Setelah pertarungan sengit itu, sebuah siluet gadis muncul di atas pepohonan dekat sawah itu. Dia mengamati apa yang baru saja terjadi pada bawahannya.
Dia mendangak ke atas, tepat di tempat anak panah itu melesat ke bawah.
"Anak panah itu..." Dia mengamati dari jauh bentuk anak panah yang menusuk di tubuh Rena. Tanpa sadar, dirinya seketika tersenyum oleh bentuk anak panah itu. "Eleuh-elueh... Sepertinya ada yang nakal dan sudah keluar dari penjara." Dia mengamati ke atas.
Meskipun dia tidak bisa melihat dimana letak orang yang menembakkan anak Panah itu. Tapi dia sudah tahu siapa pelakunya.
Bagaimana tidak, dia adalah orang yang menyegelnya dan menguncinya secara pribadi di penjara itu. Dia seperti sudah menjalin hubungan yang unik dengan iblis itu.
"Tapi sayang sekali, dia masih pemalu seperti biasa." Dewi itu tersenyum sambil menempelkan dagunya dengan tangan. "Teu masalah, kuring bakal nyekel anjeun deui(Tapi tak apalah, aku akan menangkapmu lagi.)"
Note: Pake google translate.
Sesaat setelah menampakkan senyumnya. Dewi itu lenyap tanpa meninggalkan jejak. Di atas pohon itu sudah tidak ada siapa-siapa lagi.
---
Sementara itu, Randy yang habis melesatkan busurnya sedang mendarat turun melewati lapisan-lapisan angkasa.
Dia harus bergegas, sebentar lagi efek dari transformasinya dengan Dalor akan berakhir. Bila dia terlambat untuk sampai kelapisan pertama angkasa setelah sihirnya habis. Maka dia akan terjun bebas dan terbakar karena meluncur dari angkasa lepas.
"Sial! Harus cepat! Aku gak mau jadi daging panggang!" Randy dengan sekuat tenaga terjun ke tanah.
Lapisan eksosfer, lapisan termosfer, lapisan mesosfer, dan lapisan stratosfer sudah dia tembus. Kini tinggal terjun bebas ke troposfer.
Tapi sesaat setelah menembus perbatasan antara stratosfer dan troposfer...
Tubuh Randy kian kembali menjadi normal. Tubuh iblisnya kian menghilang dan digantikan oleh kulitnya yang biasa. Kulit yang lemah dan tak berdaya yang bahkan tidak bisa memukul dengan keras.
"GYAHH!!! AKU JATUH!" Randy akam terjun bebas.
Tapi dia seharusnya saat ini sedikit kebal terhadap hukum Newton. Dia yang baru saja bertransformasi akan memiliki sedikit kekebalan dalam tubuhnya. Berbeda dengan yang sebelumnya, dia bahkan bisa mati hanya karena tertembus tentakel.
GEDEBUG! KUPRAK! PANG!
Randy mendarat dengan kepala terlebih dahulu. Bila dia orang normal, mungkin dia akan masuk berita besok paginya.
Dia sepertinya mendarat ke atap rumah orang. Suara genteng yang hancur terdengar jelas dikupingnya saat menghantam tempatnya mendarat. Saat ini dia berada di dalam ruangan sebuah rumah.
"Aughhh..." erangnya sambil mencoba bangkit.
"Ini...?" Dia melihati sekitaran tempat dia mendarat. Ada sedikit perasaan yang familiar di ruangan ini.
"Kamarku!" Dia melihati ruangannya dengan mata berbinar.
"Emangnya elu mau apa?!" Dalor memekik pemuda itu.
Tanpa pikir panjang, dia langsung berbaring di atas kasurnya. Dia melihati langit-langit kamarnya dengan lelah.
"Aku mau tidur! Hari ini melelahkan sekali!" Dia perlahan menutup matanya dan masuk ke dunia mimpinya.
"Ealah, elu kecapekan rupanya..." Suara Dalor menjadi suara terakhir yang dia dengar sebelum memasuki dunia itu.
----
Di sisi lain, para Valkyrie dan Justiciar membawa tubuh lemah Rena ke sebuah rumah. Gadis itu di tidurkan di atas kasur empuk rumah itu.
"Apa tidak apa-apa membawanya ke rumahmu?" Celicia bertanya pada Farida.
"Ya, tidak apa-apa... Lagupula, kalian para valkyrie yang masuk ke rumahku lebih berbahaya dari itu!" (Farida)
"Eh, maaf! Kami cuman terbawa...." Naura meminta maaf sambil menepuk kedua tangannya dan membungkuk berkali-kali.
"Terserahlah, rumahku juga sudah bukan rahasia umum. Wong itu juga kelihatan jelas di daftar namaku." (Farida)
Entah kenapa, meskipun mereka baru saja bertarung bersama. Aura canggung di antara mereka tidak heran. Kesunyian datang begitu saja sesaat tak ada yang tahu apa yang harus dikatakan.
"Aku ingat sesuatu..." Ira mencoba menjadi penengah mereka. "Kalian bilang saat itu, kalau sihir milik Rena berbeda dengan kita, bukan?"
Celicia dan Hannah mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu.
"Kalau begitu, saat penyegel sihir milik Dian dilesatkan. Maka dia tidak akan terpengaruh, tapi..." (Ira)
"Tapi?" (Hannah)
"Aku ingat saat pertama kali dia berubah menjadi kalang kabut. Saat itu, Dian mencoba menyegl sihirnya. Hasilnya, penyegelan sihirnya hanya mengenai sebanyak 50% saja." Sesuatu yang Ira katakan membuat kumpulan itu menatapnya dengan mata yang lebar.
"Dian melakukannya?" Widya memasang wajah jijik.
"Hmm(mengangguk)... Tapi yang lenyap hanyalah asapnya saja." (Ira)
"Aku punya firasat buruk..." Celicia yang mendengar itu langsung bermandikaj keringat.
"Apa maksudmu?" (Farida)
"Ini cuman perkiraanku saja, tapi seandainya Dian tidak menyegel sihirnya saat itu. Mungkin Rena akan menghancurkan seisi kota." (Celicia)
Kalimat yang diucapkan Celicia membuat suasana semakin tegang. Spekulasinya yang mengarah pada kematian membuat bulu kuduk mereka terus berdiri.
"Tunggu, maksudmu! Rena bukan hanya punya sihir dari dewi lain, melainkan juga sihir dewi itu?!" Farida mencoba mencerna.
Celicia mengangguk pelan. Dia juga tidak bisa memastikan apakah ini benar atau tidak. Tapi satu hal yang pasti, mereka akan tamat bila Dian tidak segera menyegel separuh sihir Rena.
"Ah... Jadi aku ini seperti pahlawan?" Dian tersipu mesum dengan menatap ke lantai. Dia tidak bisa bilang kalau penyebab Rena mengamuk adalah karena ulahnya. 'Rahasia ini akan menjadi milikku saja!'
"Apa yang ingin dewi lain itu lakukan?" Naura memegangi dagunya.
Pertanyaan gadis itu terdengar simpel namun sulit dijawab. Saat ini tidak ada yang tahu tujuan pasti dewi lain itu.
Di saat yang bersamaan juga, baik Ira, Hannah, dan Dian melirik Naura dengan tatapan dingin dan takut. Namun dengan kekuatan akting, mereka mencoba bersikap santai seperti tidak terjadi apa-apa.
Di sisi lain, Celicia menatap pemimpin Justiciar itu dengan curiga. "Farida, kapan dia berhianat?" Dia menanyai sesusatu yang lain.
"Kenapa kau tanyakan itu?"(Farida)
"Mungkin saja itu ada hubungannya dengan pertanyaan Naura?" (Celicia)
Farida menatap pasrah para Valkyrie itu. Dia tidak punya pilihan selain membeberkan informasi ini.
"Tepat saat minggu pertama Jormungandr." Mata Farida berubah menjadi tajam.
"Jormungandr? Ah, ular itu, ya?" (Celicia)
"Kenapa kau tidak kaget?"
"Karena kami sudah mengalahkannya." Celicia memasang senyuman hina.
Farida tidak percaya dengan itu. Baginya, monster yang ia lawan bukanlah monster sembarangan. Setidaknya butuh sekitar 2 minggu untuk mengalahkannya.
"Bagaimana bisa?! Saat itu baru minggu pertama?" Farida menatap kesal pemimpin Valkyrie itu.
"Entahlah, kami tidak boleh memberitahu soal ini. Karena ini adalah hal yang berbeda dari yang ini." (Celicia)
"Jadi, apakah kalian jugalah yang mengalahkan bintang laut itu?!" Suara keras dikeluarkan oleh gadis yang kehilangan kacamatanya itu.
Mendengar itu, para Valkyrie hanya bisa saling menatap. Mereka tidak mengerti bahkan tidak tahu apa yang dimaksud pemimpin para Justiciar itu.
Celicia mencoba menatap Ira. Namun Ira segera menggelengkan kepalanya, dia bahkan juga sudah memberi tahu Celicia keadannya saat itu.
"Bukan kami..." ucap Celicia lirih.
"Bukan kalian? Lalu siapa?" Farida yang kesal kini malah berubah cemas.
Namun itu semua berhenti pada satu kesimpulan. Mereka semua menatap ke arah Justiciar pembelot itu.
"Biar kuperiksa..." Farida mencoba menyentuh perut gadis yang terbaring itu.
Tapi hasilnya...
"Kosong, tidak ada kunci sama sekali di perutnya." Raut muka Farida semakin cemas.
"Jika bukan dia, lalu siapa?!" Celicia berganti yang teriak.
"Bisa kalian semua pikirkan lagi!" Windy yang sudah menua mengangkat tangannya untuk melerai kedua pemimpin itu.
"Windy?" Celicia menoleh ke belakang tepat dimana Windy duduk, lalu diikuti Farida. Jarang sekali buat gadis itu duduk saat berdiskusi. Dia biasanya lebih memilih untuk berdiri senden di dinding timbang duduk.
"Kenapa kita tidak mencoba melihat kembali saat bertarung melawan pasukan salib aneh itu..." (Windy)
"Maksudmu saat kita ditembaki?" (Hannah)
"Ya! Saat itu, ada beberapa serangan lain yang menyerang Rena. Selain itu, Naura yang tertembak juga awalnya karena serangan itu juga."
"Aku ingat, saat mau menyergap Rena. Tiba-tiba saja ada dua bola api yang menyeruduk punggungku. Aku terjun ke tanah setelah itu, namun seketika ada sebuah bu-bunga kapas yang menjadi bantalanku." Naura yang pemalu mencoba menjelaskan dengan panjang lebar.
"Sepertinya ada banyak hal yang tidak kita ketahui..." Celicia menatapi lantai kamar itu dengan perasaan hampa.
Apa yang terjadi? Itulah apa yang mereka pertanyakan saat ini. Lalu siapa yang menyerang Naura saat itu? Apakah dia adalah orang yang sama seperti yang menembakkan anak panah itu kepada Rena.
Di sisi lain, Ira, Hannah, dan Dian hanya bisa diam berpura-pura hanyut dalam pikirkan mereka.