang diucapkan Randy, baik dalam sisi baik maupun buruk, yang penting sang korban mempercayai Randy.
"Kami mohon maaf..." ucap Celicia sambil berdiri dan mencoba pergi.
"Sudah kuduga, Nona pasti tetap tidak akan ada di pihakmu!" Geni mengikutinya.
Sepertinya memang opsi kedua adalah jalan yang akan dipilih Randy kedepannya, dia tidak peduli apakah kepercayaa Celicia padanya akan menurun atau tidak, yang pasti dia berhasil menyelesaikan tugasnya, dia tidak peduli dengan hasilnya.
"Apakah kamu yakin, ketua? Ketua terus membiarkan Windy dan Naura dalam borgol dewi itu selagi ketua sendiri malah sudah bebas!"
Namun secercah harapan tiba-tiba diberikan Ira pada Randy yang sudah tidak peduli itu. Pacarnya itu mencoba membujuk ketuanya.
Celicia yang tadi mau bersiap pergi dan meninggalkan meja ini langsung terdiam sesaat, bagaikan video yang diputar mundur, gadis itu perlahan kembali ke kursinya, namun dengan menatap ke arah yang bersebrangan, yaitu ke arah Ira.
Di sisi lain, Geni yang tadi juga mau pergi kini terdiam dan menatap mereka bertiga dari dekat tanpa ikut duduk bersama.
"Sepertinya mulutmu sudah mulai kusut, Ira?" Celicia menatap gadis yang tak tahu diri itu.
"Tidak, bukan mulut yang kusut, namun cara pikir ketua lah yang sudah kusut..."
"Kenapa kau bisa mengatakan itu?"
Hanya dengan melihat saja, Randy bisa merasakaj betapa sabarnya Celicia yang duduk di depannya ini. Dia bisa dengan enteng menahan emosinya dan tetap stay cool tanpa harus terditraksi perkataan buruk dari gadis yang duduk di samping laki-laki itu.
"Begini saja, aku akan berikan sebuah contoh pada ketua..."
"Sebuah contoh?"
"Ketua pasti kenal betul dengan Hannah, bukan?"
"Hannah? Oh, maksudmu Justiciar temanmu itu?"
"Ya(mengangguk)... Dia dulu adalah orang yang pemalu dan tak berani berkeskpresi, namun setelah dibebaskan oleh Randy, dia kini menjadi lebih aktif dan lebih suka memperlihatkan bagaimana dirinya pada dunia!"
"Bukankah itu artinya sama saja membuatnya gila?"
"Tidak, bukan hanya sampai situ saja contohku, masih ada lagi."
"Masih ada?!"
Sesaat Celicia menanyakan itu, jari telunjuk Ira mengarah tepat ke wajahnya. Dengan memasang wajah yang tersenyum penuh optimis, Ira memberikan contoh yang paling jelas dan mudah untuk Celicia pahami, yaitu dirinya sendiri.
"Aku?"
"Tentu saja, ketua dulu, sesaat sebelum dibebaskan oleh Randy. Ketua masih suka diam-diam menahan emosi dan kelogisan yang seharusnya ketua sadari, namun setelah Randy membebaskan ketua... Lihatlah! Bahkan sekarang ketua tidak perlu lagi menahan siapa diri ketua sebenarnya, dan langsung memakai pakaian yang terlihat sangar dan berani tanpa perlu pikir panjang."
Ira menyinggung tentang gaya pakaian Celicia yang terlihat sangar bak tomboy yang suka berada di perkumpulan geng motor.
Apakah Celicia akan terpengaruh hanya dengan ini?
Randy mencoba menjadi pesimis untuk sesaat.